Weekend kemarin (Sabtu-Minggu, 24-25 November 2012), seperti biasa Komunitas Jendela Jakarta berkegiatan di Manggarai. Ada beberapa relawan baru yang datang di hari Sabtu, sehingga energi kami benar-benar melimpah hari itu. Ada Andi, Nisa, Bita, Fitri dan Ratna (ini sih udah termasuk relawan ‘lama’ :p) yang datang dari pagi untuk bantu labelin buku-buku perpus. Siangnya Fatya menyusul, lanjut Siti dan Offy (Ini juga relawan ‘lama’, dan termasuk yang paling aktif) sorenya. Berhubung Jendela Jakarta belum menyusun kurikulum kegiatan di perpustakaan, jadi kegiatan masih bersifat ‘pengenalan’ ke anak-anak, dan lebih banyak unsur bermainnya.
Sesuai rencana, hari itu kita ada kegiatan ‘Pohon Impian’. Idenya sederhana saja, intinya mengajak anak-anak mengenal mimpi mereka masing-masing. Sebelum kita mulai kegiatan Pohon Impian, saya memberikan ‘Terapi Rasa Takut’ dengan balon. Anak-anak diminta meniup sebuah balon sampai meletus. Awalnya sih mereka sangat antusias saat saya mengeluarkan balon-balon itu. Tapi, begitu saya meminta anak-anak meniup balon sampai meletus, banyak dari mereka yang langsung ketakutan. Hanya ada 3 anak yang berani menerima tantangan itu, yaitu Umar, Salim dan Regina. Di akhir permainan, saya menyampaikan sedikit pesan pada mereka, “Jangan pernah takut menghadapi sesuatu yang sebenarnya tidak menakutkan. Kalian boleh takut pada Tuhan, pada binatang karena bisa menggigit, pada angin kencang karena bisa merobohkan pohon… tapi kalau hanya meniup balon, kenapa harus takut? Sama juga kalau kalian diminta maju di depan kelas, menjawab pertanyaan guru, bertanya pelajaran yang sulit… dan kalian juga tidak boleh takut pada mimpi!”
And guess what…tiga anak yang berani meniup balon sampai meletus itu memang saya amati adalah tiga anak yang cukup percaya diri dalam setiap kegiatan Jendela. Regina, misalnya, adalah seorang anak yang gemar menggambar, dan pernah menjuarai sebuah lomba menggambar. Dari awal dia sering mendekati saya dan bercerita banyak hal, terutama tentang kegemarannya menggambar. Saya belum begitu mengenal Salim, tapi memang dari awal dia tampak aktif di perpustakaan. Sementara Umar, anak kelas 6, dari pengamatan saya punya kemampuan memimpin yang menonjol. Bahkan, dalam kegiatan Pohon Impian, dia sudah bisa menyebutkan mimpi atau cita-citanya dengan sangat spesifik!
Nah…ini dia yang dimaksud Pohon Impian. Anak-anak diminta menuliskan mimpi mereka di sebuah kertas, lalu ditempel di sebuah pohon yang digambar di atas kertas karton. Masing-masing lalu diminta menceritakan tentang mimpi mereka itu. Oiya…kakak-kakak relawan juga ikut menuliskan mimpinya loh. 🙂
Dan inilah yang ditulis Umar di kertas mimpinya:”Pengin kuliah di STAN (Sekolah Tinggi Akuntansi Negara), jadi pegawai negeri, punya istri solikhah yang patuh pada suami, jadi pengusaha…” Wow…sangat spesifik, dan…well, agak sedikit kejauhan sih sebenarnya…haha. 😀
Beberapa relawan menulis mimpinya untuk kuliah di luar negeri. Maka itu saya jadikan momen untuk mengajak anak-anak bermimpi lebih jauh lagi…keliling dunia! Lagi-lagi respon anak-anak membuat saya terharu… sambil berebutan mereka berteriak, “Aku pengin ke New York liat patung Liberty…. aku pengin ke Brazil, ke Spanyol, ke Prancis, ke Australia…..”
Dan terakhir saya bertanya pada mereka, “Kalian yakin nggak kalau mimpi kalian ini akan terwujud? ” dan dengan bersemangat mereka menjawab, “Yakinnnnnn”
Begitu bersemangat, begitu optimis…membuat kami juga optimis bahwa apa yang kami lakukan di Manggarai adalah sesuatu yang bermanfaat. Hari itu kegiatan kami tutup dengan lomba ‘Balap Tali Mini’, dengan alat bantu berupa pensil dan tali rafia kecil yang diikat menjadi lingkaran kecil. Selalu seru dan bersemangat, dan membuat mereka ketagihan!
Maka, ketika hari Minggu pagi saya sampai di Manggarai….anak-anak langsung menyambut saya dengan antusias. Padahal sebenarnya kegiatan anak-anak baru mulai sore hari…tapi, menolak kedatangan mereka tentunya hal yang tidak mungkin saya lakukan. Akhirnya momen ini saya manfaatkan untuk mengajak mereka menyampul buku-buku perpustakaan…setidaknya ada hal baru yang akan mereka pelajari! Berhubung pagi sampai siang hanya ada saya dan Fatya, dan kami harus tetap membereskan perpustakaan, maka anak-anak saya biarkan bermain bebas di dalam perpustakaan. Saya senang melihat mereka berebutan meminjam buku, atau bermain dengan mainan-mainan yang ada di perpustakaan. Itu jauh lebih baik daripada mereka bermain di jalan tanpa bimbingan.
Siangnya kak Ratna menyusul, membawa mainan baru untuk anak-anak…puzzle dan pensil warna. Jadilah anak-anak berlomba menyusun puzzle secara berkelompok, lalu dilanjutkan dengan kegiatan ‘Bercerita Lewat Gambar’. Idenya sederhana saja, anak-anak diminta menggambar berdasarkan buku yang pernah mereka baca di perpus. Ada yang menggambar Spongebobs, Doraemon, Donal Bebek, Angry Bird, dan ada yang menggambar rumah. Selanjutnya mereka diminta menceritakan gambar yang mereka buat. Tujuan dari kegiatan ini adalah agar anak-anak belajar mengingat kembali apa yang sudah mereka baca, sekaligus belajar untuk lebih berani bercerita di depan teman-temannya.
Kegiatan perpustakaan sore itu kami tutup dengan permainan Stepping Stone, dengan memanfaatkan potongan kardus bekas. Eits…tapi kakak-kakak relawan tidak langsung pulang, kami lanjut kegiatan di Taman Manggarai.Di Taman Manggarai sore itu ada sekitar 10 anak yang kami ajak bermain. Sebagian dari mereka belum bersekolah (atau memang tidak sekolah??), jadi saat kegiatan Pohon Impian beberapa anak harus dibantu menuliskan impiannya. Yang menarik adalah ketika salah seorang anak minta mimpinya dituliskan menjadi ‘Dokter’, saat ditanya kenapa pengin jadi dokter, dia tidak bisa menjawab. “Pengin nyembuhin orang sakit ya?” tanya kak Vera, salah satu relawan. Anak itu malah menjawab, “Yaudah deh ganti aja jadi ABRI.” Haha…. he seemed didn’t know at all about his dream anyway, not yet ;)
Belum banyak yang bisa kita berikan untuk anak-anak yang sebagian besar belum mandi ini (terlihat dari daki hitam yang menggaris tebal di leher mereka), dan yang sebagian belum bisa sekolah dan sama sekali tidak bisa baca-tulis. Tapi setidaknya kami kini sudah punya bayangan apa yang harus kami berikan nanti pada mereka. Setidaknya kami tahu mereka punya mimpi dan semangat yang sama dengan anak-anak lain yang lebih beruntung. Setidaknya mereka masih punya harapan…. bahwa minggu depan mereka bisa bermain lagi sambil belajar bersama kakak-kakak dari Komunitas Jendela. 🙂
Ditulis oleh Prihatiningsih
Gambar oleh Fatya