[Quote of the day]
“Jendelist tanpamu kurang satu…. nanti ngga seru… yuk dibikin seru… jangan nunggu…. langsung ajak yang lain bersatu padu…..”
Minggu, 5 Februari 2017
Ketika ada yang masih bertanya tentang Jendela itu kekeluargaan atau profesional? Maka akan ada pertanyaan balik. Menurut kamu, relawan itu seperti apa?
Jendela adalah sebuah komunitas minat baca anak yang menggunakan basis relawan. Basis yang lebih banyak berisi inisiatif, panggilan hati, dan keluangan waktu. Maka tidak heran, bila terjadi pasang surut jumlah Jendelist. Juga program divisi yang dikerjakan secara kroyokan (bersama-sama) antar Jendelist, sehingga divisi tetap hidup meski anggota tinggal dua orang. Karena Jendelist mungkin tidak menganggap sebagai beban namun lebih menjadi tanggung jawab bersama.
Hal yang sama, sebuah sekolah Sanggar Anak Alam (SALAM) Nitiprayan, Bantul, DIY, yang menggunakan basis relawan pada perekrutan fasilitator (relawan pengajar). Mereka setiap semester, bisa berganti team fasilitatornya, ada yang datang dan pergi, namun tetap ada kontrol dari pihak SALAM, sehingga kekuatan team fasilitator tetap terjaga. Pendiri SALAM Ibu Sri Wahyaningsih, pada 2015, dalam sebuah wawancara mengatakan bahwa: “Perekrutan fasilitator dengan sistem relawan atau volunteer, tidak ada sistem kontrak tertulis, yang ada kontrak hati. Jadi pengelolaannya menggunakan manajemen iman, jadi orang yang terlibat disini adalah orang yang terpanggil, karena disini tidak hanya sekedar mencari pekerjaan, pasti nuansanya lebih banyak pengabdian, dan balasannya dari surga.”
Kesekretariatan Jendela Jogja beralamatkan : Dusun Ngemplak, Karangjati, RT 20 RW 42, Sinduadi, Mlati, Sleman, DIY, disulap menjadi perpustakaan mini. Setiap harinya pintu perpus tidak pernah absen dari ketukan dan ucapan salam dari anak anak daerah sekitar. Mereka datang ada yang membaca buku, meminjam buku, bermain, sampai meminta didampingi bermain dan mengerjakan PR. Ketika ada yang menanyakan apa arti relawan, maka tanyakanlah pada Jendelist yang datang dan membagikan ilmunya pada anak-anak sekitar perpustakaan, dari mulai kak Upik yang setiap datang ditagih untuk mengajari gerakan Tekwondo, kak Lian yang tiba-tiba diminta untuk mendampingi mengerjakan PR sekolah sampai latihan ujian sekolah, Kak Anam dan Kak Azri yang setia jadi sopir untuk main sepakbola dilapangan dusun sebelah.
Kak Teguh yang mengajari chord dasar gitar, Kak Cece yang menemani sepedaan keliling taman sampai dusun sebelah, Kak Rijen yang memberi kepercayaan penuh pada seorang anak untuk memimpin barisan dan koordiasi permainan roket air, Kak Ila yang setiap kali datang sekre/perpus, dia mereview bacaan anak-anak dan memberi tantangan untuk membaca buku yang lain, Kak Fafu yang mengajarkan taktik bemain catur, Kak Uwiek yang mengajari baca tulis dan bernyanyi lagu-lagu anak. Masih banyak Jendelist lain yang bergerak tanpa instruksi dan komando apalagi hukuman. Mereka merelakan diri dan waktunya untuk berbagi apa yang mereka tau, mereka bisa, juga mereka pahami.
Gambaran lain, acara pengobatan gratis yang dilaksanakan pada hari Minggu, 5 Februari 2017, di Balai RW 42, dusun yang dikelilingi sungai dan jalan, juga dibelah oleh irigasi Selokan Mataram menghias cantik sudut dusun ini, apalagi dengan aliran air dan aliran manusia yang bergerak pada keteraturan masing-masing, selalu terlihat pagi, siang maupun malam. Ketua ultah Gumregah Jendela Jogja ke 6, sebelumnya pada hari Jum’at, telah melakukan koordinasi dengan Pak RW 42, RT 19, RT 20, dan Ketua Pemuda, support dan doa mengiringi proses pelaksanaan acara.
Dihari H, pemuda dusun Ngemplak yang menyebut dirinya District 42, sudah bersiap dari pukul 07:30 untuk mengambil soundsystem di rumah Pak RT 19, sound system yang cukup besar diangkat diatas pungggung setiap pemuda melawati gang dan tangga yang menjadi akses utama menuju Balai RW. Sesaimpainya di Balai RW, teman-teman pemuda District 42 langsung setting sound system, suara diset menggelagar sebagai tanda bahwa pengobatan akan dimulai. Tidak lama berselang, kami mendapat kabar bahwa tim pengobatan sudah sampai di Jalan Monjali, kami bersiap melakukan penjemputan ditepi jalan dekat Sekertariat Komunitas Jendela.
Empat buah box obat, peralatan medis, dan satu buah tabung oksigen diturunkan dari mobil tim pengobatan dari Dental Rescue. Say hello kami lakukan dengan saling lempar senyum dan jabat tangan, sebagai sapa keakraban kami yang sudah bertemu sebelumnya di desa binaan Komunitas Jendela, tepatnya Dusun Deresan, Bantul. Box kami bawa bersama-sama antara tim pengobatan, Jendelist dan Pemuda District 42 melewati gang dan tangga sebagai akses menuju Balai RW.
Tim Pengobatan langsung setting tempat dan obat, menjelaskan alur pemeriksaan dan pengobatan. Sedangkan Jendelist dan Pemuda District 42 melakukan kordinasi pembagian tugas, dari officer pendaftaran, operator sound system, penjaga teh, penjemput pasien, sampai pendamping pasien anak-anak dan usia lanjut. Setelah semua siap pada posisi, kami berdoa terlebih dahulu untuk kelancaran acara. Ketika doa pagi dipanjatkan, datang dua peserta usia lanjut, tim mendatangi calon pasien, dan menerangkan bahwa pendaftaran pemeriksaan dan pengobatan masih 10 menit lagi, sesuai kesepakatan panitia dan surat yang beredar, waktu pemeriksaan dan pengobatan dimulai pukul 09.00 WIB.
Hal menarik terjadi ketika pemeriksaan dan pengobatan dibuka, dua anak yaitu Rasti dan Tria langsung mendaftarkan diri, mereka adalah anak-anak yang biasa belajar dan bermain di Perpustakaan Jendela. Disusul Anggoro, Genta dkk, dan dua pasien usia lanjut yang sudah hadir terlebih dahulu. Rasti dan Tria masuk, mereka melakukan pemeriksaan gigi, Anggoro masih mengumpulkan niat, bahkan ketika salah satu kakak Jendelist memanggil Anggoro, Ia berlari menjauhi balai, ketika akan dikejar, dia berucap: “Nanti mas di dalam masih antri!”
Ketika Anggoro masuk ruangan Balai RW, yang pertama dilihat adalah temannya, Rasti dan Tria.
Rasti berkata:
“Mas, aku sama Tria aja berani, ga sakit lho…” sambil memandang pada Mas Anggoro.
“Aku wani yoo…(aku berani ya)” ucap Anggoro. Sambil mendekat ke bangku pasien pemeriksaan.
Sebuah penghargaan oleh Jendelist yang mendampingi, diberikan kepada Anggoro yaitu diberi dua Jempol, “nah ini keren, wani (berani)” ucap kakak Jendelist.
“Oiya Mas, aku jangan dipegangi, aku sendiri aja” ucap Anggoro, dengan penuh keyakinan.
Kakak Jendelist memberi kepercayaan pada Anggoro untuk melakukan alur pengobatan sendiri, dengan cara memberi pengertian pada Anggoro untuk mengikuti alur yang sudah dibuat oleh Dental Rescue. “Oke Anggoro, nanti Anggoro ikuti yang diminta mas ini ya (mas dari Dental Rescue), untuk pemeriksaaan lanjutan disana, oke” ucap kakak Jendelist dengan tersenyum.
Kakak dari Dental Rescue, menyambut dengan senyuman, dan memberi treatment pada Anggoro.
“Namanya siapa de?”
“Anggoro”
“Anggoro, coba pegang alat yang mba pegang ini, tidak membuat sakit kan?
Anggoro menggelengkan kepalanya dengan tersenyum, dia mulai merasa alat itu memang tidak berbahaya dan tidak membuat sakit, sehingga dia membuka mulutnya untuk diperiksa. Setelah diperiksa, dia langsung duduk di ruang tunggu, antri sebelum menuju pengobatan (pencabutan gigi).
“Mas, Anggoro ini perlu dicabut giginya, dan perlu penanggung jawab untuk menandatangani formulir”ucap salah satu petugas dari Dental Rescue.
“Sebentar Mba, Saya tanyakan dulu ke Anggoro” Jawab kakak Jendelist, sambil berjalan mendekati Anggoro yang sudah duduk bersiap di kursi pencabutan gigi.
“Anggoro, apakah sudah izin sama ayah ibu kalo mau cabut gigi” tanya kakak Jendelist pada Anggoro.
“Sudah mas, tadi pagi, sudah ijin kok” ucap Anggoro meyakinkan.
“Oke Mbak, ini saya yang jadi penanggungjawabnya, orang tuanya tidak bisa datang hari ini.” kakak Jendelist memberi pengertian dan menjadikan dirinya penanggung jawab, sehingga menandatangani formulir persetujuan pencabutan gigi.
Warga silih berganti, terdata lebih dari 50 warga yang ikut daftar pemeriksaan dan pengobatan, ditambah pak RT dan Pak RW yang datang men-support acara dengan ikut periksa. Juga Takmir masjid depan Balai RW yang datang men-support dan tiga kali ikut mengumumkan via toa masjid, bahwa Pengobatan akan dimulai, sedang berlangsung dan akan ditutup pukul 11.30 WIB.
Setelah semua peserta selesai periksa dan berobat, semua tim berkumpul di ruang samping masjid untuk menyantap jamuan yang sudah di pesan panitia Gumregah Jendela Jogja ke 6 dari Catering Pak Wakino (WKN), dengan menu yang dipesan dari warga asli Dusun Ngemplak yaitu: Gudangan/Urapan (hijau-hijauan diberi ampas kelapa), sop bayam, tempe goreng, ayam goreng, sambal matang dan sambal terasi. Semua menikmati hidangan dan duduk melingkar, baik dari tim kesehatan Dental Rescue, pemuda District 42, dan Jendelist.
Harmoni Jendela, Harmoni Ngemplak….
Gumregah dapat dimaknai dengan baik pada acara ini, support untuk panitia Gumregah Jendela Jogja ke 6, Salam Bahagia, Jendelist Jogja.
Tulisan ini masih belum dapat mewakili pemaknaan Kekeluargaan atau Profesional, namun silahkan teman teman dapat memaknai sendiri Jendela seperti apa…. dan jangan lupa tetap bersemangat Jendelist…. Jendelist tanpamu kurang satu…. nanti ngga seru… yuk dibikin seru… jangan nunggu…. langsung ajak yang lain bersatu padu……#UtaRijensafor2017
Written by: Ahmad Agus Prasojo “Kak Ojo”