Resensi Novel: The Murder of Roger Akroyd
Peresensi: Reski Amelia N.
“It is completely unimportant,” said Poirot. “That is why it is so interesting,” he added softly.
Data Buku:
Judul : The Murder of Roger Ackroyd
Judul Terjemahan : Pembunuhan Atas Roger Ackroyd
Penulis : Agatha Christie
Alih Bahasa : Maria Regina
Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama
Terbit : 1979 (cet. Ketujuh, Juli 2003)
Tebal : 338 halaman
Mungkin dintara kalian ada yang bertanya-tanya “Siapa itu Agatha Christie?” Dia adalah penulis criminal fiction yang terkenal dengan julukan queen of crime dan buku-bukunya sudah dicetak lebih dari 4 miliar eksemplar.
“Waw” kalimat yang reflek keluar dari mulutku ketika selesai membaca buku ini sekitar satu tahun yang lalu. Aku ingat sekali pada waktu itu, aku hanya membutuhkan waktu kurang dari tiga hari untuk menyelesaikan buku ini. Yah, buku ini menjadi makin luar biasa dari bab ke bab.
Novel yang berjudul The Murder of Roger Akroyd berkisah tentang seorang dokter bernama James Sheppard dan tetangga barunya seorang detektif bernama Hercule Poirot, mereka menyelidiki kaskus pembunuhan misterius yang terjadi pada Roger Akroyd. Cerita berawal ketika Nyonya Ferrars, perempuan yang sedang dekat dengan Roger Akroyd ditemukan meninggal dirumahnnya kaerna meminum terlalu banyak veronal. Cerita selesai? Belum. Tidak beberapa lama setelahnya, Roger Akroyd juga ditemukan meninggal di ruang kerjanya dengan pisau belati yang menancap dilehernya.
Buku ini ditulis dalam bentuk catatan harian dengan memakai sudut pandang orang pertama, Dokter James Sheppard sebagai tokoh “Aku”. Yang sangat luar biasa dari buku ini adalah bagaimana penulis berhasil mengecoh dan membuat para pembaca untuk menjadi sangat penasaran dan ingin segera menyelesaikan buku ini. Para pembaca diposisikan sebagai orang yang tidak tahu apa yang sesungguhnya terjadi dan tidak tahu apa yang ada dalam pikiran sang detektif, Hercule Poirot. Buku ini adalah salah satu karya Agatha Christie paling sukses selain and Then There Were None.
Bagaimana dengan ending-nya? “Waw, kok bisa?” itu yang akan para pembaca katakan setelah selesai membaca buku ini. Ending–nya benar-benar tidak bisa ditebak karena sebelumnya sebagai pembaca dibuat menjadi orang yang tidak tahu sama sekali hingga di bab akan diberitahu siapa dalang yang membunuh Nyonya Ferrard dan Roger Akroyd.
Dalam buku ini, pada tiap-tiap bab aku dan para pembaca lainnya akan dibuat menjadi bingung. Awalnya aku menebak yang membunuh adalah sang adik ipar dari Roger Akroyd, tapi setelah membaca bab berikutnya aku jadi mengira “Ah mugkin bukan adik iparnya, tapi keponakannya”. Tapi hebatnya, di bab berikutnya pikiranku berubah lagi, kali ini aku menebak “Ah, mungkin anaknya yang membunuh”, di bab berikutnya pikiranku berubah lagi, kali ini aku menebak “Mungkin pembantunya” dan begitu seterusnya. Buku ini mempunyai kekuatan yang luar bisa dalam mempermainkan emosi dan mengecoh pikiran para pembaca dan akhirnya membuat aku menuduh hampir semua tokoh dalam novel ini. Selain itu, dalam buku ini terdapat dialog ketika Hercule Poirot menanyakan posisi kursi di ruang pembuhunan berseger beberapa centi meter dari posisi awal. Ketika membaca dialog ini, aku terheran-heran, mengapa dia menanyakan hal yang tidak penting? Wah, ternyata di ending buku ini, semua pertanyaannya yang kupikir tidak penting memiliki penjelasannya sendiri-sendiri hingga berpengaruh besar dalam akhir ceritanya.
Buku ini membuat aku benar-benar takjub, ceritanya terlihat rumit tapi sang penulis sukses memberi penjelasan akhir yang sederhana dan masuk akal, entah itu motif hingga berbagai petunjuk yang ada. Novel ini merupakan suatu kisah insvestigasi yang luar biasa. Dan menurutku dapat masuk daftar buku yang harus segera dibaca.
Editor: Doni Darmasetiadi