Kemerdekaan yang kita rasakan saat ini salah satunya adalah berkat jasa para pahlawan. Dari total 173 orang yang diakui negara sebagai pahlawan nasional, ada 12 nama wanita di antaranya.
Nama Raden Adjeng Kartini mungkin paling dikenal di antara yang lain. Sebab, tanggal lahirnya yakni 21 April diperingati setiap tahun sebagai Hari Kartini. Padahal, selain Kartini, masih banyak pahlawan nasional perempuan lain yang perlu kita kenang jasanya. Siapa saja?
- Cut Nyak Dhien
Wanita cantik berdarah Aceh ini bersumpah akan melawan Belanda setelah suami pertamanya, Ibrahim Lamnga, dibunuh penjajah. Setelah beberapa lama kemudian, ia dilamar dan menikah lagi dengan Teuku Umar. Cut Nyak Dhien bertempur melawan Belanda bersama suaminya dan ia tetap meneruskan perjuangannya meski Teuku Umar kemudian tewas saat perang.
- Cut Nyak Meutia
Cut Nyak Meutia yang juga lahir di Aceh memiliki cerita mirip Cut Nyak Dhien. Ia berperang melawan Belanda bersama suaminya Teuku Tjik Tunong. Namun, Tjik Tunong kemudian dihukum mati dan memberi wasiat agar sahabatnya, Pang Nagroe, menikahi Cut Nyak Meutia. Setelah menikah, perempuan ini terus berjuang melawan penjajah sampai titik terakhir meski kemudian ditinggal mati pula oleh suami keduanya.
- Dewi Sartika
Raden Dewi Sartika adalah perempuan Sunda perintis pendidikan wanita. Sejak kecil, ia sudah menunjukkan ketertarikan di bidang pendidikan dengan bermain peran menjadi guru seusai sekolah. Saat dewasa, ia mendirikan Sekolah Isteri yang kemudian semakin berkembang hingga menjadi satu sekolah tiap kota atau kabupaten.
- Fatmawati
Perempuan kelahiran Bengkulu yang bernama asli Fatimah ini berjasa menjahit Bendera Pusaka yang dikibarkan saat upacara Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945. Fatmawati adalah istri ketiga mantan presiden Soekarno yang dikaruniai lima orang anak, yakni Guntur, Megawati, Rachmawati, Sukmawati, dan Guruh Soekarnoputra.
- Malahayati
Keumalahayati diberi gelar Laksamana Malahayati. Bukan tanpa alasan, perempuan Aceh ini sukses memimpin 2.000 orang pasukan Inong Balee (janda pahlawan yang syahid) berperang melawan Belanda sekaligus membunuh Cornelis de Houtman dalam pertempuran satu lawan satu di kapal. Ia juga pernah memegang jabatan sebagai Kepala Barisan Pengawal Istana dan Panglima Protokol Pemerintah.
- Maria Walanda Maramis
Maria Josephine Catherine Maramis (lebih dikenal sebagai Maria Walanda Maramis setelah menikah dengan Joseph Frederick Caselung Walanda) diberi gelar Pahlawan Pergerakan Nasional karena mendirikan organisasi pendidikan rumah tangga untuk wanita yang diberi nama Percintaan Ibu Kepada Anak Temurunannya (PIKAT). Ia juga sukses memperjuangkan hak wanita untuk memilih anggota badan perwakilan Minahasa Raad.
- Martha Christina Tiahahu
Gadis Maluku berciri khas rambut panjang tergerai dan memakai ikat kepala merah ini sudah ikut berperang bersama ayahnya sejak usia 17 tahun. Martha juga memberi semangat kepada kaum perempuan untuk ikut bertempur sampai-sampai Belanda kewalahan menghadapi para pejuang perempuan. Ia meninggal dalam perjalanan di kapal saat akan dipekerjakan paksa di kebun kopi.
- Nyi Ageng Serang
Perempuan bernama asli Raden Ajeng Kustiyah Wulaningsih Retno Edhi ini diberi gelar Nyi Ageng Serang setelah menggantikan posisi ayahnya yang meninggal sebagai pemimpin Serang, Jawa Tengah. Ia terkenal memimpin pasukan melawan Belanda dengan strategi penyamaran menggunakan daun talas.
- Opu Daeng Risadju
Opu Daeng Risadju adalah gelar kebangsawanan dari Kerajaan Luwu yang disematkan kepada wanita bernama asli Famajjah ini. Ia mendirikan Partai Syarekat Islam Indonesia cabang Palopo dan menjadi ketuanya. Saat tentara Netherlands Indies Civil Administration (NICA) berupaya menjajah Sulawesi Selatan, Opu Daeng Risaju berperan besar memobilisasi para pemuda pribumi untuk melawan.
- Rasuna Said
Hajjah Rangkayo Rasuna Said yang berdarah Minang dikenal cerdas dan berani memperjuangkan hak perempuan. Saat terjun ke dunia politik, ia lantang berbicara dan menulis menentang Belanda sampai pernah dipenjara.
- Siti Hartinah
Raden Ayu Siti Hartinah lebih dikenal dengan sebutan Tien Soeharto. Istri mantan presiden Soeharto ini menjadi salah satu pelopor Laskar Putri Indonesia. Ia juga pernah membantu di dapur umum dan bertugas sebagai palang merah saat perang kemerdekaan. Posisi Tien sangat menentukan dalam pengambilan keputusan penting di karier Soeharto.
- Siti Walidah
Siti Walidah menikah dengan pendiri Muhammadiyah, Ahmad Dahlan, dan kemudian diberi gelar Nyai Ahmad Dahlan. Ia menjadi salah satu pendiri kelompok Aisyiyah yang menjalankan pendidikan Islam bagi perempuan. Ia juga menentang kawin paksa dan tidak setuju dengan patriarki.
Tanpa perjuangan para pahlawan wanita di atas, belum tentu kita bisa merasakan hidup nyaman seperti sekarang. Kisah pahlawan perempuan mana yang paling kamu kagumi ?
Sumber:
https://www.berrykitchen.com/tips/lifestyle/12-pahlawan-nasional-perempuan