30 Juni 2012. Saya kembali aktif di kegiatan jaga perpustakaan Komunitas JendelaYogyakarta. Tema jaga perpustakaan siang itu adalah My Dream. Hari kamis, kami sudah melakukan briefing sebelum naik ke Atas. Puput sebagai PJ jaga perpus shelter Sabtu kemaren telah merancang program hari itu.
Siang hari, saya tiba di shelter pukul 01.05 wib bersama Zulfa, kemudian Bayu, Puput, Shela dan Tya plus adiknya. Shela, Puput, dan Tya memanggil dan menjemput beberapa anak shelter. Saya, Bayu dan Zulfa menyiapkan tempat di ruang kosong depan perpustakaan. Tya tiba dengan menggendong anak shelter yang belum saya kenal. Setelah berkumpul beberapa anak, kami pun memulai kegiatan.
Tya memulai dengan menjelaskan dan mengingatkan tentang tema belajar bahasa Inggris seminggu sebelumnya. Tika, Mike dan beberapa anak menjawab dengan menyebutkan beberapa profesi
“Dokter”
“Guru”
“Bahasa inggrisnya?’ tanya Tya sembari menulis jawaban mereka.
Tika dan Mike terlihat berhati-hati menjawab.
“Ya benar. Doctor, Teacher”
“Ejaannya?” tanya Tya lagi.
Mereka pun mengeja dengan campuran ejaan ala Indonesia dan bahasa Inggris.
Shela dan Puput membantu untuk membenarkan ejaan mereka yang bahasa Indonesia ke bahasa Inggris. Setelah menyebut beberapa pekerjaan yang lain dan mengambil gambar beberapa profesi, anak-anak mulai terlihat tidak tertarik. “Nah itu tadi kan nama cita-cita pekerjaan yang kalian senangi. Sekarang, kita akan memilih peralatan dan perlengkapan dari masing-masing pekerjaan tadi. Ini ada gambar peralatan dari masing-masing pekerjaan. Contohnya ni Guru. Bapak dan Ibu Guru butuh peralatan apa hayo?”
“Pensil”
“Papan Tulis”
“Terus apalagi?” tanya Shela lagi. Mereka terdiam, bingung.
Saya pun meminta Shela untuk menganti taktik, meminta anak-anak untuk berlomba mengambil gambar kartu profesi. Shela mengumpulkan semua gambar profesi.
“OK sekarang, mbak minta kalian mencari peralatan dan perlengkapan dari pekerjaan yang kalian inginkan. Kakak tanya dulu, Tika ingin jadi apa? Semi? Mike? Diah? Didik?”
“Guru”
“Dokter”
“Guru”
“Guru”
‘Tentara”
“Baik, sekarang mbak akan menebarkan masing-masing perlengkapan profesi. Kalian mbak beri waktu 10 detik untuk mengambil gambar peralatan sesuai dengan profesi kalian. Mbak Puput tolong dihitung ya waktunya” ujar Shela, tampak wajah anak-anak antusias. Mereka bersiap untuk berebut. Shela menebarkan gambar-gambar di hadapan mereka, ketika ia berucap “Mulai”
Anak-anak pun teriak dan berebut satu sama lain. Semi yang berada di belakang dan tak bisa berebut, mendadak malas dan ngambek. “Ah emoh ah”, ia berdiri dan pergi.
“Lho kok pergi?” tanya saya.
“Eh Semi Semi…ini gambar buat Dokter” ujar Diah menyerahkan gambar sarung tangan kedokteran.
“Ini juga” ujar Mike menyerahkan alat pengukur tekanan darah.
“Semi semi ini lho dibantu teman-temannya” ujar saya
Semi hanya cemberut di pojokan.
“Ini lho kamu dibantu teman-temannya nyari gambar buat Bu Dokter Semi…dihargai dong bantuan mereka” jelas saya. Semi pun tersenyum dan kembali bergabung. “Ini juga Semi” Arum menyerahkan gambar suntikan.
“Emoh aku yang ini” tolak Semi
“Itu kan suntikan dipakai Dokter juga” jelas saya
“Wedi aku mbak” ujarnya
“Ya gpp, ambil aja. Kan Arum udah bantu nyariin buat kamu” jelas saya. Ia pun mengambil gambar yang diserahkan Arum.
“Jadi udah pada dapat semua kan? Sekarang, tolong sebutkan perlengkapan itu dalam bahasa Inggris. Kita mulai dari Erna” pinta Tya.
Setelah mendengar itu, Semi dan Diah beranjak pergi. Mereka tampak takut. Saya pun menghampiri “Lho lho kok pergi toh ya? Pada takut ya? Haduuuuuuuuuuuuh, ini lho bukan dikelas. Gakkan ada hukuman. Nanti juga dibantu kok sama mbak mas-nya. Ayo gabung lagi. Kita kan belajar bareng ni”
Mereka pun menurut dan kembali bergabung.
Siang itu, selesai belajar dan bermain bareng. Semi menceritakan bahwa esok hari, Minggu 1 Juli 2012, si Mike akan tampil untuk PILDACIL mewakili Kaliadem.
“Oh ya benarkah? Jam berapa?” tanya saya
“Jam 8 mbak”
“Wah kalau gitu. Ayo Mike coba latihan sekarang…di depan mbak dan mas” pinta saya.
Mike tampak malu. Tapi setelah diyakinkan, Mike pun berlatih di depan kami. Setelah berlatih, kami, Jendelist, bermain sejenak lalu ketika adzan Ashar terdengar. Saya pamit untuk shalat dulu, menarik Bayu dan yang lainnya. Ternyata anak-anak shelter mengikuti kami. Semi, Mike dan Didik pun ikut shalat bersama kami.
Jaga perpustakaan Komunitas Jendela siang itu benar-benar terasa bermakna sekali. Entahlah kami, Jendelist, telah memberikan pengaruh seberapa besar ke dalam kehidupan anak-anak Shelter Gondang 1 Merapi. Memang tidak banyak anak yang mampu kami jangkau, hanya Semi, Diah, Mike, Fika, Arum, dan Didik yang tiap akhir pekan selama setahun ini, kami relawan telah berinteraksi secara intens. Semoga ini tidak sia-sia…amiiin3x.
– Marisa Latifa Dinar –
Original post http://sahabatanakindonesia.blogspot.com/