Jogja, 30 Juni 2013
Berapa anak Sapen yang datang hari ini pada kegiatan berbagi di Jendela Jogja? Hohoho, hanya 10 anak, tidak banyak seperti biasa *tak apa karena personil relawan juga tidak banyak, hanya 5 kakak Jendelist. So, apa yang kami lakukan hari ini?
Hey, kami mengenalkan kebudayaan orang Dayak Kalimantan lho.
“Wah saru iki”, ujar Dika ketika melihat slide power point yang ada gambar animasi anak Dayak dengan hanya mengenakan penutup badan bagian bawah.
“Gak saru kok, nanti kamu akan paham kenapa orang Dayak memakai pakaian seperti itu”, jelas saya.
Saya pun menjelaskan bahwa cara berpakaian seperti itu adalah cara berpakaian orang Dayak dulu sebelum mengenal kain. “Mereka menutupi badan mereka dengan bahan yang terbuat dari lapisan kayu” ujar saya.
“Nah, di bagian manakah orang Dayak tinggal. Mereka tinggal di pulau di Kalimantan, Kalimantan ada dimana ya?” tanya saya
“Aku tau kak. Aku tahu”, Fafa bersemangat untuk menjawab.
“Waktu belajar tentang Siger, kalian tau kan Siger dari Lampung, dan Lampung ada di Sumatra. Jadi, masih ingat gak dimanakah Sumatra?” tanya saya memancing ingatan mereka. Fafa kembali beraksi dan menjawab. Dika yang kalah cepat hanya mampu cemberut dan berkata “aku ngerti Papua wae”
Selesai mengenalkan rumah ada orang Dayak, senjata mereka dan makna burung Enggang dalam kehidupan masyarakat Dayak. Anak-anak kami ajak melakukan workshop kecil membuat Tengkulas dan pompom tari Dayak *istilah terakhir merupakan istilah yang saya buat sendiri tuk menjelaskan tentang rangkaian bulu burung yang dipakai menari gadis-gadis Dayak. Seperti biasa, mereka berebut. Rian, Dika dan Yoga sebagai anak lelaki yang ikuta kegiatan hari itu memilih membuat Tengkulas, mahkota pria Dayak. Sementara anak perempuan lebih memilih membuat pom pom walau pada akhirnya mengubahnya menjadi mahkota, hehe.
Hemm, segitu dulu deh cerita berbagi di Sapen hari ini.
See u soon dengan cerita lain dari para Jendelist.