Lompat ke konten

Sebuah pesan singkat dari dunia mimpi

“Bermimpilah, maka Tuhan akan memeluk mimpi-mimpimu (Pepatah)”

 

Dan Tuhan tak pernah ingkar janji, kawan. Karena itulah yang Dia lakukan terhadap mimpi-mimpiku. Tiga hari menginap di Pertamina Learning Center (PLC) adalah bukti, bahwa Tuhan telah benar-benar memeluk mimpi-mimpiku, kawan. Bagaimana tidak, seseorang yang dulu tak (berani) punya mimpi, kini berada bersama 200an putra-putri terpilih di tempat senyaman PLC, untuk dipersiapkan menjadi sebagian kecil pengabdi bangsa. Mungkin kalian bertanya-tanya, senyaman apakah tempat bernama PLC itu? Singkatnya, kalian di sini tidak perlu memikirkan hari ini mau makan apa, nyuci gimana, karena semua sudah disiapkan untuk kalian. Kalian cukup mengikuti saja kegiatan yang sudah dijadwalkan, lalu beristirahatlah di sebuah kamar ber-AC saat malam. Makanlah saat jam makan tiba, dan cukup masukkan baju kotormu di dalam sebuah kantong esok pagi, dan voila! Baju-baju itu sudah bersih lagi sore harinya.

Kalo selama ini aku sering terheran-heran dengan training berharga jutaan, kini aku bisa mengikutinya tanpa membayar. Yah, semacam itulah, kawan. πŸ˜€

Terus terang, masuk PLC adalah salah satu impianku sejak lulus S1 dua tahun lalu. Meski sempat tertunda karena sebuah impian lain – yang berakhir di tanggal 27 Juli kemarin – akhirnya mimpi itu bisa kuraih juga. Dan, terus terang lagi, kalau diputar kembali waktuku sekitar 6,5 tahun lalu… aku tidak ingat pernah bermimpi akan sampai di titik sejauh ini. Lebih tepatnya, aku tidak berani bermimpi. Saat itu, tentu saja, sebelum aku bertemu banyak orang dan banyak peristiwa. Bahkan masih aku ingat dengan jelas, betapa kecewa sahabatku dari kelas 1 SMA waktu mendengar aku kemungkinan besar tidak akan lanjut kuliah. Bahkan sahabatku lebih kecewa dari aku waktu itu.

Sekali lagi, β€˜Kalo kita berani bermimpi, Tuhan akan memeluk mimpi-mimpi kita’. Dan itu yang terjadi dalam hidupku, kawan. Mimpi-lah yang membawaku sampai pada titik ini. Benar-benar hanya dengan kekuatan mimpi. Karena kalau dihitung secara matematika dan ekonomika, rasanya mustahil aku bisa kuliah sampai S2. Ah, jangankan kuliah S2, beli buku sekolah saja dulu susah bukan main.

Aku gemar membaca sejak kecil, kawan. Tapi kondisi keluargaku tidak memungkinkan untuk membeli buku-buku bagus. Maka, kalau kakak perempuanku pulang kerja dan membawa buku atau majalah anak bekas dari tempatnya bekerja, aku senang bukan main. Waktu itu aku sering sekali dapat komik doraemon, atau majalah donal bebek, majalah bobo, atau pun kumpulan dongeng, yang semuanya BEKAS. Prie kecil dulu masih belum bisa bedakan mana buku baru, mana yang sudah kadaluwarsa. Dan buku buatku tak mengenal kata kadaluwarsa. Jadilah, segala buku dan majalah yang dibawa kakakku waktu itu, se-bekas apapun, selalu jadi hadiah menarik buatku.

Dan, di titik ini aku tersadar…buku dan majalah-majalah bekas itulah yang membawaku sampai ke sini. Banyak hal berharga yang kutemui dari apa yang kubaca, yang membuatku memiliki wawasan lebih luas, lebih terbuka. Dan yang terpenting, Β aku jadi lebih berani bermimpi.

Jadi, kawan. Prie kecil yang dulu tak punya apa-apa, kini punya mimpi sebesar dunia. Dan ia sedang bersiap untuk berlari meraih mimpi-mimpi itu. Ini semua berkat buku, kawan.

Jadi, apa yang telah-sedang-atau akan dilakukan Jendela adalah sesuatu yang penting untuk masa depan anak-anak Indonesia, kawan. Sekecil apapun yang kalian perbuat, pasti ada manfaatnya suatu saat nanti. Bangunlah perpustakaan-perpustakaan di pelosok negeri. Ajaklah anak-anak Indonesia merajut mimpi. Karena setiap anak, apapun kondisinya, berhak punya mimpi. Barangkali buku-buku yang kalian kumpulkan hanya buku bekas yang akan menuh-menuhin rak buku para donatur. Tapi, bagi seorang anak seperti Prie kecil, bisa jadi buku/majalah bekas itu adalah jendelanya untuk melihat dunia lebih luas. Untuk memperkenalkannya pada suatu bagian penting dari hidup dan kehidupan, sesuatu itu bernama: MIMPI! Dan mimpi, kata Nidji, adalah kunci untuk kita menaklukkan dunia. ^^

Jendela juga berhak punya mimpi, dan wajib berjuang untuk mewujudkan mimpi itu. Ayo bermimpiiiiiiiiiiiiiiiiii!!!! πŸ˜€

“Jangan pikirkan seberapa besar mimpimu, Tetapi pikirkanlah seberapa besar dirimu untuk mimpimu (Andrea Hirata, Sang Pemimpi)”

Sebuah kamar bernomor 322,

3 Agustus 2011


Β πŸ˜€

 

Prie Chan

8 tanggapan pada “Sebuah pesan singkat dari dunia mimpi”

  1. kereeeeeeeenn..bikin semangat. Nah, berarti loe beneran mau bikin cabang Jendela dimana2 kan? ehehehehe…sukses selalu, meski mimpi sudah diraih jangan lupa daratan ya cin. Semoga Allah SWT selalu memberikanmu keindahan hati dan jiwa …amiiin3x^^

  2. wow, keren banget. bener banget mbak prie. gara2 baca tulisan ini jadi semakin semangat mengejar mimpi, walaupun kata orang impossible but hey, nothing is impossible right. well, maybe want to be a God. anyway, pernah menambah mimpi jadi penulis mbak?nerbitin buku?kamu akan jadi penulis hebat seperti Jane Austen atau Hemingway.

  3. Makasih atas respon2nya terhadap tulisan ini,,yang udah komen wajib nulis lagi loh…Ari udah, Topan juga udah lumayan sering nulis…Marisa ama Lili gimana nih? saya tunggu tulisan kerennya πŸ˜€

    @ariekoprasethio: Yup setuju,,,hidup memang harus optimis! Nanti kapan2 ak share lagi ^_^
    @Taofan: Ayo bermimpi,,,Jendela ga boleh berhenti bermimpi, untuk alasan apapun…dan jangan lupa terus berlari mengejar mimpi2 itu πŸ˜€
    @Lili: Amiiinnnn,,,nerbitin buku adalah impian terbesarku juga Li,,,mohon doanya ya..hehe
    @marismanise: Ayo bikin cabang jendela dimana-mana,,,yang 300jt tak simpen dulu deh :p

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *