Lompat ke konten

Tawa Anak-anak Manggarai adalah Energi Kami

Minggu lalu, 16-17 November 2012, relawan-relawan Jendela Jakarta berusaha meluangkan waktu untuk beres-beres perpustakaan Manggarai. Mengingat kondisi Jakarta yang tidak bisa diprediksi, kamipun tidak berani memasang target kapan perpustakaan akan benar-benar bisa dibuka. Apalagi belajar dari pengalaman, adanya perubahan-perubahan kecil beberapa waktu belakangan cukup bisa merubah tenggat waktu pencapaian target kami.

Maka hari itu, Jum’at 16 November 2012, saya datang ke Manggarai tanpa ekspektasi apapun. Yang ada di kepala saya adalah hari itu perpustakaan bisa sedikit lebih rapi, dan buku selesai diinventarisir. Relawan yang bisa ikut bergabung hari itu adalah Mala dan Offy. Mala sebenarnya bukan relawan resmi Jendela Jakarta. Hari itu dia datang untuk sebuah tugas kuliah, sambil mengantarkan donasi buku. But thanks God, kehadiran dua relawan itu sangat-sangat-sangat membantu. Kami berhasil menyelesaikan inventarisasi buku, sambil mengawasi pak Jamin dan bapak-bapak lain yang sedang memasang instalasi listrik di ruang perpustakaan. Pak Jamin adalah warga pendatang di Manggarai yang sering saya mintai tolong urusan perpustakaan.

Saat kami asyik menginventarisir buku, tiba-tiba serombongan anak laki-laki (sekitar 5 orang) datang mendekati kami, dan berkata, “Kak, pinjam bukunya ya.” Mereka tampak antusias – setidaknya menurut pandangan kami hari itu yang sedang kelelahan – membaca komik Spongebob dan beberapa buku lainnya. Entah kenapa, saat itu juga saya dan Offy saling berpandangan dan tercetus ide, “Besok mulai kegiatan sama anak-anak yuk!”

Maka saat itu juga kami meminta anak-anak itu untuk datang kembali hari berikutnya. “Jam 4 ya, ajak temen-temen yang lain!” begitu pesan kami pada mereka. Sore itu juga saya mulai nyampah di twitter @JendelaJakarta soal kemajuan perpustakaan, serta ide untuk mulai berkegiatan dengan adek-adek di Manggarai. Saya tulis dengan berani sore itu, “Kak @prienzeast udah siapin games2 seru utk anak2 #Manggarai… mau ikut? Besok start at 10am ya di perpus kita, Jl. Manggarai Utara VI”

(Padahal saya sama sekali belum punya ide kegiatan untuk adek-adek di sana, termasuk mau diajak main games apa :p)

Well, anyway… hari berikutnya, pasukan kami bertambah. Ada Offy, Karen dan Gilang yang siap bantu beresin perpus, dan sorenya disusul Mala dan Devi. Tentu ada pak Jamin dan pasukan bapak-bapak yang siap turun tangan menangani masalah pelistrikan. Di tengah udara panas dan berdebu di Manggarai, sementara ruang perpus belum dipasang kipas angin, relawan-relawan Jendela Jakarta melanjutkan kegiatan menyampul buku. Kegiatan sederhana, tapi cukup menyita waktu. Dimulai dari sekitar jam 10 pagi, sampai menjelang jam 3 sore, kegiatan menyampul buku masih juga belum selesai.

Sekitar jam 4, setelah para relawan istirahat makan siang(?), serombongan anak datang ke perpus untuk membaca buku. Memang baru sekitar 12 anak, tapi cukup menambah suntikan semangat bagi kami yang sudah lelah. Saat itu juga kami memanfaatkan momen datangnya anak-anak untuk memperkenalkan Komunitas Jendela dan keberadaan perpus kami di Manggarai. Setelah saling berkenalan dengan anak-anak, kami mulai menarik perhatian anak-anak dengan memberikan games-games kecil. Dimulai dengan games Tangkap Monyet, lalu dilanjutkan dengan games Kapal Karam dan Balap Tali. Reaksi anak-anak semakin menambah semangat kami. Mereka tampak sangat antusias, dan bahkan meski kami sudah mengakhiri acara sore itu, anak-anak tetap berkumpul di perpustakaan untuk membaca buku. Yang paling menarik buat saya adalah ketika kami menginformasikan bahwa kami akan datang setiap hari Sabtu, beberapa anak tampak kecewa. Saat saya tanya, “Emang maunya hari apa?” Dengan semangat mereka menjawab berebutan, “Senin….Kamis….Rabu…..” (at last, they mention all day’s name…haha). Dan bahkan mereka sendiri yang meminta agar ada les tambahan untuk mereka. Wow, what a great spirit!

Di tengah-tengah acara santai selepas games, ada seorang anak bernama Siti yang duduk persis di sebelah saya. Dia mencoba menyampaikan sesuatu yang saya tangkap intinya sebagai, “Kak, saya haus.” Sambil memberikan air minum yang tersisa di botol minum saya, saya mulai bertanya-tanya pada Siti, dan salah satu teman yang duduk di sebelahnya.

Dari hasil obrolan ringan itu, saya jadi tahu bahwa Siti tinggal agak jauh dari perpus kami. Kedua orang tuanya pergi meninggalkan Siti bersama kakek-neneknya. Siti sempat tidak naik kelas dua kali, saat ini seharusnya ia sudah duduk di kelas 4SD. Sekolahnya yang sekarang cukup jauh dari tempat tinggalnya. “Kalau lagi nggak punya duit berangkat sekolahnya jalan kaki,” demikian cerita Siti pada saya lirih.

Saya sadar, Siti bukan satu-satunya anak di Manggarai dengan cerita hidup yang bisa membuat saya menitikkan air mata. Bahkan saya yakin, masih banyak cerita-cerita lain yang lebih menyayat hati. Yang harus saya – dan kami, Komunitas Jendela Jakarta – sadari adalah bahwa apapun hidup yang harus dijalani mereka, anak-anak ini masih punya hak atas pendidikan terbaik. Mereka punya hak untuk bermimpi, dan harus dibantu untuk menunjukkan jalan menuju mimpi mereka. Setidaknya bagi Siti, yang datang ke perpus dengan celana robek, agar berani bermimpi untuk naik kelas tahun ini.

Mungkin tak banyak yang bisa kami, Komunitas Jendela, bagikan pada mereka. Mungkin kami juga tak cukup hebat untuk membuat mereka jadi hebat, dan tak cukup pintar untuk membuat mereka jadi lebih pintar. Tapi kami ingin membagi mimpi kami pada mereka… bahwa suatu saat nanti, semua anak Indonesia paling tidak bisa membaca, dan kemudian mencintai buku.

Kami ingin…sangat ingin… semua anak Indonesia berani bermimpi, dan tahu bahwa mimpinya suatu saat akan terwujud jika mereka perjuangkan.

Kami ingin…sangat ingin… anak-anak di Manggarai berani bermimpi!! 

Karena tawa anak-anak Manggarai adalah energi kami… dan tawa anak-anak Indonesia adalah energi bangsa ini!!

Untuk siapapun yang tertarik bergabung dengan kami, minggu depan kami akan mulai mengajak anak-anak Manggarai bermimpi. Hari Sabtu kegiatan akan berpusat di perpustakaan, dan Minggu di Taman Manggarai, dekat stasiun.

Join us… and let’s create the DREAMS!!

Ditulis oleh Prihatiningsih