Sabtu, 21 April 2012
Hari ini kegiatan rutin di Shelter Gondang 1 sedikit melenceng dari jadwal yang sudah ditetapkan teman-teman divisi program. Volunteer yang ke atas hanya 3 orang (salah satu diantaranya menyusul karna masih ada kegiatan lain) dan kunci perpustakaan tidak ada. Karena itu diputuskan secara sepihak dan melihat kondisi yang ada di sana, kami ajak mereka untuk jalan-jalan sambil belajar di luar. Hohohoho…..
Saat kami beritahu bahwa jadwal hari ini jalan-jalan, mereka langsung semangat dan menyebutkan beberapa nama tempat di sekitar desa mereka. Mereka yang menentukan rute. Volunteer hanya mengikuti ke tempat yang mereka inginkan. Syarat dari volunteer hanya ada 2 jika ingin tetap jalan-jalan. Pertama, jarak dari shelter ke tempat yang mereka tuju tidak boleh jauh. Kedua, mereka harus membawa buku dan alat tulis jika ingin jalan-jalan.
Berbagai pertanyaan langsung terlontar. “mau nulis apa mbak, mas?” Jujur, saya sendiri yang menyuruh mereka membawa buku dan alat tulis juga tidak punya ide apapun untuk apa mereka harus membawa alat tulis. Tapi saya yakin, pasti ada hal yang bisa mereka tulis. PASTI.
Benar saja. Sesampainya di lokasi yang di tuju (setelah melalui perjalanan menyebrang dari satu bukit ke bukit lain) mereka berceloteh, “mbak, mampir rumah ku ya. ada di sana”. “Habis itu ke rumah ku yaaa”, dst. Saya pribadi langsung terpana dan menerka-nerka tempat apa ini.
Hamparan lahan luas kosong berhektar-hektar penuh gunungan pasir dan batu. “Inikah rumah mereka ‘dulu’ yang sudah tertimbun pasir dan material Gunung Merapi?”, kata saya dalam hati. Dan saya pun langsung berucap, “kalian besok mau tinggal di sini?”. “Iyaaaa…. bulan Agustus (katanya) jadi.” Yup. Ternyata hamparan lahan kosong luas penuh pasir dan batu itu nantinya akan dijadikan rumah mereka. Sudah di kapling per kepala keluarga dan sudah diberi nama. Karena itu mereka sudah tau di mana nantinya letak rumahnya. Agustus. Bulan yang pasti mereka sangat nanti-nantikan.
Secepat kilat kami ajak mereka duduk dan mulai memberi tugas. “Sekarang tugasnya mengarang tentang Rumah Idamanku. Minimal setengah halaman.”
So far, kegiatan siang sampai sore hari Sabtu ini cukup menyenangkan dan cukup menguras tenaga. Hanya ada 3 volunteer yang mengikuti pendampingan dan 7 anak shelter yang selalu senantiasa menunggu kami di Perpustakaan. Sembari menunggu kami datang, mereka sudah membaca-baca buku. Tanpa kunci Perpustakaan, mereka masih bisa membaca. Ya. Jendela perpus benar2 pengganti pintu bagi mereka. Untung jendela perpus tidak pernah di kunci 😛
Diakhir perjalanan, kami sempat beristirahat sebentar sambil menunggu anak-anak menghabiskan buah jambu yang tadi mereka ambil. Seselesainya makan jambu, mereka dengan serentak menyanyikan lagu “Ibu Kartini” dan beberapa anak bercerita tentang sosok Ibu Kartini yang baru diketahuinya lewat upacara sekolah pagi hari.
Salah satu pertanyaan mereka tadi siang yang sampai sekarang masih terngiang-ngiang di kepala saya (kurang lebih), “kalo kita udah pindah sini, mbak2 mas2 Jendela bakal masih main sama kita nggak?”. Jujur, saya dan Nanang hanya tersenyum dan tertawa tanpa sanggup berkata-kata. Akhirnya saya pun hanya bisa menjawab “Insyallah” tanpa sanggup meneruskannya.
“Never doubt that a small group of thoughtful, committed citizens can change the world; indeed, it’s the only thing that ever has.” – Margaret Mead –
“Vision without action is a daydream. Action without vision is a nightmare.”
– Japanese Proverb –
by. Apriliana Taurizqi Ramadhanniar