Mendengarkan Cerita dan Motivasi dari Kak Winda
16 Juni 2013 – Saat bertemu untuk mengadakan rapat bersama dengan teman teman dari divisi program, yaitu sekitar akhir bulan Mei, kami dari divisi program sempat berbincang tentang adek adek di perpus yang salah satunya tentang masalah motivasi mereka. Kami melihat motivasi dan rasa percaya diri mereka masih kurang, contohnya saat ditanya kalau sudah besar nanti mau jadi apa, bahkan ada yang menjawab mau jadi pemulung, mau jadi maling, mau jadi tukang parkir. Dari situlah maka kami ingin memberikan materi tentang motivasi kepada adek adek di Manggarai, agar mereka lebih percaya diri, terutama dalam meraih cita cita yang lebih baik.
Maka di hari Minggu ini kami memberikan materi tentang motivasi kepada adek adek di Manggarai. Tadinya kami akan mengundang mbak Nila Tanzil, founder Taman Bacaan Pelangi, untuk berbagi cerita kepada adek adek. Tetapi setelah dihubungi lewat email ternyata mbak Nila berhalangan hadir karena sedang ada acara. Akhirnya kami mencari alternative lain. Kami lalu mengundang Kak Winda, teman dari Kak Offy, salah satu relawan Jendela Jakarta. Kak Winda ini berprofesi sebagai perawat di salah satu rumah sakit di Jakarta. Kami meminta bantuan Kak Winda untuk berbagi cerita kepada adek adek tentang profesi yang dijalaninya.
Kegiatan hari itu agak molor kurang lebih sekitar satu jam, karena Kak Winda yang datang bersama dengan Kak Offy, terjebak macet di jalan. Selama satu jam itu pula saya menangani adek adek sendirian, ya…sendirian, bisa dibayangkan susahnya menangani mereka sendirian, hehehee. Adek adek sangat aktif bermain, bahkan ada yang bertengkar karena berebut mainan. Tapi, saya selalu dengan sabar melerai dan menasehati mereka. Sekitar pukul 11.30 saya coba untuk menenangkan mereka, saya mengumpulkan mereka di perpus, menyuruh mereka duduk dengan rapi. Lalu saya menjelaskan kalau hari ini kita akan kedatangan Kak Winda yang akan bercerita tentang profesi, tetapi saya tidak memberitahu kepada adek adek apa profesi Kak Winda agar mereka penasaran, hehehehee. Sambil menunggu Kak Winda datang, saya menyuruh adek adek untuk membaca buku di perpus.
Sekitar pukul 12 lebih sedikit, Kak Winda datang bersama dengan Kak Offy. Saya pun berkenalan dengan Kak Winda, karena memang baru pertama kali itu juga saya bertemu dengan dia. Saya lalu menyuruh kak Winda masuk ke dalam perpus. Memperkenalkannya kepada adek adek. Nampaknya adek adek sudah tidak sabar mendengarkan Kak Winda bercerita. Kak Winda maju ke depan dan bercerita. Adek adek mendengarkan dengan seksama. Kak Winda bercerita kalau sekarang dia berprofesi sebagai perawat di salah satu rumah sakit di Jakarta, yaitu di RS. Persahabatan. Kak Winda menjelaskan kalau perawat itu bertugas untuk merawat orang yang sedang sakit. Lalu tiba tiba ada adek yang nyeletuk, “enak ya kak jadi perawat, bisa ngerawat ibu kita kalau ibu kita sedang sakit”. “Iya, bisa ngerawat Ibu kita kalau sedang sakit”, jawab Kak Winda. Kak Winda juga bercerita kalau awalnya dia tidak bercita cita menjadi perawat, awalnya Kak Winda bercita cita ingin menjadi seorang psikolog. Tetapi walaupun tidak sesuai dengan apa yang dicita citakan, Kak Winda tetap menjalankan profesi yang sekarang dengan penuh semangat. Saat Kak Winda bercerita di sesi ini, terlihat adek adeknya mendengarkan dengan sangat serius, semuanya hening, diam, dan mendengarkan. Mungkin karena Kak Winda bercerita dengan nada yang agak sedih, Annisa yang duduk di barisan paling depan matanya sampai berkaca kaca. Setelah selesai bercerita, lalu Kak Winda bertanya kepada adek adek kalau sudah besar nanti mereka mau jadi apa, seperti sebelumnya, merekapun menjawab mau jadi pemulung, mau jadi supir angkot. Kak Winda pun memberi motivasi kepada mereka, bahwa jangan takut dalam bercita cita, “kita harus berani bercita cita, harus berani bercita cita yang tinggi, lebih tinggi dari sekedar pemulung, lebih tinggi dari sekedar supir angkot”, kata Kak Winda memotivasi, “maka dari itu, untuk meraih cita cita yang tinggi kita harus sekolah dan rajin belajar, tidak boleh malas”, tambah Kak Winda.
Setelah selesai shalat Dzuhur, acara dilanjutkan dengan games. Kami membagi adek adeknya ke dalam tiga kelompok. Kami bermain permainan yang bernama “Ular Tangga Motivasi”. Cara bermainnya sama seperti bermain ular tangga pada umumnya, tapi kami menambahkan beberapa pertanyaan tentang minat dan cita cita mereka. Setiap anggota kelompok mendapat kesempatan untuk melempar dadu, lalu bergiliran pindah ke kelompok selanjutnya, begitu seterusnya, jadi setiap anak mendapat kesempatan untuk melempar dadu. Saat Salim melempar dadu dan berhenti di kotak kotak nomor 4, yaitu pertanyaannya, “Apa sih cita cita kamu?kenapa pilih itu?”. Salim pun dengan cepat menjawab, “ingin jadi pemain bola, biar bisa jadi pemain bola yang terkenal”. Saat Annisa melempar dadu dan berhenti di kotak nomor 7, yang pertanyaannya, “Pelajaran kesukaan kamu apa?Pelajaran yang kamu gak suka apa?Kenapa?”, Annisa pun menjawab, “pelajaran favorit aku pelajaran Agama, pelajaran yang aku gak suka…hmm, gak ada kak, aku suka semua, karena biar pintar” jawab Annisa. Lalu saat giliran Simran melempar dadu dan berhenti di kotak nomor 8 yang pertanyaannya, “Alasan kamu datang ke perpus ini apa?”, dan Simran langsung menjawab, “biar kita dapet ilmu kak, menambah ilmu”.
Dan, kegiatan hari itu ditutup dengan makan bersama. Kebetulan hari itu kita mendapat rezeki untuk dibagikan kepada adek adeknya. Sebelum mulai makan, tidak lupa mereka membaca doa terlebih dahulu. Karena rezeki hari itu tidak banyak, maka adek adeknya pun berbagi, yaitu satu kotak nasi dimakan berdua. Tetapi mereka tetap tertib dan mau berbagi dengan teman temannya. Itulah kegiatan di perpus Manggarai hari Minggu ini, semoga dengan mendengarkan cerita dari Kak Winda mereka semakin termotivasi untuk menggapai cita cita yang tinggi. Oya, hari itu kita juga kedatangan Kakak relawan baru, yaitu Kak Nurita dan Kak Faiz, selamat datang Kak di perpus Jendela Jakarta J