Minggu, 30 Oktober 2016 | 09.00 – 16.00 WIB
@ Buperta Cibubur Taman Lalu Lintas – Taman Daihatsu, Jakarta.
Awalnya acara ini hanya sekedar mimpi bagi kami untuk mewujudkannya, tetapi akhirnya acara inipun berjalan dan cukup sukses yang dihadiri oleh 895 pengunjung. Dengan konsep yang sederhana dan tidak meninggalkan inti dari acara kami yaitu dengan mengangkat tema permainan tradisional / dolanan. Bisa dibilang kami ingin kembali ke masa dimana anak anak belum mengenal Gadget, game online atau sebagainya.
Mengapa kami mengangkat tema permainan tradisional/dolanan?
Paling tidak satu dekade terakhir ini, perkembangan global tak terelakkan. Teknologi menembus tembok teritorial secara digital hingga mampu mendominasi tidak hanya orang dewasa, namun juga telah sampai pada tangan anak-anak dimana hal tersebut merupakan sebuah kemewahan pada era 90-an. Generas“FESTIVAL BOCAH CILIK” 4 Tahun Komunitas Jendela Jakarta.
Anak-anak kini lebih memilih terpaku menatap layar ponsel pintar daripada berpeluh mengejar kawannya di luar. Semakin hari, semakin jarang kita mendengar teriakan anak-anak yang riang bernyanyi ular naga, berteriak girang saat menemukan temannya dalam permainan petak umpet, atau canda tawa ketika bermain galasin.
Dengan ini kami Komunitas Jendela Jakarta mengusung tema dolanan, karena dolanan tradisional memiliki makna filosofis maupun sosial. Secara filosofis, permainan galasin mengajarkan anak-anak bermain strategi sambil berolahraga; engklek membimbing dalam hal keseimbangan tubuh; enggrang melatih keberanian dan keseimbangan; dan cublak-cublak suweng mengajarkan dalam hal memahami mimik dan bahasa tubuh lawan mainnya. Secara sosial, permainan tradisional merupakan wadah yang efektif untuk mempertemukan anak-anak sehingga melatih kemampuan interaksi sosial.
Acara dimulai sekitar pukul 08.30 yang bertempat di Taman lalu Lintas Cibubur. Acara awal dibuka dengan penampilan Polisi Cilik binaan Daihatsu yang juga sebagai tanda pembukaan acara Festival Bocah Cilik. Dilanjut acara Talkshow “Revolusi Mental” yang menghadirkan narasumber Deputi Bidang Koordinasi Kebudayaan Kemenko PMK, Dr Haswan Yunaz, MM, Msi, Kak Taufan selaku founder komunitas jendela serta Kang Umam / Chairul Umam dari KOTI.
Dr Haswan Yunaz menyampaikan Gerakan Nasional Revolusi Mental berawal dengan keinginan berubah, perubahan cara berpikir, cara bersikap, cara berperilaku menjadi pribadi dengan ciri berintegritas tinggi, etos kerja yang baik, dan gotong royong.
“Ciri dari mereka yang berevolusi mental itu, pertama, dia memiliki integritas yang tinggi, dapat dipercaya, jujur, memiliki rasa hormat yang tinggi serta disenangi oleh teman-temannya. Yang kedua adalah etos kerja yang baik. Maksudnya adalah semangat belajarnya tinggi dan pantang menyerah. Ciri yang terakhir adalah mampu bergotong royong, bekerjasama untuk kebaikan bersama pula,” tambahnya.
Kak Taufan dari Komunitas Jendela melanjutkan bahwa Revolusi Mental mudah untuk dilakukan dan dapat dimulai dari membaca buku “Dengan baca buku, kita akan banyak ilmu, dengan banyak ilmu kita bisa menilai untuk merubah diri kita, keluarga kita hingga bangsa kita menjadi lebih baik lagi. Kita harus berbuat apapun yang baik untuk sesama,” tambahnya.
Dan Kang Umam Menutup menambahkan “Hompimpa dan ampar-ampar pisang berbicara mengenai hubungan batin dengan Tuhan dan orangtua. Harus ada komunikasi yang baik dengan Tuhan dan tentuya dengan orangtua, karena peran orangtua sangat berdampak pada pembentukan mental anak-anak. Umur anak-anak adalah umur bermain. Bermain tapi tak main-main. Bermain untuk membentuk skill dan karakter yang baik.” ujarnya
Setelah acara Talkshow selesai acara pun kami bagi di beberapa titik, mengingat banyaknya acara yang diselenggarakan. Berikut adalah susunan acara yang diselenggarakan :
Acara :
- Penampilan Polisi Cilik Binaan Daihatsu
- Talkshow “Revolusi Mental”
- Dolanan tradisional
- Workshop layang-layang
- Lomba mewarnai
- Lomba puzzle
- Daur ulang sampah
- Workshop membatik
- Pameran foto jendela jakarta
- Lomba fashion show baju daerah
Untuk lomba mewarnai dan lomba puzzle kami adakan bersamaan ditempat berbeda. Setelah lomba berlangsung, anak anak baru bisa menikmati permainan permainan yang sudah disediakan oleh komunita yang telah membuka booth dan workshop, diantaranya KOTI – Komunitas olahraga tradisional Indonesia, Bank Sampah My Darling, Komunitas remaja batik Indonesia, Yayasan masyarakat layang-layang indonesia. Anak anak juga bisa mengikuti lomba dolanan tradisional. Acara berlangsung cukup seru. Dan tidak ketinggalan relawan Komunitas Jendela Jakarta juga memberikan penampilan Flashmob senam pinguin & gummy bear bersama adik-adik peserta acara. Bukan hanya itu adik-adik kami pun juga menampilkan keberanian mereka yaitu : -Tari Yapong – adik2 manggarai, -Penampilan musik limbah – adik2 sungai bambu, -Penampilan puisi berantai – adik2 serpong. Anak anak juga menikmati permainan yang ada, walaupun pada sore hari sekitar jam 15.00 mulai hujan. Tetapi cuaca tidak mengalahkan semangat mereka untuk terus berpartisipasi dalam semua acara yang diselenggarakan. Acara pun ditutup pada pukul 16.30 dengan penampilan Musik Limbah.
Terimakasih yang sebesar-besarnya kepada
Sponsor Freshmoney :
– Kemenko
– Dauky Elhijab
– BRI Agro
Sponsor produk :
– Sarihusada
– Gramedia Pustaka Utama
– Saripan Pasific
– Coca-Cola Indonesia
– Starbucks Indonesia
– Kompas
Media Partner :
Event Jakarta
Opini.id
Majalah View
Dan juga komunitas yang telah memeriahkan acara Festival Bocah Cilik :
Komunitas yg hadir :
Cendikiawan Indonesia
PRISMAH
Pecinta Anak Yatim
Dreamdelion
Terminal hujan
Taman Belajar MIPA
Matalangi
SSC ( save street child )
Eureka
Rumbel Ichi
Jalan-jalan Edukasi Jakarta
RBK ( rumah belajar kita )
Harapan kami dengan selesainya acara ini tentu tidak instant seperti misal adik2 pulang dan minta dibuatkan egrang, galasing atau bakiak kepada orang tuanya. Melainkan cukup dengan mengenalkan mereka dengan permainan tradisioal dan membuat permaianan tersebut begitu berkesan di hati adik-adik, kami yakin secara tidak langsung mental mereka sdikit banyak akan berubah dan suatu saat nanti mereka akan merindukan permainan tradisional itu, mereka akan mengganggap permainan itu adalah peninggalan para nenek moyang mereka, dan mereka akan bangga untuk memainkannya kembali jika suatu saat mereka menemukan pemainan itu lagi. Mereka tidak lagi buta akan nama dan cara memainkan permainan itu, Mereka akan tahu nilai-nilai folosofis dari permainan tersebut. Dan jauh kedepan mereka akan mengajarkan nya kepada anak2 mereka. 🙂