‘Kangen’ nampaknya menjadi sebuah kata yang tepat untuk menggambarkan perasaan kami waktu itu. Kata itu bukan merupakan hal yang berlebihan mengingat kami vakum selama sebulan penuh. Dengan awak jendelist yang seadanya kami berangkat menuju Shelter Gondang 1 di kaki gunung Merapi. Sesampainya disana sontak pengalaman-pengalaman berharga yang kami dapat disana seakan mengalir begitu saja dan terasa begitu nikmat.
Hunian sementara Shelter Gondang satu kini sudah mulai sepi, sudah semakin banyak hunian yang sepi ditinggalkan karena sudah pindah ke huntap. Kami mendoakan agar semua warga yang saat ini masih berada di hunian sementara untuk tetap sabar menunggu hunian tetap yang lebih layak selesai dibangun dan siap untuk ditinggali. #Amin
Iik yang berbadan subur datang dengan senyum ke Masjid Shelter gondang 1 sore itu, tiba-tiba Fatah dan Bima yang sama-sama masih TK berlari menuju Iik. Mungkin karena kangen tiba-tiba keduanya mendekap tubuh Iik dan berusaha untuk memanjatnya lebih tinggi. Iik hanya bisa pasrah melihat tingkah laku dua bocah cilik yang menggemaskan.
Pukul 4 sore tepat acara Syawalan Bersama Jendela ini mulai dibuka, ada sedikit keraguan tentang peserta yang datang pada sore itu. Awalnya tidak banyak anak dan orang tua yang datang, namun perlahan tapi pasti anak-anak dan orang tua anak mulai berdatangan setelah acara kami mulai. Kami sempat takjub ketika melihat jumlah peserta lebih banyak dari yang diperkirakan sebelumnya. Sontak kami sangat bersemangat, terlebih ketika nampak terlihat sorot mata yang penuh semangat dari anak-anak dan orang tua yang hadir pada saat itu.
Meskipun sedikit gaduh namun acara itu dapat berjalan dengan lancar, semua orang yang hadir disana nampak fokus memperhatikan terutama saat mas Niam memberikan materi tentang hikmah dan pelajaran dari syawalan.
Indahnya syawalan terletak pada ucapan saling memaafkan yang tulus ikhlas bergulir dari setiap bibir. “minal aidzin wal faidzin, mohon maaf lahir batin”.
Usai salam-salaman saatnya adik-adik tinggal sebentar untuk mendapatkan bingkisan dari jendela, karena banyak yang datang sempat membuat jendelist pusing untuk membagi bingkisan. Karena bingkisan yang kami bawa ternyata kurang sehingga harus dipikirkan ulang cara membagi yang adil dan lebih bermanfaat.
written by Setiawan Agus