Membuat Stempel : Prakarya yang Mengasah Otak
Sore itu air sungai di depan sekretariat (sekre) Komunitas Jendela Jogja mengalir tenang. Sayup-sayup angin berhembus menambah kesejukan suasana sore itu. Hari itu Minggu, 6 November 2016 waktu menunjukkan pukul empat sore, tiba-tiba beberapa anak di sekitar sekre berdatangan. Mereka datang karena mereka diundang untuk berkegiatan bersama Komunitas Jendela. Ini merupakan kegiatan mingguan kedua sejak peresmian tempat kegiatan baru oleh Komunitas Jendela Jogja yang sasarannya adalah anak-anak dari warga sekitar sekre. Anak-anak datang menyapa kakak-kakak volunteer Komunitas Jendela yang memang sudah berada di tempat itu. Mulanya anak-anak mengajak kakak-kakak volunteer untuk bermain. Mereka mengajak kakak-kakak untuk bermain di luar, tetapi kakak-kakak volunteer membujuk anak-anak untuk membaca buku di perpustakaan sekre.


Kakak-kakak volunteer pun berhasil membujuk anak-anak untuk membaca buku, mereka mulai memilih-milih buku yang mereka sukai. Ada yang memilih membaca buku cerita, buku pelajaran, atau bahkan ada anak kecil yang mencari-cari buku hanya melihat-lihat gambarnya saja. Terlihat beberapa anak membaca buku dan menceritakan isi buku kepada kakak-kakak volunteer. Setelah mereka selesai membaca buku, kakak volunteer menjelaskan bahwa kegiatan sore hari itu juga akan diisi dengan membuat prakarya yaitu membuat stempel.
Adapun bahan-bahan yang diperlukan untuk membuat stempel yaitu : sponati, kertas bergambar, perekat, tinta dan papan stempel, lem G dan papan triplek. Sedangkan alat-alatnya yaitu gunting, cutter, dan penggaris. Sponati yang disediakan sudah dipotong-potong menjadi bagian yang apabila potongan-potongan tersebut disusun dengan benar akan bisa membentuk seperti yang gambar yang ada pada kertas bergambar. Potongan-potongan sponati tersebut juga telah dilapisi perekat, yang nantinya potongan tersebut akan ditempelkan ke papan yang juga telah dipasangi perekat.
Pertama-tama volunteer membagi anak-anak menjadi empat kelompok. Kemudian ada satu dari volunteer Komunitas Jendela yang bertindak sebagai pemandu. Selain berisi anak-anak, satu kelompok tersebut juga beranggotakan volunteer Jendela, hal ini dilakukan agar semakin terjalin keakraban dan kerjasama antara anak-anak dan volunteer. Masing-masing kelompok mendapat satu kertas bergambar, tetapi kertas bergambar tersebut dipegang oleh volunteer yang bertindak sebagai pemandu permainan ini. Volunteer kemudian memperlihatkan kertas bergambar kepada anak-anak selama 5 detik. Anak-anak diminta untuk mengingat gambar tersebut, lalu anak-anak harus menyusun potongan-potongan sponati sesuai dengan gambar yang tertera pada kertas bergambar.
Masing-masing kelompok terlihat saling berpikir dan mengingat bagaimana bentuk gambar yang terdapat pada kertas bergambar dan berusaha menyusunnya sesuai gambar. Pemandu menginstruksikan, bahwa kelompok yang berhasil menyusun hanya dengan satu kali melihat gambar maka akan mendapatkan nilai 100, apabila melihat dua kali akan mendapatkan nilai 80, apabila tiga kali mendapat nilai 50, melihat empat kali mendapat nilai 30 dan lima kali melihat hanya akan mendapatkan nilai 10. Tentu nilai ini bisa diperoleh hanya potongan sponati yang mereka susun sesuai dengan gambar.
Akhirnya mereka berhasil menyusun potongan sponati sesuai gambar dengan berbagai variasi jumlah melihat gambar. Tiga kelompok berhasil mendapatkan nilai 80, itu artinya mereka hanya melihat gambar dua kali, sedangkan satu kelompok lainnya mendapatkan nilai 10, artinya kelompok tersebut melihat gambar sebanyak lima kali. Setelah potongan sponati berhasil disusun selanjutnya papan yang sudah ditempeli perekat di satukan dengan potongan sponati tersebut. Jadilah stempel yang berbentuk seperti gambar. Ada yang berbentuk seperti burung, katak, penyu dan kuda.

Setelah stempel jadi, selanjutnya stempel tersebut diolesi dengan tinta, kemudian di-cap-kan ke selembar kertas. Anak-anak sangat senang dengan permainan ini, anak-anak terlihat bergembira dan menikmati kegiatan yang mengasah kreativitas ini. Tidak terasa waktu sudah hampir maghrib, sinar mentari yang mulai tenggelam mengiringi anak-anak kembali pulang ke rumah mereka masing-masing.
Oleh: Fan Naa Na Muhammad