“Dipakai terus ya adik-adikku…”
***
Kali pertama saya berkesempatan mengunjungi RuBaKu. Sebelum sampai di sana, ekspektasi saya tentang RuBaKu tidak muluk-muluk. Mau tahu RuBaKu yang terbayang di benak saya? Suatu bangunan kecil tua berbentuk balok dengan dinding kelabu berbercak-bercak yang hanya terlihat separuh, karena tertutup oleh rak-rak buku kayu yang tingginya tidak mencapai satu meter. Sesampainya di depan gerbang besi biru kusam dengan tulisan pilox putih besar-besar berbunyi “RUBAKU”, saya makin yakin ekspektasi saya sebelas-dua belas dengan realita. Namun, ternyata oh ternyata, betapa salah saya. Melewati pintu gerbang besi biru kusam tersebut, suatu “rumah pohon” (yang tidak terletak tinggi di pohon) menyambut. Bagus sekali!
Saat saya tiba di sana, anak-anak sudah berjejer duduk manis menghadap Kak Dwi yang memandu acara. Kakak-kakak Jendelist juga sudah datang dan duduk di sekitar anak-anak. Acara pertama sesudah perkenalan adalah membaca buku bersama. Anak-anak dibagi menjadi beberapa kelompok kecil untuk dibacakan/membaca buku (yang mereka pilih sendiri) bersama dengan kakak-kakaknya. Butuh kesabaran dan kekuatan ekstra untuk membacakan satu buku hingga selesai, meskipun itu buku cerita singkat bergambar, anak-anak sangat mudah terpecah konsentrasinya. Ditambah lagi mereka sudah tidak sabar ingin membuat gelang dari tali prusik dan makan lotis seperti yang sudah dijanjikan di awal. Harus pintar-pintar membuat cerita menjadi menarik untuk didengar! Saat anak-anak sudah mulai berjalan-jalan ke sana kemari, mengeluarkan dakon, dan lain-lain, diputuskan untuk memulai sesi pembuatan gelang. Yey!
Anak-anak sangat antusias dalam menyimak cara pembuatan gelang yang diperagakan Kak Upik. Ketika mereka menemukan kesulitan-kesulitan, saat itulah kami kakak-kakak Jendelist lain membantu tangan-tangan kecil mereka memutar, melilit, dan menyimpulkan tali-tali prusik itu untuk mengubahnya menjadi gelang. Setelah terbentuk gelang, tali-tali tersebut digunting dan dibakar ujungnya supaya rapi. Anak-anak senang sekali dengan gelangnya. Beberapa bahkan sampai membuat dua gelang. Dipakai terus ya adik-adikku…
Acara dilanjutkan dengan persiapan makan lotis, bersama-sama kami semua mengupas, memotong-motong, dan mencuci timun, bengkoang, pepaya, dan belimbing. Helaian daun pisang lalu dicuci dan dibentangkan, buah-buah ditata di atasnya. Sekejap semua orang sudah berkerumun mengelilingi piring alami itu. Saya yang bukan penggemar buah hanya mengamati mereka makan saja. Beberapa anak laki-laki tiba-tiba datang untuk bergabung berpesta lotis bersama. Haha!
Waktu sudah menunjukkan lewat tengah hari, anak-anak masih ingin mewarnai, menggambar, dan melipat kertas. Satu jam kemudian, anak-anak mulai berpamitan pulang. Semoga ilmu hari ini kan kalian kenang selalu ya. Sampai jumpa di hari-hari depan!
Written by Anugerahaning Salsabila