Sejak awal Maret 2013 lalu, kawah Timbang di Pegunungan Dieng, Jawa Tengah, mulai aktif. Gempa-gempa kecil dan bau belerang membuat penduduk yang tinggal di desa-desa kawasan dataran tinggi Dieng mulai waspada.
Bagi penduduk Dieng, aktifnya sebuah kawah seolah menjadi hal biasa. Mereka tahu, sejak dulu, kawah-kawah di Dieng memang aktif.
Candi-candi di Dieng ini pernah terendam dalam danau selama ribuan tahun.
Mereka juga tahu, kalau dataran tinggi Dieng yang menjadi tanah kelahiran mereka merupakan bekas kawah gunung api raksasa yang telah lama mati.
Bentuk kawah itu terlihat jelas, ketika kita mengamati bukit-bukit disekelilingnya. Bukit-bukit itu, dulu merupakan tebing-tebing bibir kawah yang kini telah berubah menjadi ladang-ladang subur.
Tanaman sayur-mayur, tumbuh subur di daerah yang berudara dingin ini. Seperti tanaman kol, tomat, cabai, kacang panjang, buncis, bawang, wortel, kental, dan lainnya.
Dataran tinggi Dieng merupakan salah satu tempat tertua di Pulau Jawa yang dihuni manusia. Itu bisa dilihat dari adanya kompleks bangunan candi tertua di Pulau Jawa yang ditemukan di Dieng.
Dengan peninggalan arca Dewa Siwa, Agastya, Ganesha, dan lainnya yang ditemukan di kompleks candi, para ahli menyimpulkan, candi-candi di Dieng merupakan candi yang dibangun pada masa Hindu, sekitar tahun 809.
Candi Dieng merupakan candi tertua di Pulau Jawa.
Anehnya, kompleks candi tersebut baru ditemukan oleh tentara Inggris tahun 1814. Anehnya lagi, pada umumnya sebuah candi kuno ketika ditemukan tertimbun abu vulkanik atau tanah. Candi-candi di Dieng ini malah ditemukan terendam dalam danau atau rawa-rawa.
Untuk memunculkan bangunan candi, danau yang berada di tengah kawah Dieng tersebut mesti dikeringkan. Konon, untuk mengeringkannya, perlu waktu 40 tahun. Sayangnya, setelah candi-candi itu muncul, tak ada prasasti atau petunjuk lain tentang identitas candi ini.
Candi-candi tersebut lalu diberi nama tokoh-tokoh wayang. Seperti, Candi Arjuna, Candi Gatotkaca, Candi Dwarawati, Candi Bima, Candi Semar, Candi Sembadra, Candi Srikandi, dan Candi Punta Dewa.
Meskipun candi-candi tersebut masih menjadi misteri, keindahan candi-candi di Dieng sangat memesona para turis manca negara. Banyak turis manca negara yang sedang berada di Yogyakarta, menyempatkan diri melihat candi-candi misterius di tengah bekas kawah ini.
Banyak turis bertanya, kanapa candi-candi tersebut dibangun di tengah kawah? Tentu saja karena karena bekas kawah tersebut sudah lama sekali mati dan telah menjadi dataran yang subur.
Sejak berabad-abad lampau, bukit-bukit ini sudah menjadi lahan subur untuk pertanian.ni sudah ber
Di tanah yang subur itulah, masyarakat Dieng kuno membuka kampung-kampung dan bercocok tanam. Sebagai masyarakat penganut Hindu, mereka pun mendirikan candi-candi untuk pemujaan kepada para dewa.
Kenapa daerah tersebut diberi nama Dieng? Menurut sejarah, nama Dieng berarti Tempat Hyang atau tempat bersemayamnya para dewa. Jadi, pantas kalau di tempat itu oleh masyarakat Hindu didirikan candi-candi untuk memuja para dewa.
Tertarik mengamati candi-candi di Dieng? Dataran tinggi Dieng terletak di daerah Wonosobo dan Banjarnegara. Dari Yogyakarta, jarak ke Dieng sekitar 120 kilometer.
Sumber : (http://www.kidnesia.com/Kidnesia/Potret-Negeriku/Warisan-Nusantara/Candi-Dieng-di-Tengah-Kawah-Gunung-Berapi)