Resensi Buku:
Happines Laboratory: Dimanakah Kebahagiaan Diciptakan?
Peresensi: Dinnar Nabila W.N.
Kebahagiaan itu subjektif, namun dapat menular…
- Judul Buku : Happiness Laboratory: Dimanakah Kebahagiaan Diciptakan?
- Pengarang : Urfa Qurrota ‘Ainy
- Penerbit : Secara independen dibawah naungan Samudra Books
- Cetakan ke : Kedua
- Tahun terbit : 2015
- Jumlah Halaman : 191
Bahagia itu subjektif. Istilah lainnnya dapat dikenal dengan kesejahteraan psikologis yang subjektif. Dalam buku ini penulis secara konsisten berusaha menyelesaikan buku terlepas dari arti “bahagia” yang subjektif. Buku ini berisi ramuan bahagia kehidupan penulis, yang menurut saya, penulis dapat menempatkan subjektivitas kebahagiaan itu dengan baik. Hal ini terbukti ketika saya membawa buku ini, malah orang-orang disekitar saya merasa penasaran cara membeli buku ini. Bahkan, ada yang ingin memiliki buku ini dari saya.
Sampul buku berwarna kuning. Saya merasa penulis ingin menyelaraskan dengan isinya yang menebar benih-benih kebahagiaan. Alasannya, warna kuning sering diartikan sebagai pembawa energi positif. Selain itu, ilustrasi dari buku ini cukup lucu karena terdiri dari tabung Erlenmeyer, gelas ukur, tetesan-tetesan zat kimia yang tersenyum, dan buku panduan praktek laboratorium. Menurut saya, pesan dari sampul itu telah berhasil mencerminkan isi dari buku ini.
Buku ini berisi tujuh bab dengan rata-rata setiap bab terdiri dari 5 s/d 11 sub-bab. Dan halaman untuk setiap sub-bab tidak terlalu banyak. Bab pertama dibuka dengan bab yang cukup menarik perhatian, terutama untuk pembaca usia muda yaitu, cinta dan pernikahan. Didukung oleh pengalaman pribadi penulis yang menikah muda, yakni pada usia 20 tahun. Bab ini rasanya bukan sekedar teori saja, namun juga hasil pengalaman sendiri.
Ada satu sub-bab yang menarik untuk dibahas lebih jauh, yakni Cinta transaksional. Penulis berusaha memaparkan definisi ulang tentang hak dan kewajiban dari masing-masing pihak dalam suatu pernikahan. Penulis menekankan bahwa kecantikan, ketampanan kekayaan, kebesaran nama atau banyaknya harta benda bukan yang jadi ukuran. Penulis mencantumkan bahwa tasawuf modern adalah prinsipnya. Penulis bahkan mencantumkan paragraf penutup dengan isi, “Ini adalah perjalanan yang luar biasa hebat. Ini adalah ibadah yang paling lama, selama diniatkan untuk menaati perintah Allah dan sunnah Rasul…”.
Selain dilengkapi sedikit pengetahuan tentang tasawuf modern dan psikologi positif, buku ini didukung dengan beberapa data statistik tentang kebahagiaan. Dan statistik masyarakat Indonesia memperoleh 65,11% dalam skala 100 kebahagiaan. Tetapi, data ini masih dapat diperdebatkan oleh instansi terkait seperti, Badan Pusat Statistik (BPS).
Sub-bab lain yang menarik karena analogi yang digunakan sangat familiar adalah Mengingat Kenangan Bahagia. Bagian ini menjadikan senada dengan mantra Harry Potter expecto patronum dengan “A’udzubillah…” atau “Aku berlindung kepada Allah”. Penulis mengajarkan para pembacanya untuk mengalahkan dementor yang berwujud ingatan negatif.
Dan dalam bab terakhir, penulis mengompilasi beberapa happiness laboratories dari teman-temannya yang telah menemukan ramuan bahagianya. Hal ini tentu saja membantu kita untuk menemukan ramuan bahagia milik pembaca sendiri.
Singkat kata, buku ini adalah buku self-help yang ringan dan bisa dibaca berulang kali. Isinya adalah peringatan bahwa bahagia itu menular. Walaupun definisi bahagia selalu subjektif dan kita mungkin tak akan menemukan definisi yang sama, namun buku ini terlanjur membuat lingkarannya. Lingkaran itu menunjukkan bahwa kebahagiaan itu menular.
Editor: Doni Darmasetiadi