Lompat ke konten

Pengalaman Baru!

“Yang baik itu harus dibiasakan, yang biasa belum tentu baik”

***

Ohaloo kawan! Perkenalkan aku adalah salah satu Jendelist Jogja. Aku baru bergabung di Komunitas Jendela Jogja dan satu-satunya komunitas yang aku ikuti. Biasanya aku hanya mengikuti komunitas atau fansite dari pecinta K-Pop. Jujur, aku baru pertama kali bergabung dalam suatu komunitas kemanusiaan, lebih tepatnya komunitas literasi, kalau bahasa ku sih komunitas untuk meningkatkan minat baca anak-anak. Kenapa? Karena jujur dari survei harian aku sendiri, minat baca adik-adik di Indonesia, khususnya Jogja itu jauh dari angka normal. Jangankan membaca, memegang buku saja mungkin mereka jarang (kecuali kalau sekolah). Mereka lebih terfokus pada gadget dan game online. Fakta bukan had, nyatanya mereka lebih suka berlama-lama di depan hp atau pc daripada berlama-lana membaca buku.  Mereka lebih suka ke warnet daripada ke perpustakaan. Jangankan membaca buku cerita atau koran, buku pelajaran saja jarang mereka jamah. Padahal buku adalah jendela dunia, dengan membaca, sedikit banyak membantu kita mengetahui dunia luar. Jujur saya rindu dengan adik-adik yang bermain bersama di lapangan tanah kosong daripada melihat adik-adik diam di rumah dengan fasilitas ho atau pc full game dan kuota.

Oh iya, kembali ke topik awal. Aku tertarik mengikuti Komunitas Jendela Jogja karena jiwa kemanusiaan saya terpanggil. Jujur saya sangat suka dengan hal-hal berbau kemanusiaan, maka dari itu saya bergabung dengan komunitas ini. Kebetulan pertama kali saya dapat sms dari seseorang atau anggota Komunitas Jendela saya dag dig dug seneng, terharu, macem-macem rasanya. Saya pun memutuskan untuk hadir di wawancara tersebut yang bertempat di amphitheater UGM. Di sana sudah banyak yang datang dan menunggu. Sebelum tes wawancara dimulai, saya mengobrol manja dengan orang-orang di sana. Cerita-cerita, ternyata kita satu visi dan misi. Hehe. Tes pun selesai dan saya berharap untuk bisa gabung dengan komunitas ini. Karena konon katanya banyak sekali yang daftar sehingga pada awalnya saya minder karena sebagian besar mereka adalah mahasiswa mahasiswi PTN PTS sedangkan saya adalah seorang ibu rumah tangga.

Berkesempatan untuk mengikuti kegiatan pertama bersama Jendela Jogja, saya dan Jendelist baru yang lain berkegiatan di Desa Ngemplak, sekre Jendela. Awalnya saya bingung harus gimana-gimananya, karena saat tiba di sana, sudah banyak kerumunan adik-adik desa setempat yang sudah berkumpul. Hal itu terjadi karena sebelumnya sudah dibagikan undangan tepat h-1 dan temanya adalah tentang kemerdekaan R1. Jadi, kita akan mengaadakan lomba. Ternyata mereka tertarik untuk mengikuti kegiatan Jendela dan alhamdulillah semua berjalan lancar dan saya mendapat banyak pengalaman pertama terjun langsung di lapangan.

Minggu-minggu berikutnya tepatnya hari Minggu 17 September 2017, kelompok kami mendapat kesempatan untuk berkegiatan mingguan di Bantul. Ternyata setelah sampai di Bantul, kondisinya jauh dari ekspetasi saya. Mungkin karena cuaca yang kurang mendukung atau adik-adik yang kurang berminat main di perpus Jendela yang menyebabkan adik-adik yang datang pun jauh dari ekspetasi dan rencana yang telah dibuat. Mungkin hanya ada sekitar 8 adik-adik. Dan yang membuat saya terkejut, adik-adik di sana cara bicara dan tutur bahasanya maju sekali, terlalu maju mungkin. Minat baca mereka sangat kurang dan lebih suka menonton video atau bermain games. Inilah salah satu tantangan terbesar kami, menumbuhkan minat baca pada adik-adik tersebut.

Rencana kami sebelum kegiatan inti adalah kegiatan mendongeng, karena melihat respon adik-adik sangat kurang, terpaksa mau tidak mau plan a diganti dengan plan b. Ternyata benar kata Jendelist senior, kalau di perpus Bantul, mereka lebih suka dengan kegiatan praktek daripada teori. Next Time, kegiatan selanjutnya mungkin akan dibuat plan supaya minat baca adik-adik bertambah.

Written by Pinasti Restumurti

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *