Lompat ke konten

10Ribu Empat Mbak !

Yeah…  pagi itu dikala jam tangan merah maroonku menunjukkan pukul 05.26 WIB , aku memutuskan pergi dari kos untuk ketemu kak puput didepan fakultas teknik uny. Mau ngapain? Jogging? No! It’s time to fundraising bo, nyunmor gitu.

Entah udah vakum berapa lama kegiatan fundraising ini dilakukan. Dulu aku sih cuek. Tapi sekarang? Ah retoris banget. Ayo udah pada tau belum nih fundrasing itu apa? Jadi fundraising itu penggalangan dana untuk mendukung kegiatan jendela dengan cara menjual pakaian, aksesoris, dll.

Saat pertama tiba di TKP, ada lahan kosong depan rumah sewa milik desa catur tunggal, dalam hati aku berkata, “aha,.. wah kesempatan nih”, akhirnya kita buka lapak disitu. Tikar ping pun sudah digelar, suddenly datanglah seorang ibu, sebut saja bu mawar’ pemilik lahan yang sebenarnya. Ya udah deh kita gulung dan kemas barang yang udah digelar. Tapi bu mawar ternyata baik hati menawarkan pada kita untuk  jualan di tempat lain, tepatnya depan FBS uny karna kebetulan yang empunya lahan ga jualan, jadi bisa kita pake. Lumayan deh ada aub-aubnya, tenda gitu. Jadi setidaknya kulit mulus ini sedikit terlindungi, aduh de.

Singkat cerita jendelist yang lain dateng, ada paskah, devi, dan pasangan couple ary dan dety (peace). Duh udah jam 7 aja nih, si puput udah laper. Akhirnya puput, dety, dan aku muter-muter nyari makan. Ditengah perjalaan tiba-tiba aku mendengar suara seorang wanita yang jualan juga untuk kegiatan donasi. Saat dety menoleh melihat baju dan terus melangkahkan kakinya, si wanita itu bersuara, dan aku mendengarkannya, mau tau apa yang si wanita ini katakan? “ayo mba bajunya, ih mbanya tertarik banget loh, ayo murah 5 ribu aja!”.  Yang mana maksudnya dapat inspirasi dari kata-kata wanita itu? (yuk baca sampai akhir, dan kau akan tahu what i feel bro).

Ketukan detik yang merangkak dijam merah maroonku terus berputar, dan menunjuk di jam 8. Jejeran baju, celana dan aksesoris itu masih setia menumpuk. Mungkin devy memegang teguh prinsip jawa “nglarisi” jadi dia beli baju. Yang beli pertama malah jendelist nya. Devipun berkata “dari kita, untuk kita”, njuk piye? Percaya atau tidak selang setengah jam berikutnya ada seorang mba-mba yang membeli rok ping dan rompinya, lumayan 25 ribu, dalam hati aku berkata sendiri “padahal kalo mba nawar 15 ribu aja, aku kasih ko mba”. Haha… lumayan.

4.2

Anggota jendelis yang menuju TKP pun semakin bertambah, ada kak heri, kak nita, kak andi dan vega (adiknya kak sela, sumpah mirip banget, kalo ga percaya, coba aja lihat sendiri). Jam 9 pembeli belum ada lagi, sementara butiran sinar matahari mulai menyelinap, terselip diantara tenda, menghadiahkan panasnya yang membuat panas lah. Hihihi…

 “Ayo mba, 10 ribu dapet 4 loh!” lalu paskah pun berkata sambil bercanda “ini baju apa kaos kaki mas -__-“. Entah apa yang membuat bisikan wanita itu tiba-tiba menyentil fikiran akalku. Tanpa reflek akupun mengucapkan “ayo mba, 10 ribu empat! buat amal loh, ih mba nya tertarik banget loh, ayo mba dari pada penasaran” mba-mba yang lewatpun tiba-tiba melengkungkan senyumnya pada pipi indahnya dengan tersipu.

Dan semua itu hanyalah masalah waktu. Selalu saja penuh rahasia, yang tak lupa menanam benih-benih cerita selanjutnya. Mantra wanita itu ajaib ternyata. Walau terdengar sumbang, teriakan-teriakan itu sudah lebih dari cukup untuk menelanjangi pemikiran, menghipnotis pengunjung sunmor, yang sedari tadi cuek dan hanya berlalu lalang.  Tenda jendelapun mulai dikerubungi pembeli, semakin ramai. Mana ada pembeli difoto bareng penjual, sampe dimintain twitternya, bahkan kalo ada wanita si vega mau ngasih nomor HPnya (haha… ampun sel, just kidding ya veg). Ini semua terjadi tanpa direkayasa, hanya ada di fundraising jendela. (Now, you know what i feel bro?).

4.1

Saat jarum pendek angka 10 menunjuk dan memantulkan cahaya ke pelupuk mata, kegiatan gokil inipun segera di akhiri. Alhamdulillah terkumpul dana Rp 180.000. terimakasih jendelist yang sudah berjemur, berteriak, dan sok akting tak kenal malu. Kalian lebih hebat daripada bintang iklan. Terimakasih juga kepada para pembeli. Kalian luar biasa. Tak lupa pula kepada wanita yang telah membisiki mantranya.

Tulisan diatas bukanlah kisah fiktif belaka, ini nyata. Jika ada salah kata dan yang merasa kurang berkenan, dari lubuk hati yang sedang saya meminta maaf. Kalian luar biasa, jendelist.

 

Any comment? Just mention @respriari

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *