Lompat ke konten

Menjadi Bermakna dan Berbahagia

Berbaring di kamar melepas penat, entah angin apa yang membawa, saat itu pikiranku melayang memikirkan apa saja yang telah aku lakukan selama ini. Apakah aku sudah cukup berbagi? Apa yang harus aku lakukan agar menjadi manusia yang bermanfaat? Di tengah jenuhnya rutinitas kerja, rasanya aku memerlukan suatu kegiatan yang membuatku bermakna.

Aku segera meraih handphone dan mencari komunitas sosial di Bandar Lampung. Lantas aku menemukan akun twitter Jendela Lampung. Saat itu yang membuatku tertarik  dengan komunitas Jendela adalah komunitas ini bergerak di bidang pendidikan (khususnya anak-anak) dan juga berkaitan dengan minat baca. Wah, sesuai dengan dasar pendidikanku dan aku sejak kecil hobi membaca, pikirku. Namun saat itu aku hanya mengikuti media sosialnya, belum berkesempatan untuk datang ke rumah baca. Alasannya karena aku masih bingung bagaimana membawakan diri di suatu komunitas sosial, mengingat aku selama ini tergolong anak rumahan yang introvert garis keras.

Sampai akhirnya pada tahun 2018, Komunitas Jendela mengadakan malam keakraban nasional (makrabnas) di Lampung. Aku sangat tertarik untuk ikut, mengingat di unggahannya kita bisa bertemu teman-teman relawan Jendela dari regional lainnya. Kapan lagi ada kesempatan untuk menambah teman sekaligus bisa berbagi. Aku pun menanyakan syarat untuk makrabnas, yaitu harus setidaknya satu kali ikut kegiatan di rumah baca. Ternyata aku juga mengenal satu relawan Jendela, dan akhirnya aku bisa pecah telur untuk memberanikan diri datang ke rumah baca. 😀

Pertama kali datang ke rumah baca, aku harus menunggu agak lama relawan yang menjemputku. Saat itu aku tidak bisa datang bersama  temanku yang juga relawan karena ia ada kesibukan. Satu tantangan baru untukku yaitu mencairkan suasana di perjalanan menuju rumah baca dengan orang yang baru kukenal. Saat sampai di rumah baca, kegiatan sudah dimulai. Aku pun langsung mengikuti kegiatan. Saat itu adik-adik tengah belajar membuat puisi. Akupun membantu beberapa adik membuat puisi, sambil menanyakan nama mereka dan sedikit berkenalan. Rasanya tersentuh sekali melihat mereka yang polos, malu-malu.

Sebelum pulang, aku dan beberapa relawan yang baru bergabung diminta untuk mengenalkan diri di depan adik-adik. Tatapan mereka yang penuh membuatku merasa hangat.

Satu hal lain yang berkesan di pertemuan pertama adalah aku pulang terlambat. Seharusnya kegiatan sudah selesai di siang hari dan diperbolehkan tinggal, tapi aku tetap di sana karena relawan yang memberikan tumpangan harus rapat koordinasi dan menyiapkan untuk makrabnas minggu depan. Teman-teman relawan lainnya menyampaikan kalau aku bisa ikut tinggal, dan aku pun mengiyakan. Senang rasanya bisa melihat dan terlibat secara langsung, walau tak banyak yang bisa kulakukan. Teman-teman relawan yang pertama kali kukenalpun menyambut dengan baik dan ramah.

Sampai di hari makrabnas, di mana aku menghabiskan tiga hari bersama orang-orang yang benar-benar baru kukenal. Aku hanya bermodal kenal beberapa relawan yang aku temui di minggu sebelumnya. Namun, aku merasa dirangkul di komunitas ini.

Makrabnas Lampung 2018

 

Menilik setelah hampir tiga tahun aku bergabung di Jendela, aku merindukan saat-saat pertama ikut kegiatan di mana aku mendapatkan perhatian (masih ingat di awal makrab, selalu ditanyai panitia: Sudah makan belum? Mau menyeduh kopi, dan lainnya :D), benar-benar dibuat nyaman. Sungguh pengalaman yang tak akan terlupakan dan menyenangkan.

Tak hanya bersenang-senang, saat itu kami juga mendapat materi tentang pengelolaan sampah. Aku sebenarnya sudah mengetahui soal pemilahan sampah, namun aku baru tergerak untuk mengaplikasikannya sendiri setelah ikut makrabnas. Ada juga malam berbagi tentang kejendelaan, saat itu membicarakan seputar sejarah Jendela dan kesan, pesan, serta suka duka menjadi jendelist. Aku sebagai anak bawang menyimak dan tentu saja kebagian untuk bercerita.

Selepas dari acara makrabnas, aku dihubungi oleh salah satu relawan yang memintaku untuk bergabung sebagai pengurus Jendela, saat itu tengah masa reorganisasi. Merupakan salah satu hal yang unik di Jendela, di mana walau komunitas ini adalah komunitas sosial yang tidak terikat, namun tetap terbentuk kepengurusan agar tetap berjalan sesuai visi misi.

 

Makrabnas Jendela 2019 di Yogyakarta

Aku yang suka ragu dan banyak pertimbangan, kali ini langsung tertarik untuk bergabung menjadi pengurus. Di awal, aku masuk di tim program yang bertugas mengonsep setiap kegiatan bersama adik-adik. Banyak hal yang aku dapat selama menjadi pengurus. Mulai dari mengatur waktu untuk ikut dalam kegiatan,  menyiapkan materi belajar dan mengonsep agar adik-adik tidak cepat bosan. Walau kadang ada rasa letih, tapi rasanya menyenangkan saat melihat adik-adik tersenyum dan bisa belajar.

Selepas dari program, aku masuk di tim media selama hampir 2 tahun. Di sini aku kembali belajar tentang mengelola media sosial dan membuat konten yang menarik dan informatif. Sungguh seru sekali!

Seiring berjalannya waktu, tak terasa sudah hampir  tiga tahun aku menjadi relawan Jendela. Banyak sekali yang aku dapatkan di sini. Aku bertemu banyak orang dengan berbagai latar belakang, membuatku belajar untuk menghadapi orang-orang dengan karakter yang berbeda-beda.

Aku bertemu adik-adik yang mengajarkanku untuk selalu bersyukur dan bisa berbahagia dengan cara yang sederhana. Aku menemukan keluarga di Jendela. Banyak rasa yang terukir di Jendela. Ada senang, sedih, marah, semangat, letih, namun dalam suatu komunitas yang berisi banyak kepala, hal-hal fluktuatif dan konflik wajar terjadi. Tapi satu yang pasti, jendela adalah rumah para relawan. Jendela adalah tempat berkumpulnya orang-orang baik yang rela menghabiskan waktu,  pikiran, tenaga, keringat untuk komunitas ini.

Selama aku bergabung di Jendela, walau aku termasuk yang tidak banyak bicara, tapi banyak kesan yang kudapat dan memori di kepala terukir akan keseruan di Jendela. Rasanya tak banyak yang aku berikan, tapi aku mendapatkan begitu banyak manfaat. Yang awalnya aku berpikir aku bisa memberikan sesuatu untuk Jendela dan ilmuku mungkin bermanfaat untuk adik-adik, justru aku yang mendapatkan lebih dari itu semua. Kalau aku ditanya hal apa yang aku syukuri dalam hidup, menjadi bagian dari Jendela adalah salah satunya.

Tak perlu melihat jauh untuk berbahagia dan bermakna, cukup dengan melihat sekitar dengan sungguh-sungguh dan ikhlas berbagi. Karena kebahagiaan yang kita cari dan butuhkan telah ada di sekitar kita. Seperti lirik lagu Rosé: “Everything I need is on the ground.”

 

 

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *