Lompat ke konten

Gadis Jeruk

RESENSI
GADIS JERUKgadis jeruk gold
Ketika saya berjalan2 ke gramedia mata saya menemukan sebuah buku berjudul “Gadis Jeruk”. Dikarang oleh Jostein Gaarder yg sekaligus mengarang “Dunia Sophie”. Setelah membaca sinopsis dari buku “Gadis Jeruk” saya memutuskan untuk membelinya karena ia mempunya kisah yg ringan namun bermakna.
Sebenernya buku ini mempunya 2 alur, alur maju dan mundur. Alur pertama adalah alur masa lalu,kita diminta untuk memahami kisah masa lalu seorang ayah, Jan Olav, yang menulis surat kepada anaknya yang telah ditinggalnya selama 11 tahun, kita diminta ikut menyelami kisah sang ayah yg berjuang untuk mendekati dan bersama seorang gadis yang dinamainya “Gadis Jeruk”. Alur kedua adalah alur masa kini yang dialami oleh seorang anak yang bernama George Roed yang berumur 15 tahun, ia mendapat surat dari seorang ayah yang hanya dikenalnya selama 4 tahun. Ia diminta mengenal ayahnya hanya dari sebuah surat yang ditulis ayahnya menjelang kematiannya.
Buku ini diawali oleh Georg Roed yang mendapat surat dari ayahnya disebuah kereta bayi yang ia pakai waktu kecil, padahal ia sudah hampir melupakan ayahnya yang telah meninggalkannya selama 11 tahun. Ibunya sudah menikah lagi, dan mempunya seorang anak bersama suaminya.
Ketika Georg membaca surat yang ditinggalkan ayahnya hanya untuknya ia disuguhkan cerita seorang gadis yang dinamai ayahnya “Gadis Jeruk”.
Pertemuan sang ayah, Jan Olav, dengan gadis jeruk ini dimulai di sebuah tram, sang gadis jeruk membawa sekantong besar buat jeruk. Ketika tiba tiba ia melihat sang gadis dan jeruknya ingin terjatuh, Jan berusaha membantu, namun yang terjadi malah kebalikannya, ia merusak segala momen tersebut dan buah jeruk itu bertebaran dimana – mana. Gadis Jeruk tersebut marah dan pergi meninggalkannya. Semenjak saat itu ia menjadi terobsesi dengan sang gadis dan berusaha mencari tahu gadis tersebut. Pertemuan pertemuan selanjutnya terkadang terjadi secara kebetulan, ia melihat gadis jeruk ini di kafe, dan lagi lagi membawa sekantong besar jeruk, namun pertemuan keduanya pun berakhir tanpa ia mengenal sang gadis. Pertemuan selanjutnya ia melihat gadis jeruk di pasar, ia membuntuti gadis jeruk tersebut dan melihat ia memilih buah jeruk sebanyak 1 kantong, ia mengikuti gais tersebut dan setelah itu kecewa karena gadis itu tidak menaiki tram seperti sebelumnya namun menaiki sebuah mobil bersama seorang laki – laki dan itu membuatnya kecewa. Lalu setelah itu ia bertemu kembali dengan gadis itu ketika malam natal, ia bercakap cakap dengan gadis itu dan Jam mengungkapkan kalau ia mungkin jatuh hati kepada gadis tersebut. Namun sang gadis meminta Jan menunggu selama 6 bulan, dan berjanji jika ia sabar menunggu maka ia akan bersama dengan Jan terus selama 6 bulan berikutnya. Namun, Jan bukan type orang penurut, ia terus berusaha mencari jejak sang gadis yang membawanya jauh hingga Spanyol. Ternyata, sang gadis adalah Veronica teman masa kecilnya yang harus pergi ketika mereka masih kecil. Seperti yang kita tahu akhir kisahnya adalah Jan menikah dengan Veronica hidup berbahagia meski dalam waktu singkat dan mempunyai anak bernama Georg.
Selesai membaca surat dari ayahnya ini Georg bertanya kepada ibunya tentang laki – laki yang ada di mobil ketika ibunya dibuntuti oleh ayahnya dipasar, georg awalnya bertanya hanya untuk bercanda . Ibunya menjawab kalau ternyata itu ayah tiri georg sekarang yang dulu adalah pacar Ibunya georg sebelum ia menikah dengan Jan, bapak dari Georg. Georg sempat berfikir kalau ibunya jahat karena punya dua pacar sekaligus. Namun Georg berusaha mendengarkan dari sudut pandang sang ibu dan akhirnya mengerti.
Selain Gadis Jeruk, dalam suratnya sang ayah juga membahas tentang teleskop Hubble. Jan menyebutnya sebagai mata alam semesta. Secara kebetulan George pun baru saja menyelesaikan tugas spesialnya di sekolah mengenai teleskop Hubble. Dengan teleskop tersebut kita bisa melihat seluruh permukaan bumi bahkan benda-benda luar angkasa lainnya. Bila kita melihat benda langit yang jaraknya satu juta tahun cahaya dari bumi itu berarti kita melihat benda langit tersebut di masa sejuta tahun yang lampau.
Di akhir buku ini, Georg menjawab pertanyaan-pertanyaan dari ayahnya lewat komputer tua yang dulu juga digunakan ayahnya untuk membuat surat panjang itu. mereka seakan – akan sedang bersama-sama menulis sebuah buku namun hanya dipisahkan oleh waktu. Buku ini menyadarkan kita bahwa setiap awal akan menciptakan akhir. Setiap pertemuan akan menciptakan perpisahan. Siapkah kita menghadapi akhir dan perpisahan, meninggalkan segala yang kita cintai di dunia ini. Segala yang indah dan menyenangkan yang kita dapatkan suatu saat akan kita tinggalkan dan kita tidak punya waktu lagi untuk memilih.
Terlihat simple kisah ini, namun saya melihat jauh bermakna. Dimana sang ayah ketika tahu hidupnya sudah pendek, berusaha menulis sebuah surat yang ingin agar anaknya baca, ia ingin anaknya memahami ayahnya yang hanya dikenalnya selama 4 tahun.  Memahami perkenalan antara ayahnya dan ibunya. Ayahnya ingin agar anaknya memahami, mengenal ayahnya meski hanya dari secarik surat. Membaca buku ini, saya dihadapkan pada pertanyaan-pertanyaan mendalam yang erat kaitannya dengan banyak hal yang dialami dalam hidup ini. Sejauh mana kesabaran saya untuk tetap menunggu orang yang memang saya kasihi, sejauh mana penghargaan dan perhatian saya terhadap momen-momen yang terjadi dalam kehidupan ini sekecil apapun, sejauh mana saya menghargai benda-benda kecil yang terserak di planet ini yang merupakan sebuah mukjizat yang tidak terukur keindahannya, dan sejauh mana saya memiliki keberanian untuk memulai sebuah dongeng kehidupan saya sendiri yang menurut saya masuk akal karena setiap manusia memiliki kisah kehidupan yang berbeda dan unik dengan caranya masing – masing. Kisah dalam novel ini memang tampak lebih sederhana  dibanding buku dunia sophie,  namun novel ini tetap menyisakan sebuah perenungan yang dalam tentang makna hidup, takdir, dan alam semesta. Dan bagi saya sendiri buku ini menjadi sebuah nilai yang luar biasa, dimana kita harus berusaha memperjuangkan dan mempertahankan apa yang memang kita inginkan dan berusaha menghargai seseorang yang memang kita kasihi selama orang ini masih bersama dengan kita. Simple namun sangat susah dilakukan.
BY : Maulia Pijarhati

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *