Lompat ke konten

Sore di Seberang Jendela

Aku selalu ingin mengurai cerita tentang kesan bersama mereka tapi entah selalu juga berakhir rumit di kepala.

Ini semua karena dahulu segala rasa bercampur menjadi tidak terdefinisi barang satu abjad pun.

Bagiku komunitas Jendela Jogja memberi bekas yang tak seorang pun akan paham dan mengira dalamnya. Rahasia yang tak pernah ku urai sebelumnya ini, ku pikir tak ada kata  terlambat untuk mengungkapnya

-TERIMA KASIH-

Bagi seorang yang terlalu sibuk dengan benang kusut dalam otaknya, interaksi sosial adalah mimpi buruk. Aku kira aku tidak akan menyambangi lagi ruang 4×4 yang penuh sesak dengan buku dan anak-anak setelah 2 minggu bertemu orang-orang baru, tapi tidak. Aku menetap. Hampir tujuh hari dalam seminggu, ada saja yang selalu ingin ku lakukan. Dengan buku. Dengan anak-anak. Dengan anggota lain. Dengan nasi kucing. Dengan sate usus. Dengan es susu tape.  Dengan obrolan yang itu-itu saja. Asalkan soreku disana, rasanya bisa ku habiskan hingga sore berikutnya.

Orang bilang, waktu yang berkualitas adalah ketika kita tak bisa merasakan durasinya, dan tiba-tiba bulan berganti tahun. Komunitas ini mengakar dalam benakku, merubah haluan hidupku (Aku tidak bercanda), merombak rencana-rencanaku tentang masa depan. Menumbuhkan passion baru. Dia mengubah hidupku.

Terkadang aku membayangkan apa jadinya jika ku abaikan saja pesan ajakan bergabung di sebuah kanal saat itu. Aku tidak akan mengerti duniaku saat ini.

Terkadang di antara malam-malamku yang ku sibuk-sibukkan aku rindu. Aku rindu bahkan hingga rasa pahitnya. Namun kemudian tahun berganti tahun yang lain, peristiwa menguap menjadi ingatan. Namun ingatan baik tidak akan menguap. Dia menetap entah di mana di dalam sana.

Aku mungkin tidak akan bisa kembali, karena satu dan lain hal yang tak bisa ku ungkapkan.

Kesalahpahaman bahwa aku pergi tanpa peduli adalah hal yang sangat ku maklumi. Tapi satu hal inti dari cerita yang berbelit ini, aku ingin mengucapkan terima kasih yang dalam kepada komunitas Jendela Jogja atas tahun yang berarti. Yang kenangannya menetap entah di mana di dalam sana, yang tidak akan menguap seperti peristiwa karena aku sendiri yang menjaganya.

Oleh: Jendelist yang Memandang dari Jauh

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *