Berkunjung ke desa turgo dihari minggu mungkin menjadi hal yang kurang mengasikan bagi sebagian orang. Lokasi yang lumayan jauh dari kebisingan kota serta akses fasilitas umum masyarakat yang masih serba terbatas menjadi katalisator sebagian orang mengurungkan niat untuk sebuah kunjungan, apalagi menjadikan tempat tujuan wisata keluarga. Namun bagi kami para jendelis berkunjung di desa TURGO adalah sesuatu yang menyenangkan, ramahnya masyarakat desa, dinamika dan budaya masyarakat yang masih menjaga kelestarian alam, pegunungan dilereng merapi dengan aneka tumbuhan menjulang tinggi, dan semangat anak-anak untuk belajar menjadi kenikmatan tersendiri untuk dinikmati.
Hari minggu, 30 maret 2014, saya bersama teman-teman diberikan kesempatan menjadi relawan pengajar di desa turgo. Desa yang masih terjaga keasrian, keindahan dan kesejukan alam tersebut, terdapat anak- anak penerus bangsa dengan berbagai kehebatan yang sungguh luar biasa. Perjuangan menimba ilmu dan kreatifitas mereka patut mendapatkan apresiasi.
Setiap harinya anak-anak desa turgo menempuh beberapa kilometer untuk menimba ilmu ke sekolah, dengan berjalan kaki dan bersepeda menjadi sebuah pilihan sehingga anak-anak mempunyai daya tahan untuk hidup (survival) yang lebih hebat dari anak-anak elit kota. Anak-anak di desa turgo lebih kreatif dalam berimajinasi dan solutif jika dihadapkan dengan sebuah persoalan.
Semangat Belajar
Semangat untuk belajar terpancar dari diri anak-anak. Sesaat setelah menginjakan kaki di area PAUD (tempat bentukan Komunitas Jendela sebagai bascamp anak-anak bermain dan belajar), anak-anak seakan menunggu kedatangan kami dan terlihat dari raut wajah mereka yang riang gembira melihat kedatangan kami.
Untuk mencapai desa tergo membutuhkan waktu ± 20 menit dari pusat kota jogja, perjalanan yang lurus dan tidak putus-putus mengiringi perjalan kami. Namun perjuangan kami tidak sebanding dengan sambutan anak-anak dengan berbagai polah-tingkah dan canda-tawa yang mereka pancarkan.
Di desa turgo kami menemui hal-hal yang begitu menginspirasi dalam hidup. Anak-anak yang masih malu-malu dengan kehadiran kami memang masih nampak, namun mereka tidak sungkan untuk bercerita terkait berbagai hal mulai dari sekolahnya, perjalanan mereka sampai di PAUD, tokoh idola, kegiatan mereka dirumah, bahkan cita-cita mereka pun tak luput diungkapkan.
Arum, anak desa turgo yang tinggal di RT 2, anak periang, murah senyum dan terlihat cukup dewasa yang satu ini masih duduk di bangku kelas III SD, di usianya yang masih belia, ia sudah memiliki sebuah cita-cita yang sangat mulia, dia bercerita bahwa di desanya banyak warga yang memelihara ternak seperti kambing dan sapi maka arum memutuskan kelak ingin menjadi dokter hewan agar bisa mengobati ternak warganya,”cita-cita saya ingin jadi dokter hewan biar bisa nyembuhin kambing yang terserang gudik di desa saya mas”, Ungkap arum dengan sangat tegas diiringi dengan senyum kecerian.
Berbeda halnya dengan Duwik, anak kalem, pintar dan santun, yang saat ini duduk di bangku kelas IV SD ini ketika ditanya terkait cita-cita masa depan, dengan nada sedikit malu-malu ia mulai mengungkapkan cita-citanya. Dia berharap kelak bisa menjadi seseorang angkatan yang mampu melindungi masyarakat minimal masyarakat di kampungnya,” cita-cita saya jadi…jadi, tentara biar bisa melindungi desa dari kejahatan”.Ungkap Duwik di perjalanan disela-sela kunjungan silaturahmi di rumah warga.
Agenda menarik, asyik dan ceria
Agenda Komunitas Jendela kemarin adalah mendampingi anak membaca buku yang disukai, membantu anak memilihkan buku untuk orang tua dan bersilaturahmi ke rumah warga di desa Turgo. Dalam kegiatan kemarin, saya mendapatkan pengalaman yang cukup berkesan. Sebagai anggota baru di Komunitas Jendela saya diberikan kesempatan untuk langsung berbaur dengan anak-anak dan pergi mengunjungi keluarga mereka dengan mengantar pulang ke rumah.
Kegiatan komunitas jendela minggu kemarin pertama diisi dengan ice breaking berbentuk senam ceria sekitar pukul 09.00 wib, dengan bermodal speker dan suara musik yang keluar dari netbook memberi stimulus sebuah keceriaan, keramaian dan keberbauran diantara kami mulai terbentuk disana, bahkan anak-anak cukup begitu antusias, dan dapat diambil kesimpulan bahwa berbagi keceriaan dengan anak-anak tidaklah mahal.
Selanjutnya untuk membangun dan meningkatkan emosional diantara kami (Anak-anak dan para jendelis), para jendelis membuat permainan Ular naga sekitar pukul 9.30 wib. Dua orang sebagai pihak kubu yang memperebutkan umpan serta yang lain menjadi rentetan naga yang sangat panjang. Dalam permainan ini anak-anak bersama jendelis membangun sebuah ikatan emosional, sehingga suasana asik, seru dan menghibur terpancar dari wajah kami, seakan mengulang masa kecil dulu.
Setelah dirasa emosional sudah terbentuk sekitar pukul 10.30 wib, kami mulai ke agenda awal, yakni mendampingi anak belajar membaca, memilihkan buku untuk orang tua dan bersilaturahmi . Dalam agenda ini para jendelis dibagi menjadi empat regu sesuai jumlah Rt yang ada di desa turgo. Program ini adalah untuk memperkenalkan komunitas jendela ke masyarakat, serta mengajak orang tua untuk membantu mendorong anak-anaknya untuk sadar pentingnya membaca buku,dengan diimbangi orang tua/wali murid juga membudayakan minat membaca buku agar nantinya dapat menular ke anak.
Saya, Nur, Rina dan Azri mendapatkan jatah untuk berkunjung di RT 2. Di Rt 02 kami mulai mengunjungi rumah Eris (Salah satu anak warga rt2) yang lokasinya tak begitu jauh dari PAUD. Sambutan keluarga yang sangat ramah atas kedatangan kami menambah jiwa spirit dalam diri kami, sesuai kesepakatan antara tim jendelis Rt 2 dengan anak-anak sepakat memilih rumah Eris sebagai tempat belajar. Di sana kami menyuguhkan berbagai buku bacaan dan anak-anak mulai memilih buka yang diminati. Dikarenakan anak-anak RT 02 hanya ada 4 anak serta jumlah jendelis untuk Rt 02 juga berjumlah 4 orang, kami memutuskan untuk mengintensifkan sistem belajar anak dengan pendampingan one people by one jendelis.
Setelah dirasa cukup waktu untuk belajar, anak di minta memilihkan buku bacaan untuk orang tuanya, mulai buku tentang peternakan, buku resep makanan sudah disediakan. Anak mulai memilah-milah buku yang dirasa pas untuk orang tua/ wali mereka dan tak lupa kami juga memperkenalkan komunitas jendela kepada wali murid, bahwa komunitas ini bergerak ke dunia pendidikan anak. Ucapan terimakasih dari para warga sangat besar, menambah semangat jiwa ini tumbuh dan tumbuh berkembang.
Berbagi dengan hal kecil dengan manfaat yang begitu besar ^_^.
Posted on 3 April 2014 by Dedik Dwi Prihatmoko