Pagi ini Turgo sudah bangun, meskipun geliatnya di jalan aspal kecil tidak begitu tampak, namun semangat di dalamnya sangat terasa. Seperti kami, para jendelist yang begitu bersemangat menyambut Minggu pagi bersama anak-anak Turgo. Kali ini kami tidak sendiri, ada kakak-kakak dari FEB UGM yang juga turut bermain bersama.
“RT 1.. RT 1.. RT 2.. RT 2.. RT 3.. RT 3.. RT 4.. RT 4..” , teriak Mas Boy sambil membagi kami menjadi empat bagian. Saat itu masih pukul 8, anak-anak memang belum waktunya berkumpul, namun karena kakak-kakak FEB sudah begitu antusias menyiapkan permainan, maka kami menjemput anak-anak.
Jalan demi jalan kami susuri sembari memanggil anak-anak dan “menangkap” siapa saja yang tampak. Meskipun kami ‘tangkap’, tak sedikitpun aura terpaksa terpancar dari wajah mereka.
Pukul 09.00, Sekitar 15an anak terkumpul, mereka dibagi menjadi 4 kelompok. Kami memulai aksi bermain yang bernuansa ekonomi. Pos pertama, menyusun puzzle untuk menemukan gambar buah atau pohon. Pos kedua, memetik ‘gambar’ buah. Pos ketiga, ‘mengolah plastisin’ menjadi buah. Pos keempat, menjual hasil olahan di pos 3 tadi. Pos kelima, membeli makanan.
Pemenang dari Pos 1-3 adalah yang paling cepat menyelesaikan dan benar. Hadiah untuk pemenang pos adalah koin cokelat yang nantinya dapat digunakan untuk membeli makanan. Khusus di Pos 4, anak-anak berdagang “buah” pada kakak-kakak FEB dan Jendelist. Mereka masih begitu polos dalam hal ngotot-ngototan harga. Alhasil, kakak-kakak pendamping kelompok yang turun tangan membantu mereka menentukan harga.
Tiba di pos terakhir, kakak-kakak FEB sudah menyediakan makanan yang bisa ditukarkan dengan koin cokelat hasil menang pos dan jualan tadi. Sepertinya anak-anak sangat senang menikmati hasil jerih payah mereka.
Acara bermain usai saatnya kembali ke kelas. Di kelas, anak-anak diajak menonton kartun tentang Kancil dan tentang belalang yang mengangkat filosofi kehidupan. Dalam acara ini juga diadakan makan snack bersama yang disponsori oleh kakak-kakak FEB.
Tidak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 11.00. Riuh rendah anak-anak masih mengisi ruang kelas. Penanggung jawab dari FEB mengajak anak-anak merecall apa yang sudah dilakukan. Inti dari permainan tadi adalah motivasi berkarya. Mulai dari menanam, memanen, mengolah hasil panen, menjual hingga mendapatkan barang yang diinginkan. Sebagai generasi muda, tidak boleh berpangku tangan, bermalas-malasan, harus selalu semangat dan bekerja keras.
Sebagai penutup diiringi dengan doa bersama serta evaluasi dari Jendelist untuk kakak FEB begitu juga sebaliknya, dan tentu saja belum lengkap tanpa foto bersama.
Secara garis besar evaluasinya mengenai pendekatan pada anak-anak. Bagaimana menghargai apa yang mereka lakukan, tidak menaruh ekspektasi besar pada mereka, meminimalisir penggunaan gadget serta meningkatkan minat baca anak.
Entah angin apa yang membuat sang ketua Jendela menjadi begitu bijak, mengakhiri acara dengan satu kata kunci, yakni pengabdian. Menjadi mahasiswa adalah menjadi abdi masyarakat, lingkungan dan Negara.