Lompat ke konten

Relawan dan Kreativitas

[Quote of the day]

“Kreativitas adalah imajinasi. Dan imajinasi adalah untuk semua orang.”

–Paul Arden

***

Akhir ini, bulan Desember sering dikaitkan dengan istilah Bulan Relawan Nasional. Istilah tersebut diinisiasi oleh Tim Aksi yang berisikan Indorelawan, Campaign.com, dan Indonesia Future Leaders. Selain itu, secara internasional, Hari Kerelawanan Sedunia diperingati pada tanggal 5 Desember setiap tahunnya. Menurut Tim Aksi, adanya Bulan Relawan Nasional diharapkan dapat menjadi wujud nyata penyelesaian masalah sosial secara bersama di tanah air dan menjadikan kegiatan kerelawanan menjadi gaya hidup baru masyarakat Indonesia.

Berbicara tentang relawan, tak lengkap rasanya bila kita tidak sedikit mengulik arti kata tersebut. Istilah relawan merujuk pada seseorang yang memiliki sifat rela. Yang dimaksud rela disini adalah bersedia dengan ikhlas hati. Selain itu, kata relawan juga dapat mengacu pada kata volunteer yang berarti seseorang bersedia melakukan sesuatu tanpa dibayar. Dengan demikian, arti kata relawan yakni seseorang yang melalukan suatu perbuatan dengan ikhlas tanpa harus dibayar atau mengharapkan timbal balik atas tindakannya. Jika demikian, lalu muncul pertanyaan selanjutnya, dengan cara apakah relawan bergerak?

Kreativitas menjadi jawabannya. Secara umum, kebanyakan orang mengartikan kreativitas sebagai daya cipta. Maka seseorang yang mampu menciptakan segala hal dapat disebut sebagai orang kreatif. Begitu pula sifat yang harus dimiliki oleh relawan. Selalu ada cara dari dirinya untuk menyelesaikan tantangan yang ada. Daya cipta yang dimaksud dalam kreativitas ini tidak melulu berhubungan dengan penciptaan sesuatu yang baru (atau yang belum pernah ada). Misalnya, ketika relawan mampu memodifikasi sesuatu menjadi lebih singkat, lebih ringkas, lebih tahan lama (sustain), dan lebih-lebih yang lainnya. Aksi main modifikasi itu sungguh sangat cukup untuk memberi tanda bahwa relawan tersebut kreatif.

Seperti yang pernah dikatakan oleh Billy Boen, tidak hanya terdapat satu jalan untuk melakukan suatu hal, selalu terbuka berbagai jalan lain untuk mencapainya. Contohnya, ketika kita mau berangkat ke kampus, apakah hanya ada satu jalan menuju kesana? Tentu saja, tidak. Apakah tidak ada jalan alternatif lain? Pasti jawabannya, ada jalan lain. Bahkan melalui jalan alternatif itu mungkin bisa jadi dapat mempercepat kita menuju kampus tanpa kendala macet. Maka dalam kreatifitas, kuncinya adalah Open Minded dan Out of The Box. Cobalah berpikir terbuka dalam mencari jawaban dan saran dari segala penjuru mata angin.

Banyak yang bilang kalau kreativitas itu adalah turunan gen. Memang fakta itu tak bisa diingkari, tapi percayalah kalau kemampuan kreativitas itu dapat dilatih. Daya kreativitas terbentuk dari pengetahuan dan pengalaman yang didapat sebelumnya. Kreativitas dapat berkembang dari ajaran yang diterima sebelumnya, baik dari orang tua maupun guru, bahkan teman sejawat, serta bisa juga dari buku-buku yang sering dibaca. Tampaknya senada dengan kutipan Dr. Seuss, “The more that you read, the more things you will know. The more that you learn, the more places you will go.” Himpunan pengetahuan dan pengalaman tersebut dapat dijadikan sebagai pemicu seseorang untuk lebih kreatif.

Relawan sebagai agen perubahan tidak dapat dipisahkan dengan daya kreativitasnya. Biasa melakukan sesuatu dengan cara kreatif untuk menciptakan aksi luar biasa bagi sesama. Itulah jati diri seorang relawan. Seperti pepatah umum yang sering kita dengar bahwa banyak jalan menuju Roma, berarti banyak pula jalan alternatif yang tersedia di belantara. Maka tugas relawanlah untuk mengaktifkan radar kreatifnya untuk menumbuhkan seribu akal dan membangun seribu asa di tengah keterbatasannya.

Lalu tunggu apa lagi, let’s take creative action.

 

Written by Isa Elfianto

Kotabaru

 

Referensi

[1] http://bulanrelawannasional.com/about/cerita-inisiasi

[2] KBBI Daring

[3] Oxford Dictionary

[4] Billy Boen, 2016, Young On TOP – New Edition, Yogyakarta: B First.

[5] Wahyu Aditya, 2013, Sila ke-6: Kreatif Sampai Mati, Yogyakarta: Bentang.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *