Lompat ke konten

Siapakah Idolamu?

[Minggu, 26 Februari 2012] Panas terik matahari Jogja yang membakar mulai melukis bayang-bayang hitam di kulit. Seperti biasanya, hari itu para Jendelist naik ke atas (sebutan untuk Shelter Gondang I di lereng Merapi) untuk berbagi ilmu dengan sahabat-sahabat kecil di sana. Agenda di hari itu adalah “Story Telling” with IDCeritaYGY. IDCeritaYGY merupakan salah satu komunitas di Jogja yang diwakili oleh Mas Niam dan Mbak Didi untuk berbagi keceriaan dengan anak-anak di Shelter. Dengan ditemani oleh salah satu Jendelist Mbak Marisa, mereka siap meluncur ke lokasi dan disusul oleh Jendelist yang lain, Ridwan and Bayu.

 

Beberapa anak sudah menunggu kedatangan para Jendelist and IDCeritaYGY di Balai Anak, tempat Perpustakaan Jendela. Ridwan dan Bayu ternyata sampai terlebih dulu di lokasi, “Mas, kapan piknik? Ayo saiki piknik…!!” sambut anak-anak shelter yang ingin segera berlibur dengan kakak-kakak Jendelist. Hari itu diawali dengan bersih-bersih perpustakaan yang berdebu dan sedikit genangan air hujan dari atap yang bocor bersama anak-anak. Tak lama kemudian, Mbak Marisa dan Mas Niam and Mbak Didi sampai di lokasi dan Story Telling akan segera dimulai. Namun, karena masih banyak debu yang berterbangan di perpustakaan, kegiatan Story Telling dipindah ke Balai Dusun.

Anak-anak sangat antusias sekali untuk mengikuti acara Story Telling saat itu. Mereka langsung menggelar tikar untuk duduk bersama mendengarkan cerita dari Mas Niam. Tema cerita saat itu adalah “Sang Idola”, yang diawali dengan pertanyaan dari Mas Niam “Siapakah idolamu?”. “Idolane Ayu ki Cherry Belle…”, teriak Semi menuturkan idola temannya, Ayu. Semua yang ada di Balai Dusun sontak tertawa mendengar celotehan Semi yang membuat Ayu sedikit malu-malu. Kemudian Mas Niam melanjutkan cerita yaitu tentang seorang anak dari Jerman yang bernama Albert. Diceritakannya bahwa Albert adalah anak yang mempunyai rambut acak-acakan, suka menyendiri, dan tidak mempunyai teman di sekolah. Albert dianggap lambat dalam belajar oleh gurunya. Dia juga susah diatur di sekolah dan sering melakukan banyak kenakalan aneh di kelas.

“Mas ngantuk…”, “Iyo mas aku malah dadi ngantuk diceritake.” Itulah pernyataan polos anak-anak Shelter yang dengan seriusnya mengikuti alur cerita dari Mas Niam hingga mereka mengantuk. “Yow is saiki sing ngantuk oleh ngrungoke karu turu”, sambung Mas Niam yang memeperbolehkan anak-anak mendengarkan cerita sambil tiduran. Dan Mas Niam pun melanjutkan ceritanya tentang Albert. Tiba-tiba dua balita yang pada saat itu juga ikut menyimak cerita Mas Niam mendatangi Mas Niam dan memberikan uang mainan yang mereka bawa dari perpustakaan. “Mas, iki tak bayar…”, ucap salah satu balita tersebut yang bernama Vika. Anak-anak yang tadinya mendengarkan cerita sambil tiduran langsung terbangun dan menertawakan tingkah si Vika. Dan cerita dilanjutkan kembali hingga akhirnya Mas Niam mulai menjawab rasa penasaran anak-anak Shelter tentang siapa Albert itu. Ditunjukkannya sebuah gambar seorang laki-laki dengan rambut yang tidak tertata rapi dan dengan lidah yang menjulur keluar. Beberapa anak ternyata sudah tahu siapa nama orang yang ada pada gambar tersebut. Ya… Albert Einstein, seorang ilmuwan terkemuka dari Jerman yang sangat berpengaruh pada abad ke-20.

Story Telling pun selesai, dan saatnya have fun…. Anak-anak mengajak para Jendelist dan IDCeritaYGY untuk jalan-jalan ke sebuah sungai kering yang berada tepat di sebelah barat Shelter. Sungai itu merupakan salah tempat aliran lahar dingin Merapi yang pada saat itu sedang dilakukan pernambangan pasir oleh warga sekitar. Tak perlu ragu, malu, ataupun galau… semua personil ikut narsis di depan camera. Anak-anak senang, Jendelist senang, IDCeritaYGY senang dan zemua berzenang-zenang.

Kesenangan tidak hanya sampai di situ saja, karena setelah jalan-jalan anak-anak ingin kembali ke perpustakaan yang sudah mereka bersihkan sebelumnya. Semua anak langsung mengambil buku yang mereka sukai dan mulai membuka lembar demi lembar ilmu. Tak jarang mereka meminta para Jendelist untuk membacakan dongeng di buku yang mereka pilih dan bahkan terkadang mereka yang menceritakannya. Tidak ketinggalan si balita imut bernama Vika pun ikut mengambil buku tiga sekaligus, dan ternyata buku itu langsung dibawanya pulang karena mungkin dia kebingungan kepada Jendelist siapa dia harus minta diajari untuk membaca karena masing-masing Jendelist ternyata sudah dimintai anak-anak yang lain untuk membaca buku. Itulah secuil penggalan keanehan, keceriaan, dan kebahagiaan tentang indahnya berbagi yang menjadi bagian sejarah Komunitas Jendela.

 

“We’re not just building a library but also building a future”

[_By. Ridwan Muhamad_]

Another story about this day : sahabatanakindonesia.blogspot  by Marisa Latifa

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *