“Saat kita ‘menjadi’ maka kebaikan-kebaikan itulah yang akan ‘mencari’ dan ‘menghampiri’ kita dengan sendirinya”
Apa yang terpikir dalam benak kalian saat bergabung dalam sebuah komunitas dan menjadi seorang relawan? Jika jawabannya teman baru, pengalaman, pengetahuan dan hal-hal baru lain yang indah nian jika disebutkan satu demi satu, itu benar. Jika kamu ingin tahu, sesunggunya lebih dari itu. Saat kamu mengambil sebuah pilihan untuk menjadi seorang relawan, sesungguhnya yang kamu dapat bukan hanya teman, pengalaman, dan pengetahuan. Yang kamu dapati adalah dirimu sendiri. Ya! Dirimu! Dirimu yang telah berubah menjadi orang baru yang jauh lebih baik dari yang kamu sadari selama ini. Mengapa demikian? Tidak banyak orang yang terpanggil hatinya untuk menjadi seorang relawan yang benar-benar “rela” mengorbankan waktu, tenaga, dan pikirannya dan mengabaikan segala eksistensi yang melekat di atasnya. Untuk kalian yang bisa berada di posisi ini hingga sampai sejauh ini, kalian sudah lebih dari hebat! Minimal keinginan untuk “rela” saja sudah lebih dari cukup. Apalagi jika sudah sampai tahap lebih dari sekedar “rela” yang kau berikan, yakni sebuah pengabdian, sungguh langit pun ikut menyaksikan.
Selama ini, motivasi ingin mengikuti sesuatu selalu diorientasikan sebagai sebuah pencarian. Ingin mendapat ini dan ingin mendapat itu. Meski tak sedikit juga yang berorientasi memberi dengan corak khas gerakan filantropi sosial bahwa “kebahagiaan bukan dari seberapa banyak yang kita dapat, namun seberapa banyak yang kita beri”. Tapi coba kita lihat dari sudut pandang lain. Kita lihat sudut pandang itu ke dalam. Terlepas dari segala kebermanfaatan untuk sesama yang bisa diberi, saya akan fokus pada pembahasan orientasi diri mengingat sudah banyak yang membahas mengenai kebermanfaatan komunitas ini untuk sesama. Bukan karena hal tersebut tidak penting, tapi coba membahas mengenai orientasi diri, saya rasa tidak kalah menarik. Karena untuk memberi dampak yang lebih besar keluar, tentu harus diperbaiki dulu dari dalamnya. Maka, untuk siapa saja, termasuk diri saya sendiri, jika orientasi kita masih “mencari”, maka coba rubah sedikit ke “menjadi”. Meski sah-sah saja jika orientasinya untuk “mencari pahala” atau “mencari jodoh” dan “mencari”-“mencari” kebaikan lainnya di luar sana. Saya rasa itu tidak salah. Tapi ingat, saat kita “menjadi” maka kebaikan-kebaikan itulah yang akan “mencari” dan “menghampiri” kita dengan sendirinya. Saat kamu menjadi baik, justru pahala yang akan menghampirimu dengan sendirinya, pun itu berlaku untuk kebaikan-kebaikan lain di luar sana. Sehingga orientasinya di sini bukanlah imbalan, akan tetapi “ketulusan”. Kebaikan-kebaikan yang akan kamu dapat setelah kamu “menjadi” tadi adalah “bonus” yang tanpa kamu minta, Tuhan dengan senang hati akan memberinya. Semoga kita bisa menjadi relawan yang tidak hanya “rela” namun mampu “mengabdi” dengan tulus ikhlas.
Ditulis oleh Aninta Gina