Lompat ke konten

Ada Siger di Sapen

Kembali lagi di kegiatan mingguan Jendela Jogja…

Minggu, 2 Juni 2013

Minggu pagi ini disambut udara super dinginnya Jogja. Saya tak menyangka jika Jogja bisa sedingin ini. Maklumlah pendatang baru, baru 4 bulan :D. Namun, udara dingin ini tidak membuatku lantas malas beranjak dari kasur, karena akan bertemu dengan adek-adek Sapen dong..

Adek-adek di Sapen yang tergolong anak kota ini memang membuat kami, pada awalnya bingung menentukan arah tujuan mengajar. Namun, ketika beberapa bulan yang lalu saat perkenalan kebudayaan Papua, mereka sangat antusias sekali. Nah, dari situlah kami mulai fokus mengenalkan kebudayaan Indonesia lebih dekat kepada adek-adek di Sapen. Minggu ini jadwalnya kebudayaan Sumatra.

Jam 9 pun dimulai dengan games seru sebagai pembuka. Tak lupa, sebelum memulai acara diawali dengan berdoa yang dipimpin oleh salah satu dari mereka (yang aku lupa siapa namanya). Selesai games, kak Mika langsung buka peta Indonesia. Adek-adek langsung tertegun. Wah, ada peta Indonesiaaaaa.. Si Fafa mulai bertanya-tanya “kak, Sumatra Selatan dimana?”. Fafa paling antusias menyimak karena dia lahir di Sumatra Selatan. Peta ini digunakan sebagai media pembelajaran dengan mengenalkan provinsi di pulau Sumatra, kemudian ibukota provinsi dan tentu saja kebudayaan tiap provinsi. Ada gambar baju adat, rumah adat dan beberapa benda atau tempat khas dari provinsi tersebut. Mereka pun tertegun menyimak penjelasan kak Mika dan kak Puput.

Selesai perkenalan kebudayaan tiap provinsi, ada games seru nih. Gambar-gambar tentang baju adat, rumah adat dan ciri khas tiap provinsi dicampur aduk. Adek-adek dibagi menjadi dua kelompok dan diminta mencari gambar yang disebutkan oleh kakak-kakak. Siapa yang telah mendapatkan gambarnya langsung ditempel di depan. Yang paling cepat dan benar, dialah pemenangnya. Games ini bertujuan untuk meningkatkan daya ingat anak-anak tentang kebudayaan itu. Selain itu untuk mengakrabkan diantara mereka, karena ternyata ada anak yang tidak suka dengan anak yang lain sehingga kakak-kakak jendelis harus pandai membujuk supaya mau satu kelompok. Ketika kelompok itu menang, maka yang anak yang tidak suka akan mulai mau mengobrol dengan anak yang tidak disukainya tersebut. Hadiah untuk pemenang adalah dipijit. Hadiah itu tak harus berbentuk materi, hal-hal seperti memijit, menggendong atau hanya sekedar bertepuk tangan itu pun merupakan bentuk penghargaan 🙂

1

 

Setelah games, dilanjutkan membuat siger. Siger ini merupakan bagian dari baju adat Lampung. Berhubung banyak sekali kakak Jendelis dari Lampung jadi tidak kesulitan dalam proses pembuatan Siger. Adek-adek semangat sekali membuatnya. Sudah disiapkan bahan-bahan untuk membuat siger, bahkan bentuknya sudah digambar supaya mempermudah mereka bekerja. Anak-anak yang besar bisa menempel dan memotong sendiri meskipun untuk beberapa bagian lekukukan mereka masih kesulitan sehingga harus dibantu kakak Jendelis. Sedangkan yang anak-anak usia PAUD, Siger dibuatkan oleh kakak Jendelis. Selesai membuat Siger, kita pun berfoto ria. Inilah karya kami Kak 😀

Ada satu hal yang menyenangkan lagi di hari itu. Bernyanyi 😀 Nyanyi lagu Lampung (yang saya sendiri tidak paham artinya apa). Sambil memakai siger, adek-adek bernyanyi dengan semangatnya. Wuihhh, bagus 😀

Terimakasih untuk kak Mika, kak Sela, Kak Heri, kak Puput, kak Andi, kak Wawan, kak Anisa, kak Citra dan kak Yosi yang sudah menyempatkan hadir di Sapen. Kalian sungguh luar biasaaaaaaaaa 😀
Ditunggu cerita selanjutnya ^^

Karena jarak antar satu daerah ke daerah lain di Indonesia itu sangat dekat.
Berbeda itu indah

2

~@NitaMaria_~

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *