Lompat ke konten

Yang Kudapatkan Lebih dari Ekspektasiku

[Quote of the day]

Mungkin dari 365 hari yang ada pada tiap tahunnya, ada satu hari di mana apa yang kau cari telah kau dapatkan. Apa yang kau inginkan tersaji di depan mata, dan aku rasa hari ini adalah hari berharga ini

***

 

Jendelist nama panggilannya, relawan yang berada di bawah naungan Komunitas Jendela Jogja. Harapan sekilasku di tahun ini adalah aku dapat menularkan hobi membacaku pada dunia. Komunitas Jendela Jogja merupakan salah satu ruang yang tepat menurutku, (pada awalnya). Yaa hanya sesimpel itu sebenarnya, tidak untuk menjadi yang muluk-muluk. Begitupun ketika aku diwawancarai oleh pihak Jendela. Aku masih ingat jenis pertanyaannya. Apa kelebihanku? Pertanyaan yang umum sebenarnya, tapi dengan ngaconya aku menjawab “Kelebihanku adalah membaca”. Setelahnya beruntun pertanyaan yang harus aku jawab karena jawaban ngaco ini. Dan aku baru menyadari bahwa jawabanku adalah jawaban yang ngaco yang tak bermutu (ketika pada malam harinya pasca wawacara). Entahlah, aku rasa menjadi bagian dari Jendelist adalah sebuah anugerah, karena bahkan aku sendiri tak yakin akan diloloskan menjadi bagian dari Jendelist.

Itu saja pada awalnya..

Hari ini aku menemukan hal luar biasa di Desa Ngemplak –salah satu desa binaan Jendela Jogja.

Ada banyak hal yang aku pelajari, salah satunya adalah aku dapat mengembangkan kemampuan training-ku lebih baik lagi. Salah satu kemampuanku yang belum terasah secara maksimal adalah training. Aku memiliki latar belakang seorang trainer koperasi, yang sudah terbiasa untuk memberikan sebuah training baik itu training outbound, fun-outing maupun indoor training. Tetapi salah satu hal yang belum bisa kulakukan adalah memberikan training untuk anak-anak. Bagiku anak-anak adalah sumber kekacauan yang dapat mengacaukan segalanya haha. Walaupun aku menyukai mereka, tetapi untuk memberikan mereka stimulasi, aku masih terlalu takut. Takut untuk merasa diabaikan.

Begitu juga pada hari ini, aku memiliki job desk sebagai ice breaker –sebut saja pemecah suasana.  Ice breaker selama ini merupakan hal yang biasa kulakukan (dihadapan mahasiswa maupun di depan orangtua yang umurnya sekelas ayahku) Tapi ini adalah anak anak? Anak-anak memiliki dunia mereka sendiri, apakah aku diizinkan untuk masuk ke dalam dunia itu? Dan jujur kuakui, ini sulit tapi tetap aku harus bisa melakukannya.

Anak-anak ini terlalu ricuh sehingga aku kesulitan untuk memberikan sebuah instruksi. Yap, super hiperaktif. Tapi ini menyenangkan. Karena sifat-sifat mereka saling melengkapi, beberapa dari mereka ada yang tiba-tiba suka teriak, ada juga yang penuh antusiasme, ada juga yang tenang mendengarkan. Tantangan ini cukup sulit untuk kutaklukan, sungguh. Ketika aku mulai memberikan instruksi dan belum selesai, mereka mampu menebak games yang kubawakan, sehingga mereka ricuh lagi. Tantangan terbesar adalah untuk getting attention anak-anak agar mendengarkanku. Ini lumayan sulit, disinilah aku ingin berterima kasih kepada anak-anak Ngemplak ini. Karena sebuah kesulitan ini adalah pelajaran berharga untukku.

Mendapatkan perhatian anak-anak pada awalnya terasa cukup sulit

Aku belajar bagaimana mengatasi kesulitan ini. Anak-anak ini mengajariku agar menjadi seorang trainer yang penyabar dan penyayang. Mengajariku untuk mencari teknik delivery (baca : penyampaian) yang paling tepat untuk meredam keriuhan mereka ketika aku harus menyampaikan sebuah intruksi. Benar kata coach training-ku, bahwa pelajaran itu bisa didapatkan dimana saja. Begitu pula dengan hal ini, aku belajar dari anak-anak Ngemplak dengan kericuhan yang membahagiakan.

Belajar menjadi kakak yang penyabar dan penyayang untuk anak-anak

Ice Breaking yang kubawakan adalah ice breaking simple yaitu “Burung Sangkar Gempa Bumi”. Judul ini pasti dikenal oleh orang-orang yang berada pada ranah training. Dan ketika mengisi judul Ice breaking, ini aku merasa seperti mengisi outbond. Tentunya outbond membutuhkan energi yang lebih besar dibandingkan Ice breaking. Mereka sangat ricuh setelah aku berikan instruksi. Sekali lagi mencari perhatian mereka adalah hal yang sangat berat dan membutuhkan energi yang lumayan besar. Tantangan ini bagiku merupakan suatu hal yang membahagiakan. Kurasa tempat ini (Jendela Jogja) adalah tempat yang membahagiakanku. Aku hanya berharap untuk satu, dua, tiga, empat dan entah berapa tahun lagi aku ingin, aku memiliki kebahagiaan karena menjadi bagian dari Jendelist.

Hari ini merupakan salah satu loncatan yang besar untukku di dunia training. Tapi aku ingin selalu mengingat bahwa aku sangat ingin menularkan hobi membacaku pada dunia. Mungkin dari 365 hari yang ada pada tiap tahunnya, ada satu hari dimana apa yang kau cari telah kau dapatkan. Apa yang kau inginkan tersaji di depan mata, dan aku rasa hari ini adalah hari berharga ini. Terima kasih banyak adik-adik Ngemplak karena telah menjadikan satu hari di 365 hari di tahun 2017 ini menjadi berharga dan bermakna. Terima kasih banyak. Jendelist…

🙂

Jendelaa… buka! 🙂 🙂

 

Written by : Sri Kumala Ningrum

Pencinta buku, anak, makanan tapi tak begitu menyukai keributan.

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *