Lompat ke konten

My 2nd home, Komunitas Jendela Bandung ❤

“Setiap rumah membutuhkan jendela.

Tanpa jendela, kita tidak akan pernah tahu di luar sana dunia begitu luas.

Tanpa jendela, kita tidak dapat merasakan udara bersirkulasi dengan segarnya.

Dan tanpa jendela, tidak akan ada sinar matahari yang akan datang menyinari. Kita merasa gelap.”

 

PicsArt_1451369090149

Setiap kali saya mulai merasa lelah dengan berbagai macam aktivitas yang dijalani, rumah lah tempat  bersembunyi. Tak hanya bersedia dijadikan tempat singgah di kala senang, rumah pun tak segan menyambut kita yang sedang susah. Rumah menjadi tempat relaksasi demi memulihkan ‘kesegaran’. Dari rumah lah tempat kita mengawali segalanya. Dari rumah, semangat yang sempat hilang itu hadir kembali.

Rumah menjadi tempat saya mendapatkan kenyamanan. Rumah tempat saya mendapatkan keluarga dengan cinta yang tiada habisnya. Sebab itu, rumah menjadi tempat yang paling dirindukan ketika kami berjauhan.

Lima bulan lalu, saya memutuskan untuk bergabung menjadi volunteer di Komunitas Jendela Bandung, tempat yang saat ini saya jadikan rumah kedua. Rasanya tidak berlebihan saya sebut sebagai rumah kedua karena di Komunitas Jendela saya mendapatkan segala ‘unsur’ rumah yang saya definisikan di atas.

Menjadi volunteer adalah pengalaman yang mengesankan sekaligus menguntungkan. Tak hanya sebagai sarana belajar, komunitas juga membantu saya berkarya. Berperan aktif dengan turun ke ‘lapangan’ menjadikan saya tahu keadaan masalah pendidikan di Indonesia yang sebenarnya daripada yang disajikan dalam data. Saya merasa beruntung karena dapat turut serta bersama mereka, adik-adik asuh kami, menggapai kehidupan yang lebih baik.

Komunitas Jendela tidak pernah gagal membuat saya belajar dan besyukur di setiap aktivitas yang saya jalani selama ini. Mungkin sebagian besar berpendapat bahwa mengurusi anak kecil akan membuat mereka repot. Memang ada benarnya tetapi saya mencoba melihatnya dari sudut pandang yang berbeda. Alhasil selama ini malah saya sering dibuat kagum oleh adik-adik asuh Jendela. Komunitas Jendela juga menjadi wadah berkarya bagi saya. Tidak hanya sampai menemukan masalah, saya juga dapat mengemukakan alternatif solusi yang dapat membantu memecahkan masalah tersebut atau setidaknya mempermudah orang lain untuk menemukan solusinya. Solusi inilah yang saya anggap sebagai karya.

Rasanya saya kurang setuju dengan pendapat bahwa pemuda yang baik setidaknya berdiam diri dan tidak membuat kegaduhan atau masalah. Saya berpendapat pemuda ada karena pemuda berkarya. Untuk menghasilkan karya, pemuda sebaiknya terlibat aktif dalam suatu kegiatan.

Pernah suatu kali saya membayangkan bagaimana jika saya tidak pernah tahu Komunitas Jendela. Jawabannya adalah persis seperti kutipan di awal tulisan ini: saya merasa gelap. Tidak akan pernah tahu bahwa di luar sana ada Komunitas Jendela dengan para pemuda yang dengan tulus membantu masa depan bangsa ke arah yang lebih baik. Tidak akan pernah tahu bahwa Komunitas Jendela dapat membuat adik-adik menatap kehidupan yang cerah dengan inspirasinya.

Sincerely,

Puput Pebrianti Rusmana

@puputrusmana

Volunteer Komunitas Jendela Bandung

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *