Lompat ke konten

Belajar Tanggap Bencana dan Fenomena Alam

Masih di tempat biasa, Dusun Turgo. Hawa sejuk yang masih sama, dengan semerbak keceriaan dan semangat yang masih sama pula. Pagi itu, pukul sembilan pagi dihari Minggu, 4 Mei 2014 para jendelist telah bersiap dengan senyum simpul yang merekah di wajah mereka. Jarak berpuluh kilometer dan teriknya matahari yang menyengat kala itu rasanya tidak mampu menyurutkan semangat para jendelist untuk berbagi. Hari berbagi dengan anak-anak hebat dari Turgo telah tiba! Tapi ada yang kurang ni, hanya beberapa anak yang datang pagi hari itu. Nampaknya, anak-anak yang biasanya hadir tepat waktu tidak bisa hadir karena dua alasan. Satu, banyak anak-anak yang mengikuti kegiatan TPA. Alasan yang kedua, biasanya anak-anak hadir dengan undangan sebagai perantaranya, akan tetapi minggu itu tanpa undangan. Akhirnya, para jendelist memutuskan untuk menjemput anak-anak ke rumah masing-masing. Beberapa jendelist saja yang menjemput, sedangkan sisanya tetap tinggal di area PAUD. Setelah anak-anak datang dengan segala kicau dan keceriaan mereka, kegiatan berbagi pagi itu dimulai juga. Sesuai dengan rencana semula, materi yang dibawakan bertema Bencana Alam. Tema Bencana Alam yang di1angkat pada hari itu tentu beralasan, dengan mengangkat tema tersebut anak-anak dapat mengetahui berbagai macam bencana alam, penyebab, serta cara menanggulanginya dengan cara yang mudah dan menyenangkan.

Kegiatan pagi itu dibuka dengan berdoa bersama yang kemudian dilanjutkan dengan Ice Breaking. Berbeda dengan minggu-minggu sebelumnya, Ice Breaking kali ini berupa permainan bernama Red Elbow yang dipimpin oleh Mas Cecep. Instruksi yang diberikan mudah dimengerti oleh anak-anak karena dijelaskan dengan perlahan dan jelas, selain itu penjelasan diiringi langsung dengan peragaan sehingga anak- anak lebih mengerti. Ice Breaking pagi ini mampu membuat kami (jendelist dan anak-anak) tertawa terbahak-bahak. Ice breaking sebagai pemanasan memang bagus sebagai metode untuk mengawali hari berbagi yang tak kalah asyiknya setelah itu.

Yak! Tiba pada kegiatan inti dari agenda kita pagi itu. Pemberian materi kepada anak-anak Turgo dilakukan dengan cara membagi anak-anak menjadi empat kelompok kecil, dengan didampingi oleh para jendelist tentunya. Masing-masing kelompok diberikan contoh bencana alam yang berbeda-beda. Kelompok satu membahas mengenai Tanah longsor, kelompok tentang dua Gempa Bumi, kelompok tiga mengenai Gurung Meletus, dan kelompok terakhir membahas mengenai Banjir. Setiap kelompok diberi satu buku mengenai topik bahasan yang diterima masing-masing kelompok. Nah, di sinilah waktunya jendelist beraksi untuk menyampaikan materi kepada anak-anak dengan cara menceritakan atau membacakan topik Bencana Alam sampai anak-anak mengerti. Setelah itu, giliran kreativitas anak-anak Turgo yang diuji. Seusai diberi materi oleh kakak-kakak jendelist, anak-anak diberikan satu kertas manila putih, pensil, dan pewarna. Untuk apa? Kertas dan kawan-kawannya itu digunakan untuk menggambar jenis bencana alam sesuai dengan kelompok masing-masing.

Kreativitas, kerja sama, dan kekompakan anak-anak Turgo akan tampak pada kegiatan menggambar dan mewarnai ini. Akan tetapi, tentu saja kegiatan ini belum bisa berjalan dengan lancar. Banyak anak yang masih sibuk dengan urusannya sendiri, banyak anak yang belum aktif, bahkan ada anak yang tidak percaya diri dengan gambarannya sendiri. Padahal sebenarnya gambarannya bagus, “Mbak, aku nggak bisa nggambar ini.” Disini, jendelist ambil andil dengan memotivasi dan mendorong anak-anak. “Ayo dek, kamu bisa. Ayo dicoba dulu.” Lucu memang, melihat anak-anak Turgo menggambar, coret sana coret sini. Tapi tetap saja, kepolosan, dan keluguan anak-anak itu menjadi daya tarik tersendiri untuk dinikmati. Waktu menggambar dan mewarnai telah usai, saatnya anak-anak beraksi untuk mempresentasikan hasil karya mereka! Dengan wajah malu-malu sia2p bersembunyi, dengan suara lirih namun menggelitik, mereka mempresentasikan karya mereka (meski masih dengan bantuan dan rayuan dari para jendelist, namun usaha keras mereka patut dihargai) di depan kelompok lain. Kelompok pertama yang mau maju diberikan satu bintang sebagai penghargaan. Tiap kelompok maju bergantian untuk mempresentasikan karya mereka.

Kegiatan presentasi selesai, kegiatan pagi itu dilanjutkan dengan sebuah permainan kecil yang mengasyikkan. Anak-anak di ajak keluar ruangan dan menuju ke lapangan. Kala itu matahari menyinari dengan teriknya yang membakar, tapi tetap saja hawa sejuk di Turgo sedikit meredam panas mentari hari itu. Permainan yang diambil masih berkaitan dengan tema kita, yakni tentang bencana alam. Tidak hanya anak-anak, para jendelist juga mengikuti permainan yang mengundang kebahagiaan itu. Kegiatan berbagi pagi itu pun diakhiri dengan berdoa bersama yang dipimpin oleh salah satu anak dari Turgo bernama lala. Karena mencegah lebih baik dari pada mengobati, karena mengerti lebih dulu lebih baik. Semoga materi tentang tanggap bencana ini dapat membantu adik-adik Turgo yang memang hidup di area bencana siap dan tanggap jika bencana datang.


by : Ryma Aulia- jendelist_jogja.

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *