Lompat ke konten

Kekerasan Seksual Terhadap Anak Selalu Mengintai

Berbagai kasus kekerasan seksual terhadap anak marak terjadi pada tahun 2013 ini. Pelakunya kebanyakan orang terdekat anak, seperti ayah kandung, guru sekolah, pembantu dan sebagainya. Oleh Komisi Nasional Anak, tahun ini disebut tahun darurat kekerasan seksual terhadap anak.

Pemerhati masalah anak, Hana Yasmira mengatakan , jangan pernah beranggapan bahwa tindakan kekerasan seksual tidak mungkin terjadi pada anak-anak di rumah. Faktanya, kekerasan seksual bisa menimpa setiap anak dari golongan ekonomi dan latar budaya apa pun.

Tidak ada ortu yg siap membicarakan persoalan kekerasan seksual terhadap anak. Namun, semakin dini membicarakan soal tersebut, maka semakin besar peluang anak terhindar dari tindakan kekerasan itu. Pendidikan seks bukan berarti memberikan pelajaran tentang hubungan seksual. Cara terbaik untuk membicarakannya mulai dengan diskusi konstruktif. Misalnya tidak menakuti atau mengancam dengan kata-kata intimidatif yang bisa menimbulkan sikap paranoid pada anak.

Anak-anak di bawah usia 7 tahun, bisa diajak mengetahui tentang bagian-bagian tubuh pribadi yg harus dilindungi dan tidak boleh dijamah oleh sembarang orang.

Jangan ragu, kata Hana, untuk mengajari anak tentang bagaimana menjaga bagian tubuh terbukanya.

Ajari juga anak mengenai perbedaan sentuhan. Sentuhan yang baik itu seperti membelai kepala atau mencium pipi. Sentuhan tersebut dilakukan oleh orang yang menyayanginya. Juga sentuhan jahat yang membuat anak merasa disakiti misalnya mencubit dan mencakar.

Sentuhan yang dilakukan seseorang di bagian pribadi anak atau anak dibujuk untuk menyentuh bagian pribadi orang tersebut juga harus diinformasikan kepada anak bahwa hal itu tidak boleh dilakukan.

Menurut Hana, peran orang tua disini sangat penting. Orang tua harus menjadi tempat bertanya anak-anaknya. Jika memang belum siap menjawab pertanyaan anak tentang seksualitas atau kekerasan seksual,ortu sebaiknya menjawab dengan jujur bahwa minta waktu berpikir untuk menjawab pertanyaan tersebut. Menjadi ortu yang bisa ditanya akan membuka peluang untuk berbicara banyak bersama anak. Jika sudah tercapai, ortu sudah tidak perlu khawatir anak akan menyembunyikan apapun dari anda.

Sumber: warta kota,minggu 31 maret 2013

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *