[Quote of the day]
“Bahagia itu tercipta jika kita mampu berbaur bersama mereka”
***
Mengelilingi dunia mungkin menjadi impian banyak orang, tidak terkecuali saya, seorang mahasiswa kelahiran 90’an yang masa kecilnya mengenal dunia hanya dari gambar bendera yang berbaris rapi di halaman belakang atlas berwarna, ya atlas menjadi buku favorit saya. Terbesit sebuah pertanyaan saat menulis kali ini “apakah adik-adik binaan kami (Komunitas Jendela) mengetahui asiknya mencari gambar bendera Indonesia di antara ratusan gambar bendera berbagai negara di dunia? Apakah mereka merasakan asiknya mencari tulisan kota tempat tinggal kita di gambar Pulau Jawa? Membayangkan seberapa jauh kota tempat kita tinggal dengan negara-negara lain melalui sebuah peta dunia di atas kertas?” Ah mungkin bagi mereka g**gle maps lebih asik untuk dilihat dengan berbagai fitur gambar-gambar nyatanya. Mungkin juga tidak, karena saat ini sudah banyak kepedulian masyarakat yang mengajarkan anak-anak untuk gemar membaca buku cetak sejak dini. Komunitas Jendela salah satunya.
Berbicara mengenai keliling dunia, bulan ini Jendela Jogja mengajak adik-adik binaan untuk mengelilingi dunia di setiap kegiatan mingguan. Mengelilingi? Piknik? Bukan, Jendela mengajak adik-adik untuk menjelajah budaya-budaya dari beberapa negara agar mereka bisa mengenal dunia dengan lebih luas.
Minggu, 1 Oktober 2017, saya berkesempatan untuk mengikuti kegiatan mingguan Jendela Jogja di Ngemplak. Meskipun saya datang terlambat (huhu maaf ya teman-teman) tetapi tidak menyurutkan niat untuk belajar dan bermain bersama adik-adik Ngemplak. Negara yang kami singgahi minggu ini yaitu Korea Selatan. Bagi sebagian kaum hawa umumnya berteriak gembira mendengar negara ini, tidak terkecuali saya yang gemar menonton drama negara tersebut sampai-sampai sudah tidak asing lagi dengan kata-kata bahasa Korea yang sering diucapkan oleh aktor-aktornya.
Kegiatan pertama diisi dengan berjoget untuk mencairkan suasana. Joget apa? Three little bears dance. Yeay! Adik-adik dan para Jendelist nampak bersemangat mengikuti tarian ini. Meski bukan merupakan tari tradisional tetapi gerakan ini popular di Korea Selatan berkat kemunculannya di drama Full House.
Wah asik juga ya joget. Setelah asik joget, adik-adik mulai belajar mengenai Negara Korea Selatan. Kakak-kakak Jendelist mengenalkan secara umum mengenai Korea Selatan ini mulai dari letak negara, kondisi iklim di Korea, kebiasaan masyarakat Korea yang berbeda dari Indonesia sampai budaya-budayanya.
Budaya apa aja sih yang dikenalkan?
Budaya yang dikenalkan adalah budaya tradisional Korea meliputi alat musik tradisional dan tari tradisional. Adik-adik Ngemplak mengenal nama-nama alat musik dan macam-macam tari tradisional juga gambarnya. Asiknya pada sesi ini yaitu celetukan mereka saat membandingkan mirip seperti apa alat musik tersebut dengan alat musik yang ada di Indonesia pun dengan tari tradisional beberapa ada yang mirip dengan tari yang ada di Indonesia juga adik-adik bisa membandingkan. Waaah mereka antusias sekali yaaa! Satu lagi, makanan-makanan khas Korea yang tidak kalah menarik dari budaya-budayanya. Hmm… enak yaa sepertinya membayangkan rasanya makanan Korea yang menggoda lidah.
Lanjuuuuttt…..
Tebak kata sederhana, hah sederhana? Ya mungkin sederhana bagi kakak-kakak sekalian yang sering menonton drama. Hehehe. Kata-kata tersebut misalnya nih kata tanya, mwo yang artinya “apa?”; nugu yang artinya “siapa?” Lalu kata panggilan seperti eomma yang artinya “ibu” dan kata appa yang artinya “ayah” Tak lupa kata-kata sehari-hari lain misalnya annyeong yang artinya “halo”, kamsahamnida yang berarti “terimakasih” dan masih banyak lagi yang saya tidak mampu menuliskan semuanya. Saat main tebak kata ini adik-adik juga antusias dalam menghafalkan dan juga menebak kata-kata yang mereka dapat.
Waktu menghafalkan kata-kata Korea sudah berlalu, selanjutnya kami bermain Kotak Pos. Kotak pos kali ini berbeda dari biasanya karena nama adik-adik diganti menggunakan kata-kata bahasa Korea yang mereka hafalkan sebelumnya. Waaah serunya!!!
Bermain kotak pos beberapa putaran tak membuat semangat adik-adik Ngemplak surut. Malah mereka meminta untuk bermain beberapa ronde lagi saat waktu sudah hampir petang. Di akhir kegiatan seperti biasa kami bernyanyi bersama dan setelah itu adik-adik pulang ke rumah masing-masing.
Bahagia itu tercipta jika kita mampu berbaur bersama mereka, adik-adik binaan Jendela Jogja.
Written by Primatika Pramana Dewi