Lompat ke konten

Kebahagiaan Di Pinggir Code

Hangat mentari pagi menyambut pagiku. Sayup-sayup aku melihat jam dinding yang menunjukkan pukul delapan pagi. Selepas subuh tadi, badanku terasa remuk, membuat aku ingin merasakan indahnya dunia mimpi lagi. Membayangkan mungkin, selepas tidur nanti tubuhku bisa fit kembali dan mendukungku dalam melaksanakan kegiatanku selanjutnya. Tapi, rasanya pagiku ini tidak seindah yang aku bayangkan. Tubuhku masih sulit untuk digerakkan. Parahnya lagi, suaraku ikut menghilang. Wah, sepertinya harus melanjutkan tidur, nih.

kebahagiaan-di-pinggir-code

Namun, tiba-tiba hatiku berontak. Aku tidak ingin melewatkan agenda pertamaku bersama komunitas baru. Sudah saya putuskan dalam hati, “Oke, aku akan berangkat. Harus!” Setelah setengah jam melawan kantuk dan bersiap diri, aku pun siap. Jam tangan menunjukkan pukul sembilan tepat, aku pun dengan setengah terburu-buru mengendarai sepeda motor. Untung tempatnya mudah untuk aku temukan. Aku teringat pesan seorang Jendelist, mbak Fatma, dengan logat khas Sulawesinya, “Kalau kau sudah sampai itu jembatan, tengok aja ke bawah, nah disitulah nanti kau lihat tempat kita dibawah jembatan.”

Aku sampai di lokasi tepat pukul sembilan dan segera bergabung dengan para Jendelist yang sudah terlebih dahulu tiba. Setelah melakukan persiapan untuk acara hari ini, anak-anak pun tiba ke lokasi kegiatan kami. Oh iya, perlu diketahui bahwa kegiatan kami berada persis di bawah jembatan sungai Code. Di bawah naungan atap pos kampling dengan tambahan atap lain yang entah dibuat oleh siapa, disinilah kami melakukan aktivitas rutin.

Setengah jam pasca kedatanganku, kegiatan kami dimulai. Aku dan Mas Doni bertugas membuka acara. Dibuka dengan nyanyian “Kasih Ibu” dan “ Bunda Piara”, kami memeriahkan pembukaan acara pagi ini. Dibantu oleh mbak Agustin, aku, dan Mas Doni sedikit menjelaskan tentang kegiatan apa yang akan kami lakukan. Sesuai rencana, kami akan membuat roti tradisional dari ubi jalar. Bahan utamanya hanya ubi yang direbus, gula jawa, dan parutan kelapa. Kue ini nantinya akan dipadukan dengan kartu ucapan yang dibuat adik-adik kita sebagai hadiah untuk ibu. Oh iya, kebetulan dua hari setelah kegiatan kami hari ini bertepatan pada hari ibu. Oleh karena itu, rasanya tepat jika kami mengambil tema menyambut hari ibu (bikin tema sendiri, hehe).

Kegiatan kami dimulai dengan mewarnai kertas yang sudah di sket gambar yang sesuai tema. Hebatnya, adik-adik begitu antusias mewarnai sket gambar tersebut. Bahkan, ada satu anak, Hafidz, yang sampai mewarnai semua kertasnya hehe. Aku juga tidak kalah antusias dengan mereka. Aku juga mengambil kertas itu dan mulai mewarnai. Setelah berkutat dengan beberapa pewarna, ternyata hasil karyaku beda tipis dengan Hafidz, hehehe. Tapi secara keseluruhan, hasil karya mereka cukup bagus.

Kegiatan dilanjutkan dengan membuat roti tradisional berbahan dasar ubi. Bagaimana caranya? Hancurkan ubi yang sudah direbus, lalu ambil sebagian ubi dan beri potongan gula jawa. Setelah itu, buat ubi itu agar bundar seperti bola. Lalu hias dengan kelapa parut. Kebetulan untuk tempat, para Jendelist sudah mempersiapkan kotak dari kertas origami. Jadilah kue tradisional buatan tangan adik-adik Code.

Setelah selesai bermain dengan ubi, kami menutup kegiatan dengan sedikit penjelasan mengapa kita harus menyanyangi ibu kita. Kami membahas tentang kasih sayang dan pengorbanan ibu. Dan yang tidak kalah penting lagi, tentang kue yang harus dikasih kepada ibu.

Oh, iya kesan? Aku kerap bingung jika ada yang menanyakan atau menyuruh aku menulis hal itu. Tapi okelah aku akan menceritakan kesan aku, yakni bahagia. Mungkin satu kata itu cukup mewakilkan ekspresi hatiku. Saya bahagia karena disamping kegiatannya sangat menyenangkan, adik-adik juga mudah untuk dikondisikan. Cukup membuat badanku segar kembali dengan canda tawa para Jendelist dan adik-adik. Bahkan, suara saya yang hilang sejak pagi pun muncul kembali.

Semoga kegiatan ini memberikan pengaruh positif bagi semua yang mengikutinya. Semoga kita juga bisa lebih peka dalam merasakan kasih sayang orang tua kita, khususnya ibu kita. Terima kasih para jendelist dan adik-adik di Code.

kebahagiaan-di-pinggir-code-2 kebahagiaan-di-pinggir-code-3

Oleh : Fachry

Editor: Doni D

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *