Minggu 25 Maret 2012, aku dan temen-temen relawan Komuntas jendela kembali menjumpai adek-adek di shleter Gondang 1 Cangkringan. Karena hari ini bertepatan dengan pementasan kesenian tradisonal Jathilan, kita menyipakan tiga opsi kegiatan hari ini. Yang pertama sesuai dengan rencana kegiatan yang sudah kita susun yaitu nonton film. Kedua bersih-bersih perpustakaan dan sanggar, dan ketiga ikut nonton Jathilan. Hehe
Relawan yang kali ini bisa ikut bergabung ada 7 orang, yaitu ibu suri kita, mbak Marisa, mas Heri, mas Wawan, aku, Rani, Mentari dan satu relawan baru yaitu Dian, adek sahabat karibnya mbak Marisa. (Hai Dian, , , J )Setelah semuanya berkumpul di Apotek Kentungan (meeting point kalau mo naek ke atas), kita berkonvoi menuju shelter Gondang dengan mas Heri sebagai Koordinator Konvoi. Aku diujung belakang berperan sebagi juru kunci rombongan.
Sampai diatas suasana sepi. Berdasar analisis singkat kami, diduga suasana sepi ini karena anak-anak sedang bersuka cita menonton kesenian Jathilan. Lalu secara aklamasi kami memutuskan untuk melaksanakan rencana kedua, yaitu beres-beres perpustakaan dan sanggar. Para relawan antusias sekali melakukan kegiatan ini. Yang sebelumnya tidak pernah nyapu dirumah, disini belajar nyapu.Yang sebelumnya tidak pernah ngepel, tanpa ragu dan malu belajar dan praktek mengepel yang baik dan benar. Adapula yang meningkatkan kemampuan dalam bidang kelistrikan, yaitu Trico (3 cowok), boyband spesialis perbaikan listrik yang digawangi Heri, Wawan dan Biyan. 😛
Acara bersih-bersih pun selesai. Untuk melepas lelah, kami berinisiatif untuk menonton film (lebih tepatnya video dokumenter) yang sedianya akan kami putar bersama anak-anak. Video dokumenter ini bercerita tentang Tae Ho, seorang anak lelaki asal Korea Selatan yang terlahir dengan keadaan khusus: anggota tubuh yang tidak lengkap. Ia tidak memiliki tangan dan pada bagian kakinya hanya terdapat empat jari.
Ketika kami sedang seru-serunya mendiskusikan Tae Ho, mendadak anak-anak Shelter datang. Dan rencana pertama dijalankan meski hanya beberapa anak yang datang. Mbak Marisa pun mengkondisikan anak-anak. Dari tiga laptop yang kami persiapkan Cuma satu yang kami pakai karena sudah mencukupi jumlah anak-anak yang datang.
Diluar dugaanku ternyata anak-anak sangat antusias menyaksikan sepenggal kisah Tae Ho ini. Padahal bahasa pengantarnya adalah bahasa Korea dan tidak ada subtitle-nya. Aku menyadari satu hal ketika itu bahwa gambar, baik foto maupun video adalah bahasa universal yang bisa dipahami oleh siapapun. Bisa menumbuhkan empati maupun kebencian bagi siapapun. Tanpa mengenal batasan usia, sekalipun anak-anak.
Untuk melengkapi pemahaman anak-anak mbak Marisa menerangkan sedikit tentang siapa itu Tae Ho, bagaimana keadaan Tae Ho, apa yang dilakukan Tae Ho dengan keterbatasan fisik yang dimilikinya tersebut. Nggak cuma anak-anak, kami para Jendelist pun salut atas ketegaran dan semangat Tae Ho.
Setelah selesai nonton, anak-anak diminta untuk menulis tentang apa yang tidak mereka syukuri dalam hidup mereka, apapun itu. Setelah sekitar 15menitan, anak-anak diminta buat membacakan tulisannya. Puput yang malas belajar karena capek, Titik yang tidak memiliki komputer, dan Tifa yang selalu diejek temannya adalah sebagian dari bentuk rasa tidak bersyukur menurut mereka.
Pelajaran moral hari ini adalah anugerah terbesar dalam hidup adalah ketika kita dilahirkan ke dunia. Dengan kelebihan dan kekurangan kita masing-masing. Tidak ada yang salah dalm hidup, tinggal sudut pandang mana yang kita pakai dalam melihat realita kehidupan. Hidup untuk disyukuri bukan untuk disesali.
Oh ya, hari ini ada yang ulang tahun. Ada mata yang berbinar penuh keharuan ketika para jendelist dan anak-anak menyayikan lagu selamat ulang tahun untuknya. Selamat ulang tahun mbak Marisa, semoga selalu bersemangat untuk berbagi dengan anak-anak. Terima kasih atas inspirasi dan dedikasinya buat Jendela. *kapan nih makan-makanya? Hahaha
– Tibyan Muhammad –
Cerita lain tentang aktivitas Minggu, 25 Maret 2012 –> http://sahabatanakindonesia.blogspot.com/2012/03/pilih-jadi-tae-ho-atau-pilih-jadi-diri.html