Lompat ke konten

Kabar Baik dari Turgo

Yogyakarta, 18 Januari 2015

 

Hari ini, temaku adalah kucel, kumel dan dekil. Bagaimana tidak? Bangun kesiangan langsung cus jualan ke sunmor. Setelah jadi “speaker” sekitar 2 jam, tiba-tiba pengen ke Turgo. Sudah 3 minggu tidak ke sana. Kangen. Kesibukan kuliah benar-benar memaksa untuk mengurangi kegiatan di komunitas. Tapi apa daya jika sudah benar-benar kangen sama kegiatan di Turgo? Oke baiklah, nekat segera ke Turgo..

Sepulang jualan baju bekas di Sunmor jam 9 pagi. Beres-beres dibantu jendelist hingga jam 9.15, macet beli bensin hingga jam 9.30 baru balik ke kos. Ganti baju doang si. Lanjut ngebut 80 km/jam ke Turgo yang berjarak 25 km dari kota Jogja ke arah lereng Merapi. Sudah satu tahun terbiasa dengan jalan ke Turgo membuatku nekat ngebut, sudah siang, sudah telat. Begitu pikirku.

Sampai sana, hanya ada 6 jendelist, aku, Gina, Vida, Tiwi, Nurul dan Hono serta beberapa adik-adik yang bahkan hingga kini aku tak bisa hafal semua namanya. Hiks.. Kami berkegiatan di Pondok Alam. Ada rumah kosong yang memiliki halaman luas. Biasanya memang kegiatan kita di sana. Kegiatan hari ini hanya membuat prakarya dari stik es krim. Karya mereka akan dipamerkan saat acara ulang tahun Jendela di bulan Maret nanti. Kegiatan dimulai sekitar jam 10.00 dan berakhir jam 12.30..

Si Tiwi, yang berkunjung ke perpusatakaan bercerita. Kebetulan perpustakaan kita berada di rumah adik Uze, biar ada yang merawat. Tiwi sangat terkejut saat mengetahui bahwa buku di perpustakaan sangat berantakan. Kata Uze banyak yang pinjam, bahkan orang tua pun ikut pinjam buku atau majalah. Sujud syukur, alhamdulillah. Tak hanya adik-adik saja yang mulai suka membaca, orang tua mereka pun mulai suka membaca. Mungkin melihat ada perubahan positif dari anak-anaknya juga ya. Heheheheee

Bagaimana pun, misi kami adalah meningkatkan minat baca anak. Banyak sekali metode yang kami lakukan. Biasanya melalui workshop. Adik-adik diberi materi dari buku, diminta menggambar sesuai pemahaman mereka kemudian presentasi. Selanjutnya, jika ingin mengetahui lebih dalam tentang materi bisa membaca buku yang lain. Langkah ini efektif menarik minat anak dalam membaca. Setahun setelah metode ini dilaksanakan, setiap kegiatan jendelist tak lagi membujuk membaca. Adik-adik sendiri yang langsung meminta buku. Bahkan menegur kami jika bukunya gak update. Duh, maafkan kami dek.

Pendirian perpustakaan merupakan metode lain dalam meningkatkan minat baca anak. Namun, jika ada perpustakaan tapi masyarakat sekitar tak minat membaca buat apa juga? Adalah kabar gembira saat tahu orang tua pun mulai minat membaca. Kebanyakan dari mereka memilih membaca majalah tentang pertanian. Profesi mereka sebagian besar memang petani. Sayangnya, jumlah majalah masih sangat sedikit. Yuk, yang mau menyumbang buku untuk melengkapi koleksi perpusatkaan kami dipersilakan lho..

Semoga di hari-hari selanjutnya selalu ada kabar baik yang datang. Biar semangat kami terus berkobar. Aamiin 🙂

 

Penulis : Nita MR

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *