Lompat ke konten

Antusias Sadang Serang, Bandung

20 Oktober 2013

Yayy… Jendela Bandung akhirnya sudah 1 bulan berkegiatan di Sadang Serang. Akhirnya giliran saya bercerita. Oke saya akan coba mulai sedikit bercerita mengenai awal berdirinya Jendela Bandung. Jujur sebagai koordinator yang baru datang merantau ke Bandung untuk lanjut sekolah, saat itu perasaan menjadi campur aduk antara excited dan bingung bagi waktu saat beberapa teman di Jogja dan Jakarta mulai bertanya “kapan di Bandung ada Jendela?”. Semangat untuk segera terbentuk Jendela Bandung dan excited dengan perkuliahan membuat system slow respon menjadi kebiasaan yang harus segera dirubah.

Melihat dari respon adik-adik kita di Sadang Serang selama ini, mereka terlihat sangat gemar untuk baca buku.  Hampir disetiap kegiatan mereka selalu meminjam buku untuk dibawa pulang dan setiap hari selasa adalah hari untuk mengembalikan buku. Bahagia, itu yang saya rasakan waktu melihat antusias mereka yang luar biasa besar dan sangat positif menyambut teman-teman Jendelist untuk berkegiatan bersama.

Minggu lalu, 20 Oktober, kami kedatangan 2 volunteer baru, Dea dan Tri. Mereka jauh-jauh datang dari Margahayu, daerah selatan Bandung. Selain itu ada Fatma yang juga tinggal di Ujung Berung. Butuh waktu tempuh sangat lama untuk sampai Sadang Serang naik angkot. Kira-kira 1-1.5jam lah ya. Ada juga Keke, teman dari jurusan Geologi yang hari itu sangat banyak membantu dalam kegiatan kami. Nisa dan Echa, yang selalu menyempatkan waktunya untuk bermain&belajar bersama 😀

Hari itu seharusnya kegiatan “Mini Outbound”, tapi karena cuaca tidak mendukung akhirnya kami hanya belajar di dalam mushola (oke. setelah ini saya akan cerita kenapa selama ini berkegiatan di mushola). Sebelum kegiatan dimulai, saya mencoba mengadakan sedikit permainan. Pemanasan sebelum kita belajar bersama. Secara random juga akhirnya tercetus ide hari itu, “Pilih satu buku dan cari kata sulit”. Hahahahaha…. Oke. simpel. Tapi sebenarnya menarik dan sedikit rumit. Jujur. Saya pun belajar banyak dari permainan ini. Beruntunglah karena hari itu ada teman-teman dari berbagai jurusan. Dari Geologi, arsitektur, ekonomi, sampai kimia. Contoh kata2 yang ditanyakan adik-adik adalah “micro wax, teritori, pipet, explore, dll” (oke… saya aja sampe lupa apa katanya karena itu juga pertama kalinya saya dengar).

Permainan ini cukup sulit untuk para relawan. Kita semua diharuskan dapat menjelaskan berbagai kata sulit yang dilontarkan adik-adik dan bagaimana caranya agar adik2 kita bisa mengerti. Kunci dari permainan ini adalah kata sederhana dan contoh keseharian. Dari sini saya belajar, sering berkomunikasi dengan anak kecil sebenarnya dapat melatih kita untuk selalu memakai bahasa sederhana agar mudah dimengerti.

Jendela Bandung

Selama ini kegiatan Jendela Bandung menggunakan mushola milik salah satu teman Jendelist. Kenapa? Karena saat ini ruangan yang akan kami gunakan untuk berkegiatan masih belum memiliki lemari buku untuk menyimpan buku-buku kami yang sudah lumayan banyak. Karena itu saya dan Echa berkunjung ke rumah Bapak RW. Disana kami meminta ijin kembali untuk memakai balai RW yang dijanjikan apabila dana donasi untuk pembuatan rak buku telah terkumpul dan rak buku siap dihantar. Selain itu, pendekatan terhadap warga sekitar terutama orang tua dari adik-adik yang selalu mengikuti kegiatan kami juga sangat penting. Pak RW berjanji akan mengundang perwakilan dari teman-teman Jendela apabila ada rapat rutin.

Sekali lagi, #berbagi bagi saya selalu menyenangkan terutama jika waktu luang bisa melakukan kegiatan positif. Tidak perlu menunggu orang lain untuk berbuat baik. Cukup dengan apa yang mampu kita lakukan untuk orang-orang disekitar kita. Sesederhana apapun itu. #berbagi.

edit2

 Terimakasih untuk teman-teman yang sudah ikhlas meluangkan waktu dan tenaganya untuk sama-sama merintis Jendela Bandung dari nol. Oke. Sekian cerita dari saya.

Salam,
Apriliana Taurizqi R.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *