Lompat ke konten

TURGO BERMAIN

Kpd Yth. Seluruh Pembaca

IMG-20150513-WA0008Melalui lembaran ini, saya akan mengisahkan aktivitas-aktivitas di Desa Turgo, Yogyakarta.

Sebelumnya kecerita Turgo dikabarkan bagi seluruh Jendelist bahwa kegiatan hari Minggu, 10 Mei 2015 dibagi menjadi 2, yaitu Moblib di Sapen dan Turgo. Karena saya belum pernah naik ke Turgo dan kebetulan Mas Ridho juga milih ke sana, yasudah mending ikut ke Turgo saja sekalian.

Pada suatu hari, 10 Mei 2015 saya dengan mas Ridho sepakat berangkat bareng pukul 07.30. Oleh sebab itu, saya pun tidak sempat sarapan nasi, cepat-cepat pergi ke kos mas Ridho dulu, rencana kita start dari sana. Ehh, sesampai di kosannya ternyata mas Ridho durung adus thooo. Piye jal? Yawes sayapun rela menunggu sekitar 15menit lah. Tau gitu, saya sarapan nasi dulu sebentar.haha Dan ujung-ujungnya kita start pukul 07.50an. Nelat hampir setangah jam.

Okey, kita On The Way sudah karena takut terlambat karena berdasarkan SMS dari Operator Jendelist sih, untuk semua yang pergi ke Turgo diharap kumpul di UII jam 8. Padahal jam 8 kita masih sampai di Jakal, Perempatan Ring Road. Wah, batinku bilang, “Palingan udah ditinggal pergi duluan ke Turgo oleh teman-teman yang ngumpul di UII.”  Tetapi saya gak galau lah, kan ada mas Ridho yang sudah pernah ke sana, otomatis bisa jadi guide..

Pukul 08.16 kita sampai di depan UII. Setelah dilihat-lihat kok di sekitar UII gak ada relawan Jendelist sama sekali. Awalnya mas Ridho mau menunggu di situ dulu beberapa menit, tapi saya bilang, “Ahh, paling udah pada ke atas mas.” Akhirnya kita pun langsung melanjutkan perjalanan menuju Desa Turgo.

Ternyata jauh juga ya Desa Turgo..? Kira-kira setengah jam perjalanan dari UII untuk sampai ke sana. Di tengah jalan, tepatnya di persimpangan mau masuk ke kawasan Turgo kita sempat nyasar. Mas Ridho ragu-ragu, mau lurus atau belok kiri. Nah setelah mencoba meyakinkan diri belok ke kiri, ehh selang beberapa saat kemudian mas Ridho mulai ragu, “Kok seprtinya salah jalan ya, mending tanya orang aja lah daripada nanti tambah tersesat jauh.” Setelah kita tanyakan ke orang setempat, ternyata benar jalan yang lurus tadi. Yah, untung tidak malu bertanya jadi tidak seperti kata pepatah..,J

Karena baru pertama kali naik ke Turgo, yang katanya desa tertinggi di Kaliurang, saya jadi kebayang gimana ya paniknya warga situ kalau tiba-tiba Merapi menunjukkan sinyal-sinyal darurat akan meletus. Sebagai penyandang desa tertinggi, di sana masih memiliki banyak hutan atau kebun. Rumah-rumah penduduk cukup jarang. Termasuk tempat komunitas Jendela akan melakukan kegiatan, tempatnya berseberangan dengan bukit. Tempat tersebut ialah Pondok Alam Tour, di situ ada rumah kayu kosong dengan halaman berumput hampir seluas lapangan voli, nah di rumah itulah kata mas Ridho komunitas Jendela biasa melakukan kegiatan.

Tidak seperti yang kita kira, di Lokasi belum ada anak Jendelist sama sekaliii. Ohh, ternyata saya dan mas Ridho yang paling rajin haha. Setelah motor ditinggal sebentar ke toilet tiba-tiba ada suara anak cewek yang manggil kami. Dan dia ternyata adalah AkamSi (Anak Kampung Sini). Dia hendak meminjam motor untuk jemput temannya. Tanpa saya tanyakan namanya, sayapun menyerahkan kunci motor. Selang beberapa menit, si anak yang meminjam motor pun datang, bebarengan dengan relawan-relawan Jendelist. Saya hanya diam mendengarkan percakapan relawan-relawan Jendelist, apa yang akan dilakukan setelah itu. Karena bapak yang memegang kunci rumah tersebut berhalangan, maka kami mengarahkan para AkamSi pindah lokasi belajar di Bukit sebelah. Yang tadinya berencana akan menonton film, terpaksa dibatalkan dah..

Wah, pertama-tama saya bingung mau mendekati siapa, karena belum pada kenal bocah-bocah Turgo. Dan kegiatan kita saat itu adalah duduk melingkar beralaskan Banner bekas, kemudian bocah-bocah memilih sendiri ingin belajar apa. Ada yang membuka peta, bahasa Inggris, menggambar, membuat kertas lipat, belajar tentang nama-nama makhluk hidup, menonton kisah inspiratif di laptop, dan sisanya bermain tebak-tebakan. Rata-rata mereka yang masih kecil tidak mau jika diajak kenalan. Wah, sabar aja lah. Dimana-mana PDKT itu memang butuh proses ya…

Kami nongkrong di bukit cuma sebentar, sekitar 1jam lah. Kemudian kami turun ke lokasi semula. Hari sudah siang,IMG-20150513-WA0009 dan kami merasa lapar. Karena di tengah jalan melihat ada pak penjual pentol, maka kami menyuruh salah satu bocah untuk memanggil bapak tersebut. Sambil makan pentol, kami menunggu rombongan dari BNI Syariah yang katanya ingin bertemu dengan kakak-kakak jendela dan bocah-bocahnya. Setelah beberapa kali telepon kok ternyata mobil yang rombongan BNI naiki tidak bisa masuk ke desa, membutuhkan jemputan. Okey, salah tiga dari kami menjemput rombongan tersebut. Sedangkan kami yang menunggu, mengisi kekosongan dengan bermain futsal dan voli.

Nah, setelah kurang lebih 15menit mereka datang. Ngobrol-ngobrol dulu sebentar dengan kakak senior Jendelist. Mungkin bertanya-tanya tentang kegiatan apa saja yang biasa Komunitas Jendela lakukan. Setelah puas berbincang kami semua beserta bocah-bocah foto bersama dengan ketiga utusan dari rombongan BNI tersebut. Dan pertemuan kami dengan mereka pun selesai. Mereka bermaksud untuk bekerjasama dengan Komunitas Jendela untuk melancarkan program CSR mereka. Dan setelah rombongan tersebut pergi, ditemukan sejumlah uang yang cukup banyak sejumlah Rp… juta. Sungguh akhir aktivitas yang menggembirakan. Komunitas Jendela ketiban rezeki..Hohho

IMG-20150513-WA0007  IMG-20150513-WA0010

By : Nanang Zakhi Ja’fari

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *