Lompat ke konten

Rindu dan Canduku

 

“Buat yang belum bisa bergabung, cobain deh! Bersama anak-anak itu ada rindu dan candu.”

***

Minggu, 27 Agustus 2017

Hangat, tenang, dan menenangkan itulah perasaan yang tergambarkan ketika boleh kali pertama berdinamika dengan anak-anak polos beribu mimpi di sekitar Rumah Baca Buku (Rubaku) Yogyakarta.  Bersama pasukan luar biasa pemerhati anak yang aku kenal di Komunitas Jendela Jogja, kami berangkat menuju lokasi. Awalnya, aku merasa canggung, apa yang harus aku lakukan dengan mereka? Apakah mereka mau mendekat padaku? Ah…rasanya tak sulit mendekati mereka, pikirku saat itu. Bisa jadi justru sebaliknya, mereka yang merasa takut denganku atau malu dengan kami pasukan baru yang tiba-tiba datang mengunjungi mereka.

Minggu di Rubaku

Tanpa pikir panjang, kuambil salah satu buku cerita yang berjajar rapi di rak-rak buku Rubaku itu. Aku mendekati salah satu anak yang sedang duduk asik entah dengan khayalan apa di kepalanya. Dia sedikit kaget melihatku, tapi dengan bermodal buku yang kuambil tadi, aku membacakan cerita untuk anak tersebut. Gana namanya. Lelaki kecil yang baru duduk di bangku TK itu begitu antusias dengan gambar dan ceritanya. Bagaimana tidak, kuambil buku cerita tentang bola. Gana sendiri mengandaikan pemain itu seperti tim kesayangannya, PSS Sleman. Hahaha…

Kubacakan cerita sampai habis. Tak hanya Gana, kini giliran Aza. Gadis cilik yang tiba-tiba mendekatiku dan memberikan aku sebuah buku untuk dibacakan. Luar biasa sekali, meski terhitung belum lancar membaca, dengan polosnya Aza memintaku membaca buku yang diambilnya itu.

Terlihat hampir di setiap sudut tempat Rubaku banyak anak yang ternyata memang ingin membaca dan dibacakan cerita oleh kakak-kakak Jendelist. Teriakan dan rengekan dari anak-anak silih berganti terdengar. Ini yang membuat kami semakin semangat untuk merangkul mereka.

Antusiasme anak-anak membaca buku membuat kami semangat

Tanpa terasa waktu bercengkerama dan mengajak membaca buku dengan anak-anak sudah selesai. Kami kemudian mengumpulkan anak-anak kembali, membagi ke dalam enam kelompok, lantas memberikan satu Jendelist pada setiap kelompok. Tapi sebelumnya, anak-anak mengikuti ice breaking dari salah satu kakak Jendelist dengan gerakan dan lagu Naik Delman. Seru sekali. Nah, karena bulan ini masih berbau kemerdekaan Republik Indonesia, melalui kegiatan kelompok inilah anak-anak diajak untuk mengenal Teks Proklamasi, belajar untuk membacakan Teks Proklamasi tersebut dengan suara yang lantang serta dengan sikap yang benar. Selain itu, kami, pasukan Jendelist juga berusaha memperkenalkan Indonesia dengan cara memberikan gambaran peta Indonesia, kemudian menjelaskan provinsi yang ada di Indonesia, Rumah Adat di setiap daerah, dan makanan khas dari setiap provinsi. Jelas sekali terlihat meski ada satu dua anak yang belum paham betul tetapi sebagian dari mereka tetap ingin tahu tentang Indonesia.

Matahari kini terasa kian menyengat. Kami segera mengakhiri kegiatan kelompok untuk kemudian bermain games yang sudah kami siapkan sebelumnya. Kata Berantai. Nah ini, sepertinya dari kakak-kakak Jendelist yang kurang persiapan sehingga kata pun belum disiapkan dan akhirnya kita memenggal kalimat dalam Teks Proklamasi. Tak apalah, yang jelas tetep lancar meskipun bisik-bisiknya kedengeran kelompok lain. Hahaha

Permainan kedua yaitu memasukkan paku ke dalam botol. Bisa dibayangkan, betapa bahagianya anak-anak dengan kelompoknya ketika tali melingkar di perut mereka masing-masing kemudian pada hitungan ketiga mereka berusaha memasukkan paku tersebut ke dalam botol. Tarik-menarik antar anggota kelompok, bahkan ada yang teriak-teriak saking jengkelnya dengan teman mereka sendiri. Sungguh, ini benar-benar kebahagiaan yang tak boleh dilewatkan.

Masuk games yang selanjutnya. Tebak Peta. Di sini permainan dipegang oleh Bang Man. Kita juga harus pindah ke lapangan samping Rubaku yang sedikit luas untuk permainan ini. Bang Man, melontarkan beberapa pertanyaan terkait pembelajaran kelompok pada awal tadi. Istilahnya, mengingat kembali lah ya? Hahaaa.. terbukti banyak dari anak-anak yang dengan benar mencoret jawaban pada peta besar yang sudah disiapkan oleh Bang Man. Rebutan dalam mencoret jawaban hingga mengolok-olok teman kelompok lain yang berusaha curang dalam permainan. Tak masalah, itu berarti mereka menginginkan permainan yang fairplay.

Bermain kata berantai, memasukkan paku ke dalam botol, dan tebak peta Indonesia

Saking asyiknya, tanpa terasa selesai sudah seluruh rangkaian acara yang kami buat. Anak-anak tampaknya sudah mulai lelah dan lapar. Maklum, sudah saatnya makan siang. Tak lupa acara ditutup dengan foto bersama anak-anak Rubaku, dengan senyum khas mereka, dan pancaran semangat yang terus tertanam dalam diri mereka. Pertemuan singkat yang pasti menuai rindu.

Berfoto bersama anak-anak Rubaku

Terimakasih anak-anak, terima kasih pasukan Jendela Jogja, kalian luar biasa. Lilin itu janganlah dimatikan, teruslah menyala dan berjalanlah menyebarkan terangnya. Sampai jumpa di kegiatan selanjutnya, dengan kejutan-kejutan yang lebih menarik. Buat yang belum bisa bergabung, cobain deh! Bersama anak-anak itu ada rindu dan candu.

Written by Ve

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *