Lompat ke konten

Aku Tidak Peka

Komunitas Jendela Jogja Bantul

“Apapun itu, sudah menjadi kewajiban kita untuk menjaga kedamaian dan kebersamaan untuk menciptakan lingkungan yang baik bagi kita semua”

***

Pagi itu mendung, lalu hujan. Aku berangkat saat hujan reda—kebetulan hujannya cuma sebentar. Jalanan masih basah, tapi tidak di setiap tempat. Tapi, jalannya licin jadi aku pelan-pelan waktu naik motor. Setelah sekian menit, akhirnya aku sampai. Aku lihat teras masih sepi, tidak sampai sepuluh anak yang datang. Dan kakak-kakak yang lain juga belum datang. Mungkin kejebak hujan, pikirku. Sambil menunggu yang lain, kita main-main sambil membaca-baca buku bareng adik-adik. Alhamdulillah, sebagian besar adik-adiknya sudah bisa membaca, walaupun masih malu-malu dan ada yang belum lancar. Ya nggak apa, namanya juga baru belajar.

Awalnya berjalan dengan baik, namun ada suatu kejadian yang membuat aku kaget, tapi aku biarkan saja. Yah, positive thinking-lah. Kita dalam posisi main sambil baca buku, lalu beberapa menit kemudian, acaranya dimulai. Aku dan dua orang Jendelist sedang menemani seorang anak yang sedang asyik minta diajari angka dalam bahasa Arab (Hahahaha…), namun ketika acara sudah benar-benar dimulai, kami membujuk adik itu untuk ikut bergabung tapi ia tidak mau. Kami sudah berusaha membujuknya dengan berbagai cara, namun tidak berhasil. Jadi, kami tinggal agar ia ikut bergabung (maaf ya :”)). Pada akhirnya, adik itu mau ikut bergabung walaupun tidak ikut rangkaian acara bersama teman-temannya. Lagi-lagi, aku masih nggak peka. Yang aku pikirkan adalah bahwa ia sedang tidak mood untuk ikut bersama teman-temannya. Jadi, aku biarkan saja ia bermain dengan dua Jendelist yang sama tadi. Tapi, rasanya aneh aja gitu kenapa dia tidak mau ikutan.

Komunitas Jendela Jogja Bantul

Waktu itu, acaranya adik-adik diminta untuk membaca buku yang sudah ditentukan, lalu diminta untuk menjawab pertanyaan yang jawabannya bisa dicari di buku yang sudah dibaca tadi. Hal ini diharapkan bisa menambah minat baca adik-adik. Apalagi buku itu berisi tentang keberagaman agama yang ada di Indonesia. Sesuai dengan tema pada bulan September. Setelah kita menemani adik-adik membaca buku dan menjawab pertanyaan, maka saatnya kita main kucing-kucingan. Jadi, kita melingkar (sebagai pagar), lalu berusaha untuk menghalang-halangi kucing untuk menangkap tikus. Kadang kucing yang ada di dalam pagar, tikus yang di luar pagar atau sebaliknya. Seru banget waktu main kucing-kucingan!! Hahahaha… adik-adik juga pintar mencari jalan biar bisa menagkap tikusnya, hahahaha..

Setelah lelah bermain kucing-kucingan, kita beralih ke permainan lainnya, tapi sekarang di teras. Nama games-nya aku lupa, tapi yang jelas, satu kelompok terdiri dari tiga orang. Tapi, dua orang di depan matanya ditutup pakai kain. Dan yang belakang matanya tidak ditutup, namun memberikan instruksi harus bergerak kearah mana, tapi cuma pakai isyarat tepukan di bahu. Setelah itu, adik-adik mendengarkan instruksi games-nya. Kelihatan banget nggak sabaran adik-adiknya pengen mulai, hehehe. Namun, sebelum games dimulai, aku melihat kejadian yang sama lagi, yang bikin aku mikir dan bilang aku nggak peka. Well, kalau waktu itu jelas sekali kejadiannya di depan mataku. Aku jadi sadar setelah itu.

Games sudah dimulai tapi pikiranku masih memikirkan hal yang itu. Ternyata bukan kita-kita saja yang melakukan hal seperti itu (re:menjauhi), ternyata anak-anak juga bisa. Sebenarnya aku hanya kaget saja. Tapi, apapun itu, sudah menjadi kewajiban kita untuk menjaga kedamaian dan kebersamaan untuk menciptakan lingkungan yang baik bagi kita semua. Sekian.

Written by Intan SF

Komunitas Jendela Jogja Bantul

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *