Ditulis oleh: Fatma Saudo
Hari Minggu, 22 November 2015 adalah minggu keduaku mengikuti kegiatan di Komunitas Jendela bersama para Jendelist. Pagi itu pun aku nyasar karena terlambat untuk meeting point, karena tidak tahu lokasinya. Aku pun menghadapi kendala dengan tidak memiliki nomor kontak para Jendelist. Aku menganggap ini sebagai keluhan “anak baru”, hehehe… Semoga ke depannya aku tidak nyasar kembali.
Walaupun aku sempat nyasar, namun kondisi ini tidak mengurangi semangatku untuk mengikuti kegiatan Komunitas Jendela pagi itu. Setelah menghubungi salah seorang Jendelist yang terlebih dahulu tiba, akhirnya aku pun sampai di lokasi kegiatan jua. Senangnya hatiku!
Di lokasi kegiatan aku melihat anak-anak telah berkumpul, bahkan beberapa diantara mereka sedang membaca dan mewarnai. Kami dan para peserta kegiatan pagi itu tetap melanjutkan mewarnai dan menggambar hingga pemateri (sempat nyasar juga) tiba. Pagi itu juga terdapat anak-anak di bawah usia lima tahun (balita) masih didampingi oleh orang tua mereka. Orang tua mereka begitu sabar mendampingi anak-anaknya untuk saat mewarnai gambar yang telah disediakan para Jendelist.
Acara inti pun dimulai oleh Jendelist yang bernama Kemal selaku MC hari itu. Kemal memberi penjelasan singkat tentang tema kegiatan di Code kala itu, yakni “Cegah Banjir dan Memungut Sampah”. Nah…selanjutnya pemateri menjelasan kaitan antara sampah dan banjir. Pemateri yang bernama Kak Zul pun membuka materi dengan pertanyaan:
Kak Zul, “Apa itu hujan?” Sejumlah anak dengan antusias menjawab, “Hujan itu air” dan yang lain menambahkan “Hujan itu dari langit”.
Kak Zul menyampaikan materi dan direspon dengan semangat oleh anak-anak walau suasana saat itu cukup gerah. Saat anak-anak konsentrasi, maka Kak Zul mengeluarkan trik jitu agar anak-anak kembali fokus kepada materi yang disampaikan. Trik jitu itu bernama “Tepuk Semangat”. Kak Zul menyuarakan, “Prokkk Huu.. Prookkk Haa.. Semangattttt..” Yeahhh.. trik ini ternyata benar-benar jitu untuk membuat anak-anak kembali fokus.
Berawal dari penjelasan masalah hujan, anak-anak diberi pemahaman mengenai cara menjaga lingkungan agar tetap sehat dan bersih. Berikut ini petikan dialog yang disampaikan oleh Kak Zul tentang materi yang disampaikan dan respon anak-anak:
Kak Zul bera lantang: “Nah…. agar lingkungan kita tetap sehat dan bersih maka kita harus membuang sampah pada tempatnya dan jangan buang di kali lagi, ya?!”
Anak-anak dengan kompak menjawab, “Siappp kakak…”.
PM: “Bila sungainya mampet karena sampah, seperti musim hujan seperti ini, air sungai bisa meluap dan banjir akan datang”.
Anak-anak: “Iya kakak…”
Saat penyampaian materi hampir usai menjelang akhir, Kak Zul meminta anak-anak untuk menempelkan gambar-gambar yang sesuai dengan penjelasan tadi di kertas karton. Setelah itu, mereka memberikan kesimpulan singkat dan akhirnya materi pagi itu pun ditutup dengan “Tepuk Semangat.”
Usai penyampaian materi, acara dilanjutkan dengan pembagian kelompok. Anak-anak dibagi menjadi dua kelompok untuk memungut dan mengumpulkan sampah plastik yang ada sekitar lingkungan mereka. Sampah-sampah plastik ini kemudian dimasukan ke dalam botol plastik ukuran 1,5 liter. Para Jendelist meminta anak-anak untuk berlomba-lomba mencari sampah plastik sebanyak-banyaknya selama 30 menit. Setiap dua orang anak membawa satu botol plastik.
Saat anak-anak mulai mencari sampah plastik, salah seorang Jendelist, Agustin berkata dengan lantang, “Siapa yang mengumpulkan sampah terbanyak akan diberikan hadiah”. Apa yang dikatakan oleh Agustin merupakan modus agar anak-anak bersemangat mencari sampah plastik karena pada akhirnya semua mendapatkan hadiah, hehehe… Hal ini pun menjadikan anak-anak berlarian mengumpulkan sampah-sampah plastik. Para Jendelist pun menambah kewasdapaan dalam mendampingi anak-anak mengumpulkan sampah. Mereka tanpa jijik merasakan jijik memungut dan bahkan mengais sampah untuk dikumpulkan.
Tidak terasa waktu 30 menit berlalu, anak-anak kembali berkumpul di semula. Namun, sebelum berkumpul, semua orang (anak-anak dan para Jendelist) harus mencuci tangan hingga bersih. Cuci tangan merupakan kegiatan wajib setelah kita melakukan berbagai aktivitas agar terhindar dari semua penyakit. Kata temanku yang juga seorang Jendelist berkata, “Bersih itu sehat”.
Saat perhitungan sampah yang dikumpulkan oleh anak-anak, aku cukup terkejut karena sampah yang dikumpulkan banyak sekali. Hal ini sungguh di luar dugaan. Sebelum acara berakhir, semua anak-anak mendapat hadiah berupa botol plastik kosong. Botol itu nantinya dijadikan sebagai wadah penampungan sampah di lingkungan rumah mereka. Hal ini dilakukan untuk mencegah aroma tidak sedap dari sampah tersebut.
Ada satu pelajaran moral yang dapat aku ambil dari kegiatan pagi itu, yakni bila pahlawan-pahlawan kecil ini sudah memahami akan pentingnya membuang sampah pada tempatnya, maka yakinlah lingkungan yang sehat akan tercipta. Aku menganggap kegiatan rutin Komunitas Jendela hari itu telah berhasil dan anak-anak pulang dengan ilmu yang bermanfaat. Akan lebih bahagia lagi jika kota-kota lain juga merasakan hal yang sama.
Yogyakarta, 22 November 2015