Lompat ke konten

Keceriaan di Desa Turgo

Hari Rabu malam, Divisi Program, Komunitas Jendela. mengadakan rapat kecil. Kami membahas rencana hari Minggu, 29 November 2015 untuk berkegiatan di berbagai tempat, di antaranya Desa Turgo, Rubaku (Rumah Baca Buku), dan Moblib (Mobile Library). Saat diskusi, saya diberi amanah untuk berkegiatan di Desa Turgo oleh Kak Utha.

Minggu pagi pun datang. Malam sebelumnya saya mempersiapkan diri agar agar tidak bangun terlambat seperti yang sudah terjadi beberapa minggu yang lalu, hehehe… Lantas saya bergegas menuju apotek yang berada di depan UII, tempat kami berkumpul. Kak Firdan, Kak Heni dan Kak Yara sudah menunggu di sana. Kami bertiga sempat membahas sedikit rancangan kegiatan yang akan kami lakukan di Turgo. Kak Ubay sayup-sayup terlihat dari kejauhan menghampiri kami dan kami pun bergegas berangkat karena waktu sudah semakin siang.

Desa Turgo terletak di utara kota Yogyakarta, tepatnya di Kecamatan Kaliurang, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Tak heran jika di daerah Turgo ini udaranya bersih dan sejuk karena lokasinya jauh dari hiruk-pikuk perkotaan. Sepanjang perjalanan yang kami lihat adalah pepohonan rindang karena wilayah ini berada di kaki Gunung Merapi.

Sesampainya di Taman Baca Desa Turgo, kami sedikit terheran dengan suasana di sana. Adik-adik yang datang untuk mengikuti kegiatan Jendela ternyata tidak banyak karena jadwal kami berbenturan dengan kegiatan adik-adik yang lain. Kami pun agak kecewa saat itu, namun harapan mulai muncul ketika Selfi dan Diaz mulai datang ke kegiatan kami. Kecewa kami pun pelan-pelan terobati setelah kami semua terhanyut dalam candaan bersama anak-anak yang lebih dahulu datang. Belum lagi ketika Ari yang dari awal bercanda dan tertawa terbahak-bahak ketika bertemu dengan saya. Entah apa yang dipikirkannya, namun ketika benar-benar saya tanyakan, Ari menjawab dengan polos “Muka kamu, tuh, lucu, Mas”. Lantas semua orang yang ada di lokasi itu mendadak tertawa mendengar jawaban Ari yang polos itu.

Tidak seperti Shinta, Uze, dan Rio yang asyik membaca dan membuat prakarya yang diajarkan oleh Kak Gina dan para Jendelist lainnya, Ari justru tertarik untuk bermain dan bercanda dengan saya, yang sebenarnya saya baru pertama kali bertatap muka dengannya. Namun kami langsung akrab, bagaimana tidak, Ari berkali-kali mengajak saya adu panco hingga ia tertawa terjungkal ketika meledek jambang saya yang cool ini, hehehe

Saat Ari mulai lelah bercanda, saya mencoba untuk berinteraksi dengan Diaz dan Selfi yang sedang sibuk dengan bukunya. Diaz pun sedikit bercerita tentang Desa Turgo yang sejuk itu. Ia menceritakan tentang perkebunan-perkebunan warga yang subur. Mata pencaharian warga Desa turgo memang sebagian besar petani kebun. Mulai dari kopi, salak, dan aneka sayuran. Kecamatan Kaliurang sendiri memang terkenal akan penghasil buah salak. Tak khayal jika banyak terdapat lahan kebun salak selama perjalanan kami kesini.

pic 3

pic 4

Salah satu karya dari anak-anak yang saya tujukan untuk ulang tahun salah satu Jendelist, Boy ke-24 tahun.

            Waktu pun terus menggilas kami. Sudah hampir pukul 12 siang, dan waktunya untuk kami berpamitan dengan adik-adik Turgo. Ketika kami berpamitan, Ari sempat menghampiri saya dan berpesan untuk saya supaya datang lagi minggu depan. Mungkin karena kami yang sudah cukup akrab dengan pertemuan singkat tadi. Saya harap pun dapat kesini lagi di lain kesempatan. Setelah berpamitan, kami pun pulang kembali ke Yogyakarta.

Beberapa hal yang saya rekam saat berkegiatan di Turgo, diantaranya keceriaan mereka. Walaupun kehadiran adik-adik dan para Jendelist tidak begitu banyak, namun mereka tetap antusias dan sumeh. Belum lagi udara yang bersih, sejuk dan suasana desa yang asri telah membuat saya betah berlama-lama berada disana.

Terima kasih dan mari nantikan cerita Jendelist lainnya di lain kesempatan, ya?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *