Jakarta, 8 November 2014 – Di hari Sabtu pagi, Jendela Jakarta mendapat undangan Life Long Learners School of Education yaitu dalam acara Konferensi Pendidikan dengan tema “Membangun Kemampuan Berpikir”. Pagi itu, kakak-kakak relawan dari Jendela Jakarta, yaitu terdiri dari Kak Andi, Kak Happy dan Kak Jamik bersiap-siap berangkat menuju ke tempat acara yang berlokasi di Sekolah Cikal di daerah TB Simatupang.
Kakak-kakak relawan sampai di lokasi sekitar pukul 7 pagi. Suasana masih sepi, peserta yang lain belum berdatangan. Kemudian, kakak-kakak relawan segera melapor ke panitia, untuk kemudian dituntun ke area booth lalu segera menuju ke booth yang sudah disediakan untuk mempersiapkan segala sesuatunya, merapikan perlengkapan, menata booth sesuai dengan konsep yang sudah direncanakan. Di booth tersebut Jendela Jakarta menampilkan beberapa merchandise dari komunitas Jendela Jakarta seperti pin, pembatas buku, stiker, kaos, dan buku komunitas Jendela yang dibuat oleh salah satu relawan. Tak lupa video Jendela Jakarta juga diputar
Jam menunjukan pukul 8 pagi, para peserta yang lain mulai berdatangan mengisi booth mereka. Ada sekitar 8 booth dari berbagai komunitas yang mayoritas bergerak di bidang pendidikan dan edukasi. Ada beberapa komunitas yang namanya sudah tidak asing lagi seperti Nusantara Bertutur yang kegiatannya mendongeng dan membuat cerita dongeng; Save the Children yang bergerak di bidang pendidikan dan mempunyai pos baca, semacam taman baca di daerah Cilincing; ada juga booth dari Rumah Sokola milik Butet Manurung yang namanya sudah tidak asing lagi kita kenal lewat bukunya Sokola Rimba.
Pukul 8.30, Kak Prie datang menyusul. Kak Prie ini akan mewakili acara workshop dengan tema “Membangun Kebiasaan Berpikir”. Pukul 9 acara workshop dimulai, kak Prie segera menuju tempat acara, dan kami bertiga melanjutkan menjaga booth. Semakin siang semakin banyak pengunjung berdatangan, mampir ke booth komunitas Jendela Jakarta. Mayoritas mereka dari orang tua murid yang sedang menunggu anaknya sekolah dan beberapa tamu undangan.
Disini kami banyak sekali mendapat kenalan baru dan jaringan baru. Ada dari inibudi.org, sebuah lembaga di bidang pendidikan yang membuat materi materi pembelajaran dalam bentuk video, yang bisa diunduh di web nya; Ada juga dari Indonesia Mengajar, di web nya terdapat beberapa materi pembelajaran yang ditemukan oleh Pengajar Muda di berbagai pelosok yang nantinya dapat dipraktekan dan aplikasikan; Ada juga dari komunitas Nusantara Bertutur yang punya kegiatan “Minggu Pagi Mendongeng”.
Life Long Learners Conference: Creative Thinking
Di acara ini juga diadakan Konferensi Pendidikan dengan tema “Membangun Kebiasaan Berpikir”. Komunitas Jendela Jakarta diwakili oleh Kak Pri. Acara workshop ini menampilkan beberapa pembicara antara lain Anies Baswedan, Najwa Shihab, dan beberapa pembicara lain.
Konferensi ini dibagi ke dalam beberapa sesi. Pembicara sesi pertama adalah Bapak Anies R. Baswedan, yang baru beberapa hari resmi menjabat sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. Materi yang disampaikan Anies Baswedan sangat menarik, yaitu tentang Creative Thinking.
“We know other people’s agenda, but we often fail to know our own agenda.”
Sebuah quote menarik dari Anies Baswedan menjadi pemantik awal diskusi. Menurut Anies, seringkali kita tidak tahu apa yang akan kita lakukan dalam hidup kita, namun selalu ingin tahu apa yang dilakukan orang lain. Alih-alih fokus pada pencapaian diri, terkadang kita justru sibuk mengurus hidup orang lain. Untuk menjadi orang yang sukses, kita harus tahu apa tujuan hidup kita, dan apa yang harus kita lakukan untuk mencapai tujuan hidup tersebut. Dalam mencapai tujuan hidup tersebut, kita saat ini dituntut untuk bisa berpikir kreatif.
“2/3 kemampuan kreativitas seseorang diperoleh melalui pendidikan, 1/3 dari genetik.” Demikian disampaikan Anies Baswedan dalam salah satu presentasinya. Ini berarti kreativitas adalah sesuatu yang bisa dipelajari. Lebih lanjut, beliau menambahkan, “Creativity is an ability to see things from a different perspective.” Untuk melatih kemampuan ‘melihat sesuatu dengan cara berbeda’ tersebut, salah satu cara yang bisa dilakukan adalah dengan menanyakan hal-hal yang sudah lazim atau biasa (common things). Misalnya pertanyaan seperti ini:
- Kenapa pemilihan presiden harus lima tahun sekali?
- Kenapa jari di setiap tangan kita ada lima?
- Kenapa kita harus makan tiga kali sehari?
- Dan sebagainya.
Dengan menanyakan hal-hal seperti itu, otak kita akan terlatih untuk melihat hal ‘biasa’ menjadi sesuatu yang berbeda, atau bahkan menjadi luar biasa. Ini menarik, karena kadang anak-anak yang banyak bertanya justru dianggap ‘aneh’, atau seringkali diabaikan orang tua maupun lingkungannya. Padahal, saat bertanya itulah justru menjadi momen penting bagi tumbuhnya creative & critical thinking anak tersebut.
Saat sesi tanya-jawab, Kak Prie menanyakan pandangan Anies Baswedan tentang anak-anak muda sekarang, khususnya di media sosial yang kadang critical thinking-nya tidak bersifat konstruktif tapi justru destruktif. Ini terutama terlihat saat masa pilpres, dan bagaimana para pengguna media sosial menyampaikan kritiknya kepada pemerintah. Menurut Anies Baswedan, salah satu yang menjadi penyebab kondisi ini adalah karena banyak di antara kita yang menggunakan media sosial dengan cara yang tidak benar. Hal ini tentunya harus didukung dengan edukasi penggunaan internet bagi masyarakat.
Selain itu, Kak Prie – mewakili Komunitas Jendela – menanyakan apakah peningkatan minat baca akan dimasukkan dalam program pendidikan secara formal oleh kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang baru. Anies Baswedan menjelaskan bahwa minat baca memang merupakan hal yang penting dalam proses pendidikan, sehingga perlu dilakukan review secara lebih mendalam terkait hal ini. Beliau juga menambahkan bahwa peningkatan minat baca seharusnya tidak hanya difokuskan pada anak-anak, tapi juga termasuk guru. “Ini bapak-ibu guru pada suka baca juga nggak?” tanya Anies Baswedan sambil tersenyum, yang disambut tawa malu-malu para peserta.
Anies Baswedan juga sempat menyampaikan pentingnya membaca biografi tokoh, terutama semenjak masih kecil. “Membaca biografi di usia muda akan meninggalkan kesan yang melekat pada diri seseorang sampai dewasa atau tua nanti.” Terkait peningkatan minat baca ini, Anies Baswedan menyadari bahwa melakukan sebuah perubahan besar butuh proses, dan membutuhkan waktu yang tidak singkat.
Setela itu, masih banyak sesi lain yang menarik. Selain workshop mengajar di kelas, ada sharing dari Najwa Shihab, Faried F. Saenong dan Alexander Rusli. Siapa saja mereka dan apa yang mereka sampaikan?
Sekitar pukul setengah 3, kak Andi Priyanto dari divisi media datang menyusul, bergabung bersama kakak-kakak relawan di booth. Semakin sore pengunjung mulai berkurang. Teman teman dari komunitas lain mulai berkemas merapikan booth mereka, kakak-kakak relawan pun bersiap untuk menutup dan merapikan booth kami. Dari acara ini Jendela Jakarta berharap dapat lebih bersinergi lagi dan dapat menjalin kerjasama antar komunitas agar lebih memajukan lagi pendidikan di Indonesia.
Penulis : Andi Perdana, Prihatiningsih
Editor : Andi Perdana
Foto : Berbagai sumber