Minggu, 23 februari 2014
Tim Jendela Jogjakarta kembali berbagi di Desa Turgo, karena hampir kurang lebih 2 minggu kami absen. Kini di sini lah kami berada, Turgo, dan bagi saya ini kali pertama mengunjungi Turgo. Cuaca di turgo sangat dingin karena berada pada lereng gunung merapi. Meski cuaca dingin, kami disambut hangat oleh adik – adik kecil yang lucu. Semangat mereka memberikan energi yang positif pada kami, relawan. Perwakilan dari satu RT, hari ini, tidak bisa menghadiri acara dikarenakan beliau memiliki agenda lain. Tak apalah, masih ada adik – adik turgo yang lain. Sebelum kami memeperkenalkan tentang profesi ke mereka, kami bermain main dulu permainan lingkaran besar. Salah satu kakak jendelis memberikan aba – aba untuk mulai bermain bersama. Setelah merasa lelah selelah lelahnya (mungkin ini akibat kami udah tua kali ya? hehehe). Salah satu relawan jendela, mbak mika, memberikan penjelasan tentang agenda hari ini.
Pagi hari itu, kami memberikan pengetahuan tentang profesi – profesi yang ada, seperti guru, pengusaha dan polisi. Ketika kami amati di antara mereka, anak perempuannya kebanyakan memilih untuk menjadi guru, hanya segelintir anak saja yang ingin menjadi pengusaha dan polisi. Ada seorang anak yang mencuri perhatian saya, jika dibandingkan teman –teman seumuran dia. Dia sangatlah cerdas dan aktif. Anak tersebut bernama Ikhlas dan dia kelas 1 SD. Dia sangat menggemaskan.
Setelah kakak – kakak jendelis memperkenalkan profesi tersebut, saatnya kami berkreasi menggunakan kain flanel untuk membuat gambaran, tentang gambaran seorang guru, pengusaha, polisi. Anak – anak turgo sangatlah antusias membuat kerajinan dari flanel tersebut. Ada yang menggunting dan ada yang menggambar. Mereka kelihatanya senang sekali. Semua profesi memiliki keunggulan atau value tersendiri, tidak ada yang tidak memiliki value. Kami berusaha tuk menanamkan bahwa jika ingin menjadi orang sukses melalui profesi yang kami inginkan, kami harus melewati jalan yang berliku. Kami harus sabar dalam meraih cita-cita kami yang sesuai dengan apa yang kami inginkan. Ketika besar nanti, dengan profesi apapun, kami tetap harus saling membantu satu sama lain karena di dunia ini kami bukanlah makhluk yang individualis tetapi makhluk yang sosialis, yakni saling membutuhkan satu sama lain.
Melihat mereka begitu antusias dalam mengikuti agenda hari itu, betapa harapan kami sebagai suatu komunitas pendidikan untuk menjadi jendela adik-adik yang membutuhkan kan terus terwujud. Adik-adik ini perlu diberi sentuhan tentang bagaimanakah kehidupan sebenarnya yang terjadi di dunia ini dan bagaimanakah cara agar menjadi seorang yang sukses kelak. Inilah sedikit cerita dari warna-warni agenda pada hari itu. Semoga menjadi kesan tersendiri bagi adikadik kami di Turgo. Sampai jumpa lagi pada minggu berikutnya.
by : Menur Ajeng