Resensi Kumpulan Cerpen: Filosofi Kopi
Peresensi: Arief Hilmi
Judul Buku : Filosofi Kopi
Pengarang : Dee Lestari
Penerbit : Bentang Pustaka
Edisi Cetakan : Kesebelas
Tahun Terbit : 2015
Tebal Buku : 139 Halaman
Ada beberapa cara dalam menikmati sebuah karya, baik secara visual, tulisan, dan sebagainya. Dan masing-masing cara memiliki kekurangan dan kelebihan. Filosofi Kopi, sebuah karya yang terkenal di kalangan masyarakat luas lewat tayangan layar lebarnya yang dibintangi oleh Chiko Jeriko. Karya film tersebut diadaptasi dari karya tulisan cerpen (cerita pendek) karya Dee Lestari yang berjudul “Filosofi Kopi”. Bagi para penikmat karya dalam bentuk tulisan akan berpendapat salah satunya adalah Filosofi Kopi adalah sebuah karya cerpen yang sangat pantas untuk dijadikan teman bersantai di sore hari sambil menikmati secangkir kopi panas. Bahasanya yang ringan dan alur cerita yang dapat menghanyutkan para pembacanya.
Filosofi Kopi menceritakan seorang barista yang sangat mengagumi suatu entitas yang disebut kopi, dia (Ben) berkeliling ke seluruh penjuru dunia untuk belajar bagaimana membuat kopi kualitas terbaik. Setelah itu, dia kembali ke Jakarta dan membuka kedai kopi bersama kawannya (Jody) dengan nama Kedai Kopi Filosofi Kopi. Kedai tersebut setiap harinya selalu ramai para konsumen yang selalu menikmati kopi buatan Ben. Para konsumen pun merasa terpuaskan karena keramahan dalam melayani mereka. Tetapi, kecintaan Ben terhadap kopi diuji ketika seorang pebisnis kaya yang datang untuk menantangnya dalam membuat kopi yang sempurna. Tantangan pun diterima oleh Ben. Beberapa waktu kemudian, Ben berhasil membuat kopi yang menurutnya sudah sempurna, yang dijuluki sebagai kopi terbaik di dunia. Tapi, kesenangan itu hanya sesaat, hingga datang seorang bapak yang mengatakan bahwa kopi Ben tersebut bukanlah yang terbaik, namun tetap enak. Bentuk kecintaan Ben terhadap kopi tidaklah main-main, dia selalu ambisius jika berbicara tentang kopi. Ben meminta kepada bapak tadi untuk memberitahukan dimana kopi yang lebih enak dibanding kopi buatannya. Suatu hari Ben dan Jody pergi ke suatu daerah di Jawa Tengah dan berkenalan dengan Kopi Tiwus, kopi sederhana dari daerah terpencil dan tidak perlu proses yang rumit ataupun alat yang canggih. Kopi tiwus sangat nikmat walau hanya diseduh dengan air panas. Pada titik inilah, Ben sadar bahwa kecintaan yang berlebih bukanlah hal yang baik dan sesunggunya tidak ada yang sempurna di dunia ini, namun dia tetap mensyukuri hidup ini.
Filosofi Kopi karya Dee Lestari yang terdiri atas kumpulan cerita pendek dan prosa selama satu dekade (1995-2005). Beberapa dari tulisan di buku tersebut ia tulis saat masih kuliah. Di dalam karya tersebut, Dee membuat kemiripan pada masing-masing tokoh utama dari setiap cerpen, yakni sosok yang ambisius akan suatu hal. Dee seperti menjadikan hal tersbut ciri khas pada setiap cerpennya. Pada cerpen Filosofi Kopi, Dee membuat tokoh Ben yang sangat berambisi untuk membuat kopi terbaik. Dalam cerpen Mencari Herman, Dee membuat tokoh Hera yang sangat berambisi juga untuk mencari seorang yang bernama Herman dari dia usia 13 tahun hingga dewasa. Hera tak pernah berhenti untuk mencari Herman hingga maut memanggilnya. Sikat Gigi, cerpen yang menceritakan tokoh Tio yang begitu terobsesi terhadap Egi, seorang wanita yang dicintai sedari awal ia mengenalnya. Tapi apa boleh dikata, Egi mencintai pria lain, tapi Tio tak pernah perduli, cintanya tak pernah padam, ia selalu percaya bahwa Egi adalah rumah ternyaman bagi dirinya. Rico de Coro, adalah salah satu cerpen terunik yang ditulis oleh Dee di buku karyanya ini. Menceritakan tentang seekor kecoa yang memiliki rasa pada seorang gadis manusia bernama Sarah, anak dari Om Haryanto, sang pemilik rumah, yang juga ditinggali oleh keluarga kecoa Rico. Kecoa di rumah Om Haryanto selalu diburu tetapi ayah Rico tidak terima, dia menggunakan berbagai cara untuk membalas dendam akan kematian kerabatnya yang lain. Hingga pada akhirnya, rencana untuk membalas dendam itu bukannya melukai keluarga Om Haryanto, tapi menewaskan Rico demi menyelamatkan Sarah. Cerpen ini unik dengan apa adanya, menceritakan kecoa yang rela mati demi kecintaannya terhadap seorang anak gadis.
Karya Dee ini sangat cocok untuk menemani dikala bersantai, menunggu bus, pesawat, pacar yang telat menjemput, ataupun lamaran yang tak kunjung datang. Cerpen-cerpen itu menghibur dengan gayanya masing-masing dapat dibaca bagi semua kalangan apalagi para pecinta karya sastra dan prosa.
Nice artikel… Filosofi kopi memang salah satu novel Indonesia terbaik dengan penulis nya pun salah satu yang terbaik juga…. Btw resensi ini bisakah aku izin untuk di rewrite buat tugas kuliah saya ? Dengan catatan saya akan menuliskan web ini menjadi sumber nya??