Lompat ke konten

PURPOSE: PART 3. PART YANG BIKIN KAMU BLINGSATAN (KAYAK KALO KETEMU DANILLA).

Knowing yourself is like “use my location” in google map when you want to find your way to your destination. –Purpose

Tidak salah rasanya jika saya beranggapan bahwa hidup merupakan sekumpulan perayaan. Mulai dari lahirnya sesosok manusia ke bumi, pesta pertambahan usia, prosesi pernikahan, hingga upacara mengenang berpulangnya manusia ke sisi Sang Pemilik, hidup tidak pernah lepas dari serangkaian perayaan. Setiap orang punya caranya masing-masing dalam merayakan hidup, ada yang merayakannya dengan meriah, dengan penuh tawa bahagia, ada juga yang merayakannya dengan sederhana, cukup dengan melantunkan seuntai doa yang dilafalkan di dalam hati. Cara-cara itulah yang akhirnya menjadi bentuk-bentuk perayaan atas segala hal yang terjadi dalam hidup kita. Segala bentuk rasa syukur yang bisa dinikmati bersama. Namun yang terpenting dari semua itu, menurut saya, adalah bagaimana kita memaknai sesuatu yang dirayakan itu.

Berbicara mengenai perayaan, pikiran saya tiba-tiba melonjat jauh ke belakang, jauh ke sebuah momen di mana banyak hal dalam hidup ini yang perlu dirayakan dan disyukuri. Ke suatu waktu di mana hidup seolah sudah berpihak dan bergerak pada rotasinya. “Udah biasa aja, didoain aja” katanya, pada hari perayaan kami saat itu. Manis.

Bhaique, agar saya tidak semakin tenggelam dalam lingkaran nostalgia dan membuang-buang lebih banyak waktu sobat jumawa que lagi, ada baiknya kalau kita meninggalkan segala bentuk perayaan-perayaan yang ra mashookkkk blasss itu dan kembali pada buku Purpose. Hehe. Knowing yourself is like “use my location” in google map when you want to find your way to your destination. Mungkin kalimat ini akan membekas cukup lama dan menjadi salah satu kalimat favorit saya dari buku Purpose. Kalimat itu mengajarkan saya bahwa segala hal dalam hidup selalu butuh persiapan, butuh perangkat yang sesuai, butuh perencanaan yang matang, butuh kemantapan, dan butuh orang lain sebagai partner kalau sewaktu-waktu google map-mu error atau kehabisan dayanya. Gak ada dalam hidup ini yang bisa dilakukan seorang diri, bahkan cawik pun butuh bantuan Kang Ledeng kalo airnya gak keluar.

4. Forgive

Orang yang memberi luka terhebat justru adalah malaikat terbaik dalam hidup kita. Kenapa? Karena dia telah memberi pelajaran yang sangat besar bagi hidup yang sedang kita jalani.” Dan, saya memercayainya.

Coba deh saat kalian sedang membaca bagian ini, kalian merenung sebentar aja terus tanyakan pada diri sendiri, ada gak sih orang di sekitar kalian, orang yang kalian kenal, atau siapapun itu yang layak dan berhak kalian maafkan? Kalo udah ketemu, cobalah maafkan orang itu apapun alasannya. Kalau perlu coba hubungi dia terlebih dahulu kemudian ekspresikan bagaimana rasa kecewamu terhadapnya. Gak perlu gengsi, gak ada untungnya gengsi. Masih terlalu banyak hal dalam hidup ini yang perlu dilakukan selain gengsi. Karena apa? Ternyata rasa kecewa terhadap seseorang merupakan suatu hal yang besar dan perlu dimaafkan. Dan memaafkan adalah sebaik-baiknya cara mengenal dan mengevaluasi diri.

 

5. Bermimpi

“Bermimpilah, karena Tuhan akan memeluk mimpi-mimpi itu.”

Alam semesta benar-benar bekerja dengan caranya saat kita percaya. Bermimpi adalah bahan bakarnya. Saat saya, kamu, siapapun percaya pada suatu hal, gantungkanlah hal itu sedekat mungkin dengan kita, ‘Biarkan keyakinan kamu, 5cm mengambang di depan kening kamu. Dan… sehabis itu yang kamu perlu cuma kaki yang akan berjalan lebih jauh dari biasanya, mata yang akan menatap lebih lama dari biasanya, leher yang lebih sering melihat ke atas, lapisan tekad yang seribu kali lebih keras dari baja, dan hati yang akan bekerja lebih keras dari baja, serta mulut yang akan selalu berdoa.” kalau kata Donny Dhirgantoro. Keren~  

 

6. Try to express yourself

You’re not everyones cup of tea. Sekali lagi, kamu tu bukan es krim yang bisa buat hampir sebagian besar orang seneng. Kamu juga bukan Danilla Riyadi yang bisa bikin semua cowok blingsatan. Kamu ya kamu. Gak akan dan gak bakal bisa menyenangkan semua orang. Trying to be nice in front of everyone only wasting your times. Coba deh mulai dari sekarang buat jujur sama diri sendiri, jujur sama orang lain (tapi gak frontal), omongin apa yang dimau, diskusi kalo ada masalah, kalo salah minta maaf, kalo merasa bener jangan pernah takut, kalo butuh bilang, atau apalah. Jujur aja.

Kalau boleh saya ringkas, Purpose ini adalah buku yang meringkas perjalanan hidup Alamanda Shantika, sebuah perjalanan hidup yang unik, dramatis, dan “berdarah-darah”. Purpose memberitahu saya bahwa untuk menemukan kembali atau mencari diri sendiri banyak sekali hal yang perlu dialami dan dipelajari. Saya perlu bertemu banyak orang, berbagi pengalaman, berbagi cerita, berempati, berani bicara, berani jujur, berani memaafkan. Saya perlu mengupas lapisan-lapisan yang ada dalam diri sampai akhirnya saya bugil dan benar-benar menjadi diri sendiri. Bukan menjadi orang yang bergerak karena diinginkan orang lain, bukan menjadi orang yang ingin dibanggakan orang lain, melainkan betul-betul menjadi diri yang saya mau.

Seperti usia yang terus bertambah dan waktu yang terus berjalan maju, tidak terasa artikel yang saya kerjakan saat sedang gabut ini sudah berada di part terakhirnya. Mungkin banyak hal yang tidak cukup penting untuk dibaca pada artikel-artikel sebelumnya (dan artikel yang ini), namun percayalah, di setiap kalimat yang ditulis oleh seorang penulis selalu ada alasan sederhana di baliknya. Jadi pahamilah. Hehe. Terima kasih.

Oleh : Wildan Elsha

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *