Pagi itu, jam di dinding sudah menunjukkan pukul 07.00. Jika di hari-hari Minggu lainnya, kebanyakan manusia memilih untuk melewatkan pagi dengan berkutat di bawah selimutnya, hari Minggu 13 November lalu, aku memilih membuka mata dan bersiap-siap mandi. Tidak lebih dari satu jam kemudian, aku sudah berada di sekretariat Komunitas Jendela bersama kesepuluh Jendelist lainnya. Pagi itu kami memang mengagendakan untuk berkegiatan di salah satu daerah Jogja bagian selatan, Deresan, Bantul tepatnya.
Kami menempuh perjalanan hampir satu jam, melawan dinginnya pagi dan rintik-rintik gerimis yang perlahan turun. Sesampainya di lokasi, kami sudah disambut adik-adik yang meskipun tidak terlalu banyak jumlahnya, tapi nampak cukup antusias dan ceria di Minggu pagi itu. Layaknya anak kecil, mereka dengan cepat akrab dengan kami semua, terlebih saat kami mengeluarkan buku-buku dan mengajak mereka bermain.
Awalnya, kami memang berusaha untuk mengajak mereka membaca. Mereka bebas memilih buku apa yang mereka suka dan membacanya, lalu menceritakan isinya kepada kami. Senang rasanya mendengarkan kepolosan mereka bercerita tentang isi buku yang mereka baca yang tak jarang mengundang tawa.
Bosan belajar membaca, kami mengajak mereka ice breaking dan melakukan senam gulu-gulu yang dipimpin salah seorang Jendelist, Mas Fafa. Suasana pun kemudian terasa makin ceria, namun, tak lama, hujan mulai deras dan beberapa anak memutuskan untuk pulang ke rumah. Untung saja hujan tak mampir terlalu lama, anak-anak mulai kembali berdatangan dan ikut bermain.
Selanjutnya, dipandu oleh Rijen, kami mengajak anak-anak untuk bermain stempel tangram. Anak-anak diajak untuk mengingat dan membentuk hewan dengan menggunakan stempel tangram. Permainan yang sederhana memang, tapi cukup efektif nampaknya untuk melatih daya ingat mereka. Permainan berlangsung cukup seru karena mereka dibagi menjadi beberapa tim dan didampingi oleh seorang Jendelist.
Tak terasa, waktu sudah menunjukkan hampir pukul dua belas dan adzan dzuhur mulai berkumandang. Kegiatan hari itu harus berakhir karena anak-anak pun harus melanjutkan aktivitas mereka. Kami pun harus undur diri dan kembali menerjang gerimis untuk kembali ke sekre.
Oleh : Nurul